bab 3

9.9K 193 7
                                    

Aku memutuskan untuk tidak meladeni kata-kata Pakde Wanto karena aku masih takut. Aku tidak tahu dia serius atau bercanda. Susah membaca intonasi nadanya. Aku hanya tertawa gugup lalu menonton TV.

Tapi berhari-hari kemudian aku jadi terbayang bayang gambaran kontol Pakde Wanto. Aku tak pernah melihat kontol orang lain di dunia nyata. Bahkan dulu waktu sekolah aku ganti baju di toilet. Tidak berani ganti baju di kelas.

Aku tak peduli kalau pun kontol Pakde Wanto kecil. Aku terlalu naksir dengan sosoknya. Suatu malam aku bermimpi berciuman dengannya dan bangun dalam keadaan basah. Seharian aku terbayang-bayang sosoknya. Ketika dia akhirnya muncul di depan kamar untuk nonton dangdut, aku makin deg degan.

Pakde Wanto memperhatikan ini karena akhirnya setelah makan dia bilang.

"Kenapa emangnya, Dek?" Tanyanya.

Entah apa karena dia tahu kalau aku homo atau memang aku diam diam mau mengetes tawarannya waktu itu, aku bilang, "Semalem aku mimpiin Pakde."

"Mimpiin apa?"

Pakde Wanto menyalakan rokoknya. Kamarku sekarang selalu bau rokok Surya. Dulu aku benci tapi sekarang bau rokok surya jadi membuatku teringat dengan Pakde Wanto.

"Mimpi begitu ya?" Tanya Pakde Wanto sambil menunjukkan simbol ngentot dengan jarinya.

Aku menggeleng.

"Nggak kok. Cuman ciuman aja."

"Udah pernah po ciuman?" Tanyanya.

Aku menggeleng lagi.

"Makanya, Dek. Cari pacar," katanya.

Aku tertawa gugup.

Jam setengah sebelas, dangdut sedang iklan ketika tiba-tiba Pakde Wanto bilang, "Dek, kamu punya apa video yang normal?"

"Hah?"

"Itu lho video yang kayak kemarin tapi yang normal."

Aku mengangguk pelan.

"Ada sih. Jepang tapi."

"Mau dong lihat," katanya.

Aku diam tapi kemudian membuka laptopku. Bokep jepang selalu ada ceritanya. Pakde Wanto bilang, "Wah ini ayu ya perempuannya. Bagus badannya."

"Iya."

Ketika si perempuan dicium paksa oleh mertuanya, Pakde Wanto kaget.

"Lho, ini mainnya ga sama yang muda tadi?"

"Enggak. Aku kan sukanya yang tua."

"Lho beneran?"

"Iya."

Pakde Wanto sepertinya mulai terangsang karena nafasnya mulai berbeda. Kemudian dia bilang, "Kamu boleh kok nyobain ke Pakde kalau mau. Pakde gak akan bilang siapa-siapa."

Aku diam saja. Pakde bilang lagi, "Aku juga sebenernya pengen ngerasain diemut kayak gimana."

Entah apa yang merasukiku, aku duduk mendekat ke Pakde Wanto. Kemudian tanganku meraba pahanya. Pakde Wanto tersenyum.

"Pakde ga akan bilang siapa-siapa."

Malam itu, aku pertama kali melihat kontol laki-laki lain.

Pakde WantoWhere stories live. Discover now