Interaksi

45 7 0
                                    

   Selama beberapa menit mereka hanya saling berdiam diri, Jemima yang pada dasarnya tidak suka dengan kecanggungan ini memecahkan keheningan lebih dahulu.

"S-sorry Mr, am i the only one here?" Akhirnya ia mengatakan hal yang sedari tadi berkeliaran di pikirannya.

"yea." Jawaban singkat itu tidak mampu mengusir rasa penasaran Jemima, ia berfikir untuk kembali bertanya kemudian mulai bersuara.

"How-"

"Bisakah langsung kita mulai?" Sanggahan dosen tampan itu membuat Jemima bungkam, difikir fikir sudah sepuluh menit mereka tidak melakukan apa pun. Jemima yang setuju pun mengangguk, ia membiarkan rasa penasaran itu tetap berada di pikirannya saja.

Diperhatikan dosen tampan itu kini mulai fokus menjelaskan materi dengan ringkas dan jelas, Jemima ikut fokus mengikuti kelas hingga tanpa sadar 90 menit telah berlalu.

"Baik, sudah cukup untuk hari ini." Ucap sang dosen sembari membereskan barang barangnya, tanpa mendengar jawaban dari Jemima ia beranjak meninggalkan ruangan,

"Mr Lee?" Langkahnya terhenti ketika suara si manis kembali menginterupsi, ia berbalik dan menatap Jemima dengan ekspresi dinginnya, nampak Jemima sedikit ragu disana.

"Ada apa?" Tanyanya singkat,

"Mengapa hanya ada saya, di kelasmu?" Bukannya langsung menjawab, Jenderal justru menatap manik mata si manis dengan lamat, yang di tatap salah tingkah.

"Karena saya ingin." Lagi-lagi hanya jawaban singkat yang diberikan, dan bukannya menjawab segala pertanyaan di benak Jemima, jawaban ambigu itu justru membuat sang empu semakin bingung.

Setelah menjawab Jenderal benar benar beranjak pergi, meninggalkan Jemima yang masih bergelut dengan pikirannya.

. . .

"KAU SERIUS JEM??" Teriakan nyaring itu sontak membuat Jemima melotot ke sahabatnya

"Hey. Berhenti berteriak, kita sudah menjadi pusat perhatian bodoh!" gerutu Jemima sembari menarik sahabatnya untuk menjauh dari tempat yang ramai ke taman di halaman belakang kampus yang sepi.

"Wah. Kalau aku jadi kau, aku sudah jatuh cinta dengan dosen tampan itu, sifat dinginnya justru yang menjadi pusat perhatian seluruh mahasiswa disini!" cerocos Haeckal dengan berlebihan, Jemima sudah tidak heran. Kelakuan sahabatnya ini memang beda dari yang lain.

"Tetap saja aku merasa janggal, 'Kal. Aku mengakui ia memang tampan dan membuatku terpesona, namun aneh sekali dosen yang paling disenangi mahasiswa ini kelasnya kosong, iya kan?"

Pernyataan Jemima sontak membuat Haeckal berfikir, ia rasa benar juga.

"Sudahlah, nanti juga kau dapatkan jawabannya. Dari pada memikirkan hal itu, bagaimana kalau kita pergi makan, perutku sudah meronta ingin diberi makan, tahu!" Ucap Haeckal kemudian beranjak pergi mendahului Jemima yang kini menggelengkan kepalanya

"Anak ini, soal makan saja maju paling depan. Tunggu aku Haeckal!!"

Baru sampai di kafetaria, Jemima tersadar ponselnya tidak ada.

"Sial, Kal. Kau pergi dulu saja, ponselku sepertinya tertinggal di ruangan, nanti aku menyusul, kau makan dengan yang lain dulu saja ya, dah!" Ucap Jemima dengan terburu buru dan menuju ke tujuannya

"Hey!! kau membiarkanku makan sendirian Jem!" Haeckal menatap kepergian sahabatnya itu dengan kesal, sepertinya Jemima melupakan fakta bahwa Haeckal tidak punya teman selain dirinya. Mau tak mau Haeckal makan sendirian kali ini, ia pasti merasa canggung.

MR. LEE (ON GOING!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang