Warning: Mengandung konten dewasa. Harap bijak saat membaca.
ε¦з
Rose. Seperti itulah Ayah memanggilku sejak kecil.
Bagi Ayah, aku secantik mawar yang meneteskan embun dari kelopaknya di kala pagi. Ayah siap melindungiku layaknya duri-duri mawar yang siap melukai siapa saja ketika memetik mereka tanpa izin.
Apakah aku seberharga itu?
Aku hanya terlihat seperti itu di mata Ayahku.
Hanya Ayahku...
Aku tidak ingat kapan terakhir Ayah memanggilku dengan sebutan itu lagi.
Apakah sejak dirinya sakit?
Atau sejak mengetahui Ibu sering memukuliku? Mungkin sejak paman datang ke dalam kehidupan kami.
Sayangnya aku tidak seperti mawar.
Bagi Ibuku, aku hanya seperti rumput liar yang selalu akan disingkirkan.
Paman bilang, aku memang seperti mawar terlebih ketika dirinya menarik celanaku dengan paksa.
"Di sini... ." Ujar paman sambil mengelus lembut bagian tubuhku yang seharusnya tidak boleh disentuh oleh siapapun selain diriku sendiri.
Saat itu aku kelas lima sekolah dasar. Aku mematung melihat paman yang melakukan sesuatu pada tubuhku. Saat itu aku tidak tahu kalau perbuatan paman adalah pelecehan seksual tapi yang pasti aku menangis saat bibirnya menjelajahi tubuhku. Setelah aku mengetahui jika itu bukanlah tindakan yang benar, aku tentu saja melawan namun hasilnya nihil.
PLAK!
Pipiku bergantian ditampar, rambutku dijambak dan dipaksa mengangkang dihadapan paman. Aku terisak dan memohon padanya untuk berhenti. Paman tidak mendengarkanku, dia terus saja menghujamiku dengan sesuatu yang keras di bawah sana. Mengingat kejadian saat itu membuat seisi perutku ingin keluar.
Ayah, mawarmu yang berharga ini telah dipetik dengan paksa. Bukan orang itu yang berdarah tapi mahkota sang mawarlah yang berdarah.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀────────────
08-11-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Percikan Kenangan
RandomKumpulan cerita pendek ───────── Terbit disetiap hari Selasa