25. Maafin gue Rul

24.8K 2.4K 125
                                    

*vote.

.

.

.

"Tunggu bentar Gan. Ini kek nya ada yang salah." Wil memperhatikan sekali lagi foto itu. Dia zoom foto itu karena dia merasa foto itu gak beres.

Afgan yang juga kepo sama pendapat Wil ikutan mendekat.

"Ini editan." ucap Wil yakin.

"Lo yakin Wil?"

"Iya. Gak salah lagi nih ini editan. Lo liat aja deh bagian kepalanya. Ini kalo di liat sekilas emang kek asli tapi lo coba perhatikan lagi deh. Postur tubuh yang depan ini agak gemukan, sedangkan tubuh nya Ruli itu gak segede ini."

"Lo bener Wil. Kenapa gue gak mikir sampe situ ya?" Afgan mah yang di pikirin apa, cuma pantatnya Bagas doang yang dia pikirin.

"Kita harus cepetan kabarin ke media kampus kalo ini tu hoax. Ini gak bener. Kasian Ruli."

"Setuju. Ayok."

"Eh tunggu bentar gan,... "

Wil menghentikan langkah. Dia teringat sesuatu.

"Tama dimana?"
___________________________________________

Dengan terburu-buru Tama menuju parkiran. Dia tau Ruli ke kafe karena dapet info dari Bagas. Dia niat mau nyusul kesana.

"Tama!" Risa memanggil dan lari nyamperin Tama.

"Lo mau kemana?"

"Gue harus nyusul Ruli, Ris. Perasaan gue gaenak. Tadi Bagas nelfon dia di kafe sekarang." Tama langsung masang helm fullface nya. Lalu mundurin motor gede nya dari tempat dia parkir.

"Hati-hati ya Tam. Semoga masalah ini cepet kelar."

"Oke. Lo tunggu sini ya Ris. Ntar gue kabarin."

Baru aja mau nyalain mesin, si jalang Sintya dateng lagi.

"Tamaaaaa..... "

Tama mendengus malas. Begitu juga Risa. Bahkan dia udah mulai berubah jadi mode petarung.

"Buru-buru banget mau kemana sih? Temenin gue makan yuk? Hayuk." Sintya merangkul lengan Tama yang padahal mesin motor nya udah di nyalain.

"Ooooh lu masih mau nyusulin si babu itu ya?"

"Babu apaan maksud lo?" tanya Tama rada naik pitam.

"Ya kan emang dia babu, kerja di kafe kakak gue. Mana dia selingkuh ya? Selingkuh nya sama kakak gue lagi. Babu itu masih terlalu halus buat gambarin manusia kek dia."

"Apa lo bilang?" Risa maju menghadang di depan Sintya.

"Lo gak usah ikut campur. Ini bukan urusan lo." balas Sintya ketus.

"Masalah Tama Ruli juga jadi masalah gue. Lo masih gak tau malu ya ternyata. Sama-sama anjing nya kaya abang lo."

Sintya cuma sidekap tangan menatap remeh Risa yang lebih pendek tubuh nya dari pada dia.

"Dan gue tau kok, lo kan yang nyebarin foto itu."

"Jaga mulut lo. Mana ada bukti lo bisa bilang kaya gitu."

Risa mengkode Tama buat buruan pergi dari sini. Dia yang urus Sintya.

"Tama. Tama jangan tinggalin gue dulu."
Sintya berusaha cegah Tama pergi tapi Risa sekuat tenaga menghadang si jalang itu. "Apa sih?" Dia menepis tangan Risa.

"Buruan pergi Tam. Dia biar gue yang urus.

Meskipun tubuh Risa lebih kecil dari Sintya tapi dia gak mau kalah. Sebelum suara Sintya bergema dengan lantang bilang,

Gerah [ bxb ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang