Is It Still Beautiful

12 2 0
                                    

Have you changed?
The way you talked that made me laugh- is it the same?
Please be happy
Because you met a good person who fills all the things I lack
(Seventeen – Is It Still Beautiful)

***

"Mas, lo udah semenit nggak ngedip, nanti lo bintitan loh."Indira berkata sambil menepuk bahu Bulan, menyadarkan Bulan dari lamunannya.

"Anjir siang-siang mijo lu ya?"tuduh Johnny yang hanya dibalas lirikan kejam dari Bulan.

"Fix kelamaan jomblo jadi gitu deh birahi tak terpenuhi."Fiona menambahkan, membuat ketiga rekan tim Bulan itu kini sibuk cekikikan.

Sebenarnya, celotehan-celotehan ini yang Bulan rindukan selama ia dinas di Singapura. Meski di timnya di Singapura juga ada orang Indonesia, tentu tak ada yang bisa menandingi celotehan asal Fiona, Indira, dan Johnny. Saat Bulan pulang pun, kalimat pertama yang Indira lontarkan padanya adalah...

"Yah lo kok balik-balik masih jomblo, Mas? Belom move on, ya?"

Sukses membuat Bulan menempeleng kepala gadis itu dengan tumbler oleh-olehnya. Padahal, beberapa kali Bulan dekat dengan orang lain di Singapura. Hanya saja, memang belum ada yang cocok di hati. 

"Nanti pulang kita party di apartemen Fiona, yuk."ajak Indira. "Merayakan berakhirnya badai akhir bulan sekaligus menyambut badai akhir tahun."

"Perayaan macam apa tuh? Tapi gue oke sih. Hehe."Fiona menyambut baik ajakan temannya itu. 

"Oke tapi gue balik dulu ambil wine gimana?"tanya Johnny.

"Anjir besok masih hari kerja, gila."Fiona memperingatkan.

"Lah buat die mah wine udah kaya Yakult aja, minum dua botol tiap hari agar usus sehat."ceplos Indira.

Fiona lalu menggeser duduknya, mendekat ke arah Bulan. "Mas Bulan yang traktir pizza kan?"

"OF COURSE LAAAH~..."koor Johnny dan Indira berbarengan, diiringi tawa bersama Fiona melihat wajah Bulan yang langsung berubah kecut.

Dia bahkan belum mengatakan apa-apa dari tadi. Bisa-bisanya sudah dihina sedemikian rupa karena ketahuan melamun, masih harus menraktir mereka pizza pula.

***

Kalau ada angket rekan satu tim paling menyebalkan, Bulan akan langsung menominasikan Fiona, Indira, dan Johnny. Sudah harus traktir, ia sendiri yang harus mengangkut pizza itu dari lobby apartemen Fiona. Saat ojol yang mengantarkan pizza meneleponnya, ketiga rekan kerjanya itu hanya cengengesan dan pura-pura sibuk. Johnny tiba-tiba menelepon Ibunya, Indira tiba-tiba ke toilet, dan Fiona si empunya apartemen tiba-tiba sibuk mengisi air di cetakan es batu.

Bulan melangkah menuju lift seraya menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan tingkah ketiga rekannya yang meski sangat menyebalkan, tapi selalu ia rindukan selama di Singapura. Tak ada yang menyuruh Bulan pesan makanan, menghina status jomblonya, apalagi mengungkit-ungkit hubungannya dengan gadis itu.

Bener juga, dia apa kabar, ya?, pikir Bulan.

Selama di Singapura, Bulan sama sekali tidak berkontak dengan gadis itu, Kayla. Selain karena kesibukannya yang sangat padat, frekuensi Kayla mengunggah di media sosial pun berkurang. Gadis itu hanya sesekali mengunggah lagu yang ia dengarkan, masakannya—itu pun hanya satu kali, dan mengunggah ulang teman yang menandainya di unggahan mereka. Tak banyak informasi yang bisa Bulan dapatkan dari media sosial Kayla.

Sembari menunggu lift, Bulan pun mencoba untuk membuka akun Instagram Kayla. Masih sama dengan terakhir saat Bulan melihat—saat ia masih di Singapura. Gadis itu sudah hampir 10 bulan tidak mengunggah di akunnya. Bulan pun hanya bisa menikmati foto-foto lama yang diunggah gadis itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

From The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang