Rapuh

141 18 6
                                    

"Ada saatnya dalam hidupmu engkau ingin sendiri saja bersama angin menceritakan seluruh rahasia, lalu meneteskan air mata." - Bung Karno

==================================

Tak dapat dibendung lagi, cairan bening ini mengalir begitu saja hingga menggantung di ujung wajah ini. Dapat ku rasakan similir angin yang memainkan ujung jilbab ku seperti ingin bermain dengannya. Aku bahkan bisa merasakan irama angin ini yang semakin ku rasa semakin membuatku tenggelam di dalamnya. Tiupan angin yang membuat hamparan rumput ini bergoyang dengan mahkota bening yang mengkilat di ujungnya seakan menambah keindahannya. Dahan pohon melambai-lambai seakan- akan menyapaku. Ku sesaki napas ini dengan aroma petrichor yang langsung membawaku merasakan kedamaian. Ku pejamkan mata ini, ku hempaskan kepala pada batang pohon yang kokoh seolah-olah semua masalah yang ku miliki hilang seketika saat kepala ku berada dalam sandarannya. Dapat ku dengar tetesan air yang duduk didedaunan pohon ini terjun dengan bebasnya ke tanah meski tidak tahu bagaimana sakitnya jatuh tanpa ada yang melindunginya di bawah sini.

Suasana yang begitu tenang dan damai, tidak seperti suasana hatiku yang dipenuhi amarah, kebencian, bahkan rasa pedih yang kini kurasakan. Semuanya semakin menjadi-jadi ketika bayangan peristiwa yang membuat perasaanku seperti ini kembali muncul ke permukaan. Aku menghela napas panjang agar bisa merasa lebih tenang. Perlahan ku buka kedua mata, menatap kosong kearah hamparan rerumputan di depanku. Perlahan ku tekuk kedua kaki dan memeluknya dengan erat lalu ku tenggelamkan kepala ku di sana seolah-olah meringkuk seperti janin di dalam kandungan. tanpa ku sadari cairan bening ini kembali keluar dari kedua mataku dengan derasnya. Ku gigit bibir bawah ku mencoba menahan suara isakan yang akan keluar dari sana. Bahu ku bergetar, tangisan yang ku alami ini seakan menumpahkan semua perasaan yang ada pada diri ku ini. Seakan tak sanggup lagi menahan semua beban yang ku rasakan kini, air mata ini terus mengalir tanpa hentinya seolah-olah aku tidak akan pernah menangis setelahnya. Masalah yang ku alami sekarang, ku rasa telah berada pada batasnya, membuatku tak tahu harus bagaimana lagi bahkan sekedar untuk menceritakannya saja aku tak bisa. sekarang aku hanya ingin sendirian, benar-benar sendirian dan meluapkan semua yang kurasa kini bersama hembusan angin yang menghampiri tubuhku.

Apakah kalian pernah merasakan ketika semua masalah dan beban yang berada di pundak kalian terlalu berat untuk dipikul, membuat kalian bahkan untuk berdiri saja tidak bisa apalagi melangkah. Di saat seperti ini kalian berharap ada tangan yang terulur dan membantu kalian kembali berdiri. Memegang kedua pundak kalian dan berkata sambil tersenyum," tenang... semuanya akan baik-baik saja. Kami selalu ada untukmu".

Orang yang selalu ada untukmu sekalipun dalam keadaan terpuruk. Berbagi suka dan duka yang kalian rasakan. Memeluk mu di saat tubuhmu bergetar ketakutan. Bahu yang bersedia menjadi sandaran saat kita menangis dan membiarkan bajunya basah karena air mata yang terus keluar.

Tapi, bagaimana jika tangan yang terulur itu tidak mampu membantumu berdiri?

Bagaimana jika pelukan hangat itu tidak bisa membuatmu tenang?

Dan bagaimana jika bahu yang selama ini menjadi tempatmu bersandar dan menangis tak sanggup menopangnya lagi?

Lalu, apa yang akan kalian lakukan?

Berteriak memanggil mereka hingga suara mu habis yang belum tentu mereka dapat mendengar teriakanmu.

Kadang hanya diri kalian sendirilah yang mampu bangkit dari keterpurukan ini tanpa harus menceritakan semua keluh kesah kepada orang lain.

kenapa?

Apa karena orang lain pun bahkan tak mampu membantu kita?

Bukan begitu, semua masalah pasti akan lebih mudah dipecahkan ketika kalian menghadapinya bersama-sama. Namun kadang orang yang menghampiri kita bukanlah orang yang benar-benar peduli dengan apa yang kita alami. Mereka hanya penasaran dengan apa yang sedang terjadi pada diri kita. Mereka hanya bertanya tanpa memberikan kita solusi untuk masalah yang sedang kita hadapi. Terkadang dengan masalah yang kita alami pun mereka mencoba menjatuhkan kita tanpa belas kasihan demi kepentingan pribadi.

Ironis memang tapi itulah kehidupan. Tidak semua orang yang kalian kenal akan bersedia mengobati luka yang kalian rasakan. Bahkan untuk berbagi merasakan keperihan yang kita alami mereka enggan untuk hal itu . Namun ada orang-orang yang bersedia dan dengan sabarnya mengobati luka kita hingga sembuh bahkan tidak meninggalkan bekas. Terkadang kita tidak menyadari mereka, mungkin saja mereka adalah termasuk orang-orang yang selama ini kita abaikan padahal mereka memperhatikan dan peduli dengan kita tanpa harus kita memintanya terlebih dahulu. Namun, tak dapat kita pungkiri ada saja orang-orang tertentu atau bahkan orang-orang terdekat kita yang menghunuskan pedangnya tepat diluka yang kita alami dan membuat luka itu semakin membesar sehingga meninggalkan rasa perih yang begitu mendalam dan membuat kita meringis kesakitan atas apa yang telah orang itu lakukan. Mereka tidak peduli akan hal itu. Yang mereka pedulikan hanya diri mereka saja.

Terkadang menyelesaikan masalah dengan menarik diri dari keramaian untuk membuat diri ini merasa lebih tenang dan merasakan kedamaian akan mempermudah kita mencari solusi atas masalah yang dihadapi dan kita bisa saja meredam semua amarah, kebencian kita terhadap suatu hal.

Kehidupan seorang anak manusia memang seperti ini. Tidak semua hal sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Kadang hal-hal yang tidak terduga terjadi, bahkan hal itu bisa saja membuat kita frustasi olehnya. Tapi, semua hal yang sudah terjadi pada diri kita sudah diatur yang Maha Kuasa.

Mungkin ada saatnya di mana kalian mendapatkan suatu masalah dan kalian merasa masalah itu amatlah sulit untuk kalian. Lalu kalian beranggapan tidaklah mungkin kalian dapat menyelesaikan dan merasa tidak ada jalan keluar untuk masalah tersebut.Tapi ingatlah akan suatu hal yaitu tidak mungkin Tuhan memberikan sebuah cobaan kepada hamba nya di luar batas kemampuan seorang hamba tersebut. Sesulit apapun masalah yang kita hadapi semuanya pasti akan ada jalan keluarnya. Hanya saja mencari solusi untuk setiap permasalahan yang kita hadapi membutuhkan waktu dan usaha. Semua itu tidak semudah yang kita kira semuanya membutuhkan proses dalam melewatinya. Dari permasalahan yang kita alami, kita akan belajar menjadi orang yang lebih baik lagi. Karena setiap masalah yang kita hadapi membuat kita akan semakin dewasa setiap kali kita bisa melalui masalah tersebut.

Sinar mentari dari ufuk barat membuatku mengangkat wajah dan sedikit mengernyitkan dahi ketika sinarnya langsung bertemu dengan wajahku. Ku hapus air mata ini dengan kedua tanganku. Ku ambil napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Ku tatap sinar mentari yang begitu indah di senja hari. Sinarnya yang begitu indah seolah-olah tersenyum dan berkata pada siapapun yang memandangnya bahwa esok hari akan lebih baik dari hari ini, tetaplah semangat.

Aku merasakan tubuhku sedikit kram karena sudah terlalu lama dengan posisi seperti ini. Ku regangkan otot-ototku sebelum akhirnya aku benar-benar berdiri dan melangkah pergi meninggalkan tempat ini.

Kini langkahku terasa ringan karena perasaanku sekarang terasa lebih baik dari sebelumnya. Aku merasa seolah-olah sebagian masalahku terbang terbawa bersama angin yang entah ke mana akan membawanya pergi menjauh dari diriku. Terima kasih angin yang dengan setianya menemaniku di saat semua orang tak mampu melakukannya untukku, gumamku dalam hati. Aku meninggalkan tempat ini dengan senyum terukir di wajahku seakan sebelumnya tak pernah terjadi apapun.

***

22.05.2015

Percikan KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang