Happy reading and sorry for typo
__________Hari ini para penghuni 'Rich zone kompleks' berkumpul dikediaman keluarga Diningrat atas suruhan pak RT.
Para warga sih nurut-nurut aja, begitupun dengan sang tuan rumah yang juga tak keberatan.
"Ini ada acara apasih pake kumpul segala?" Itu keluhan yang keluar dari mulut haruto sedari tadi.
Pemuda itu memang sedang menginap dikediaman Diningrat, tapi tak menyangka bahwa rumah besar itu akan didatangi oleh seluruh penghuni kompleks.
Meski rumah keluarga Diningrat besarnya mengalahkan gelora bung Karno, tetap saja kedatangan seluruh penghuni kompleks membuat space nya berkurang.
"Ini darurat, kata pak Taemin author nya mau rehat." Jaemin menjawab
"Sedih banget ya Yong, belum sempet jadian sama Jisoo udah tamat aja ceritanya." Yuta menggoda sang teman yang kini duduk dengan raut kesal.
"Jangan sedih bang, kan author lagi garap lapak taesoo yang sebelah." Haechan memberi semangat pada Taeyong
"Iya, enggak perlu galau. Author kan taesoo enthusiast. Di draft nya aja ada banyak lapak taesoo yang siap garap." Hendery menimpali
"Gue jadi iri sama Lo, bang. Lo meskipun gak bersatu di lapak ini tapi disatuin di jejeran lapak sebelah. Lah gue? Enggak pernah disatuin di lapak manapun." Itu curahan hati Mingyu yang kini sedang merengut sebal.
"Makanya nurut sama author." Balas doyoung mencerca
"Tes, tes. Dimohon perhatiannya kepada seluruh penghuni kompleks ini." Taemin berujar dengan mikrofon digenggamnya. Matanya menelisik sosok warganya.
"Jadi, diadakannya acara kumpul bersama yang begitu mendadak kali ini adalah untuk membicarakan perihal author yang ingin mengakhiri kisah ini."
"Huhuhu... Gue enggak mau pisah sama mbak Jisoo." Chenle merengek mendekap Jisoo erat, seakan sang kakak akan pergi jauh sekali.
"Lo sih enak bang, pasti ketemu mbak Jisoo lagi di lapak sebelah. Lah, gue? Mending author nya ingat kalau gue adeknya mbak Jisoo, kalau enggak?" Jaemin mencurahkan segala keluh kesahnya sembari menunjukkan mimik wajah yang terkesan dilebay-lebaykan.
"Mohon tenang dulu semuanya, ini baru rencana author." Taemin menenagkan warganya yang terlihat ricuh.
"Jadi, gimana kelanjutannya pak RT?" Seulgi bertanya mewakilkan seluruh penghuni kompleks.
"Dikarenakan author yang semakin sibuk, dan juga lapak ini yang belum selesai setalah 2 tahun lebih. Author dengan berat hati membuat keputusan untuk mengakhiri cerita ini. Tapi, Kisah ini bisa lanjut lagi di lapak sebelah, tapi cuma dengan beberapa yang mirip."
Para warga mengangguk sembari berpikir matang-matang.
"Menurut saya selaku kepala keluarga Diningrat yang kaya tujuh turunan, delapan tanjakan, sembilan tikungan dan sepuluh belokan ini berpendapat bahwa sebaiknya memang begitu."
Suho menarik napas pelan sebelum kembali melanjutkan ucapannya, "karena author juga punya kesibukan seperti kita. Siapa tahu dia sibuk memperkaya diri untuk membeli tiket konser Blackpink tahun depan? Jangan lupa juga pada jejeran cerita lain yang harus ia selesaikan. Ditambah cerita di draft yang juga perlu digarap. Kasihan kalau kita memaksa author tetap melanjutkan cerita ini, tapi dengan keadaan terpaksa yang malah akan menyakiti semuanya. Author lelah dipaksa menulis, pembaca lelah menunggu, dan kita pun lelah menganggur tanpa harus akting sana sini. Lagipula cerita ini adalah cerita yang paling lama bertahan diantara yang lain. Kalian egois enggak mau membiarkan cerita lain juga on going? Apa kalian tak mau menjadikan buku ini berada di daftar end milik author? Lagian juga kita bisa ketemu dilapak sebelah yang udah mirip spin off,kan?"
Seluruh manusia yang berkumpul diam, merenungi kata-kata Suho yang memang ada benarnya. Walau masih dengan sedikit unsur sombong.
"Keluarga Diningrat ikut papi aja." Jaehyun bersuara mewakilkan anggota keluarga Diningrat yang lain.
"Jadi gimana menurut para warga sekalian? Ada yang punya opini lain?" Taemin kembali bersuara, meminta kembali opini dari warganya.
"Gue mewakili keluarga Prakarsa setuju dengan keputusan itu. Kasihan author udah banyak beban hidup. Jangan kita tambahi dengan menolak mengakhiri cerita ini, toh kita masih bisa bertemu di tetangga sebelah. Biarkan author meringankan pundaknya sejenak." Sehun membalas dengan raut tenangnya, diikuti oleh anggukan dari istri dan anak-anaknya.
Para warga pun sepakat mengangguk-anggukkan kepalanya dengan serentak.
"Jadi fix, ya?" Taemin memastikan kembali, dan dibalas anggukan oleh para warganya.
"Kalau gitu jangan bubar dulu, author mau kesini buat pamitan." Taemin berujar sebelum berlalu dari hadapan para warganya, membiarkan warganya menyiapkan santapan yang disiapkan oleh tuan rumah.
Sepuluh menit kemudian, ada seorang gadis yang masuk dengan tergesa kedalam kediaman Diningrat itu.
"Eh author, mari saya antar." Taemin menyambut gadis itu, menuntunnya kearah podium yang sengaja disediakan.
"Makasih ya, pak Taemin. Saya makin enggak enak sama kalian semua." Gadis itu berujar setelah mendengar cerita Taemin tentang kejadian sepuluh menit yang lalu.
Gadis itu maju ke arah podium dengan perasaan cemas, meski mimik wajahnya terlihat biasa saja.
"Tes... Tes... Mohon perhatiannya semua. Sebelumnya saya mohon maaf karena harus menyelesaikan cerita ini dengan ending yang menurut saya sendiri amat sangat tidak memuaskan. Apalagi banyak kapal-kapal yang belum berlayar. Saya mohon maaf sekali lagi."
Gadis itu menghela napas panjang sebelum kembali berujar, "karena kalian sudah tahu garis besar alasan dan apa rencana saya selanjutnya, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih telah membantu berjalannya cerita ini selama dua tahun. Bahkan hingga pembacanya menembus dua puluh delapan ribu pembaca. Sangat mengagumkan. Maaf karena harus meninggalkan kalian, padahal kalian saksi bagaimana tumbuhnya kemampuan menulis saya sedari dua tahun yang lalu."
Gadis itu mengukir senyum manisnya, "jadi, selamat tinggal semuanya. Sampai jumpa lagi lain waktu, maaf dan terima kasih."
Gadis itu turun dari podium, kembali menuju mobilnya yang terparkir didepan gerbang kediaman keluarga Diningrat itu.
Sebelum membuka pintu mobilnya, gadis itu menatap kompleks perumahan itu dengan lekat dan dalam. Netranya menelisik sudut demi sudut, sebelum akhirnya sosok itu hilang bersama dengan mobilnya yang juga meninggalkan kompleks perumahan itu.
______
The end!
Akhirnya ini cerita kedua yang aku selesaikan, meski dengan akhir yang tak jelas. Mohon maaf bila selama ini ada banyak kekurangan dan bahasa yang menyinggung entah sengaja atau tidak. Terima kasih telah setia mendukung cerita ini sejak 2 tahun yang lalu.
Sampai jumpa di ceritaku yang selanjutnya.With love
~Jnawa 😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
crazy rich family (End)
HumorKeluarga yang super kaya Hartanya ga abis-abis 7 turunan 8 tanjakan 9 belokan 10 tikungan Songong? Pasti lah itu motto mereka Tapi mereka suka berbagi walau sedikit Riya wkwkwk Kalem? Jangan harap Diem? Mereka bahkan lebih berisik daripada toa masj...