Chapter 4 - Pilihan (END)

287 30 2
                                    

Seungmin terdiam menatap Chan yang kini tengah bermain bola bersama teman-temannya. Ah, bukan bermain. Sekarang mereka sedang melangsungkan olimpiade antarjurusan. Ntah bagaimana ceritanya, tapi Chan mengikuti semua cabang olahraga mewakili jurusannya dan Seungmin sendiri baru tau jika pacarnya sangatlah berbakat di bidang olahraga, pantas saja pacarnya itu memiliki tubuh atletis.

Dirinya sendiri? Jangan ditanya. Seungmin lebih memilih untuk membaca buku di waktu luangnya ketimbang harus berolahraga. Bahkan, rutinitas mendaki gunung setiap Sabtu pagi yang dia lakukan pun berkat Chan yang selalu memintanya menginap dan mereka akan pergi keesokan paginya. Seungmin berdiri, bermaksud untuk memberikan minum kepada Chan karena pertandingan baru saja berakhir, tetapi ada seorang perempuan yang menghampiri Chan dan memberikannya botol minum dan Chan menerimanya lalu berterima kasih. Panitia kah? Tapi perempuan itu tidak memakai lanyard panitia.

Chan tidak melihat Seungmin karena memang posisinya cukup jauh dari tempat di mana Seungmin berada. Kekasihnya itu kini berkumpul bersama teman-temannya dan Chan terlihat membuka botol minum yang diberikan perempuan tadi. Seungmin menatapnya, ntah kenapa dia berharap Chan tidak meminum air mineral itu karena dia menoleh ke samping dan melihat bagaimana perempuan tadi sedang menatap Chan bersama teman-temannya dan mereka begitu heboh menanti Chan meminum air mineral itu. Cemburukah dia? Ntahlah. Seungmin tidak tau.

Chan mengangkat kepalanya dan melihat Seungmin di kejauhan, tetapi dia melihat kekasihnya itu sedang menolehkan kepalanya dan Chan pun mengikuti arah pandang Seungmin, ke sekumpulan perempuan yang tengah heboh menatapnya. Dan Chan pun menyadari satu hal bahwa minuman yang berada di tangannya bukanlah pemberian panitia, perempuan tadi bukanlah panitia.

Chan terkesiap saat dia melihat Seungmin mengambil tasnya dan menyampirkannya. Dia melihat botol air minum yang dibawa Seungmin, tetapi anehnya, Seungmin justru berbalik dan berjalan pergi. Chan pun memberikan botol minum yang dipegangnya kepada temannya dan bergegas berdiri kemudian berpamitan kepada yang lain. Pasti Seungmin sedang memikirkan hal negatif dan inferior complexnya muncul lagi.

Chan pun berlari. Cukup jauh memang jarak dari tempatnya tadi dengan tempat Seungmin duduk. Jadi tentu saja saat dia berhasil mencapai titik di mana Seungmin berada sebelumnya, kekasihnya itu sudah tidak ada di sana.

Seungmin berjalan tanpa arah. Dia memasuki gedung ntah fakultas apa dan berjalan menaiki tangga. Dia tidak menangis. Tentu saja dia tidak menangis. Tetapi, dia semakin sadar bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa jika dibandingkan dengan Chan yang begitu populer karena segudang prestasinya. Berpacaran dengan Chan sebenarnya membuatnya bahagia karena laki-laki itu selalu mencurahkan perhatiannya. Tapi, dia bahagia saat mereka hanya berdua. Di tempat umum? Tidak, dia tidak suka berada dengan Chan di tempat umum karena semua mata memandang mereka dan bertanya-tanya kenapa Chan berada bersamanya.

Tentunya orang-orang tau bahwa mereka berkencan, tetapi dia pun tau bahwa banyak yang mempertanyakan hal itu dan menuduhnya menggoda Chan. Bahkan, dia sempat mendengar rumor bahwa dia menjebak Chan sehingga laki-laki itu mau berpacaran dengannya. Putus? Tentu saja dia tidak mau. Tapi, omongan negatif itu tidak pernah berhenti dan tentu saja dia lama-lama muak. Tapi... akankah hidupnya menjadi lebih indah tanpa Chan? Bukankah dia justru menjadi lebih bahagia saat bersama Chan?

Tanpa sadar, kini Seungmin sudah berada di atap gedung, rooftop yang sama, rooftop di mana pertama kalinya Chan menariknya dan laki-laki itu mengajaknya untuk berpacaran. Dan Seungmin pun duduk, bersandar di tembok dan merenung. Dia beberapa kali mendengar dering ponsel di dalam tasnya, tetapi dia tidak menghiraukannya karena dia yakin itu pasti Chan yang mencarinya karena sekarang hari Jumat dan inilah jadwal mereka menginap. Malam ini Chan akan menginap di apartemennya.

Seungmin menarik kakinya, menekuk lututnya dan memeluknya. Kepalanya dia benamkan di antara kedua lututnya dan dia pun menangis. Menangisi kebodohannya sendiri karena dia sadar bahwa dia cemburu, cemburu pada perempuan yang memberi Chan minum. Dan juga, kebodohan karena dia merasa rendah diri hanya karena hal itu.

Never-ending Story Book 2: Star Lost (ChanMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang