bab 44

1.1K 140 8
                                        

Haloo semuanya, maaf ya aku baru bisa up bab ini. Akhir-akhir ini aku sibuk banget, sampe nggak sempet nulis dan menyapa kalian semua. Dan sekarang, akhirnya aku bisa menyapa kalian lagi dengan bab ini.

Selamat membaca..
Warning Typo ❗❗

Jangan lupa vote dan komen yaa
Ditunggu..


14/11/22

Regan datang ke rumah Aquila yang dulu, ia berniat untuk menemui kakak iparnya. Dengan langkah pasti, ia memasuki rumah mewah itu. Memang berat untuk membuka pintu maaf untuk Andre, apalagi setelah kepergian putrinya. Namun, Regan tidak bisa terus menyimpan kebencian. Karena selalu di ajarkan untuk memaafkan siapapun orang yang menyakitinya.

Suasana rumah itu tidak berubah, semuanya tampak masih sama. Seperti dulu saat ia pertama kali datang dan terakhir kali ada di rumah itu. Selalau sepi, hanya terdengar suara jarum jam yang berbunyi cukup nyaring. Bahkan rumah itu juga tidak pernah di kunci, sehingga Regan tetap bisa keluar masuk sesuka hati. Hanya ada satpam di pintu gerbang, dan asisten rumah tangga sudah sibuk di belakang.

"Lo mabuk?" tanyanya, ketika kaki panjangnya sudah sampai di sebuah ruangan yang selalu menjadi tempat Andre menenangkan pikiran.

Laki-laki yang tengah duduk sambil menyesap wine, menoleh. Tersenyum singkat pada Regan, lalu kembali menuangkan wine pada gelasnya yang sudah kosong.

"Jangan temuin gue, nanti istri lo marah." ujar Andre.

"Gue kesini mau kasih tau lo, kalau nanti Aquila ngundang lo dateng buat ikut makan malam bersama keluarga besar kita. Kalau lo nggak sibuk, katanya." Regan mengambil duduk di depan Andre, sembari memperhatikan lemari wine yang ada di belakang kakak iparnya.

"Apa, Aquila udah mau maafin gue?" tanya Andre cepat.

"Lo nggak tanya apa, gue udah maafin lo?" Regan balik bertanya.

"Gue nggak yakin, lo bisa maafin gue. Setelah semuanya yang udah gue lakuin ke lo selama ini." Andre berkat dengan senyum paksa.

"Nah, itu tau. Tapi untungnya gue punya bunda, jadi perlahan gue akan mulai memaafkan semua yang lo lakuin ke gue. Meskipun kehilangan anak sangat menyakitkan, tapi gue harus tetep buka pint maaf buat lo. Karena bunda, selalu ngajarin gue dan kedua adik gue untuk selalu memberiku maaf pada orang-orang yang udah nyakitin kita. Dan nggak perlu membalas, karena tuhan pasti akan membalas mereka." jelas Regan, ia jadi mengingat masa kecilnya dulu. Di mana ia dan kedua kembarannya selalu dijauhi oleh anak-anak seusianya. Mereka juga selalu berusaha menyakiti fisik dan perasaan Regan dan kembarannya.

Mendengar penjelasan yang Regan berikan,  membuat Andre merukuti dirinya. Ia benar-benar sudah salah, karena selalu berpikir jika Regan hanya main-main dengan Aquila. Ia juga terlalu takut untuk kehilangan Aquila jika nanti adiknya sibuk dengan suami dan anak-anaknya.

"Gue egois banget ya, Gan?" tanya Andre, tanpa melihat pada Regan.

"Selama ini, gue yang jagain Aquila sendiri. Semenjak kedua orang tua kita meninggal, kita hidup berdua. Satu-satunya keluarga yang gue miliki cuma Aquila, jadi gue selalu berjanji sama diri gue sendiri untuk selalu jagain dia dan buat dia bahagia. Sampai gue bener-bener nggak mau pisah sama dia, meskipun dia udah nikah, karena gue takut. Gue takut kesepian dan nggak akan ada yang peduli lagi sama gue." lanjut Andre, ia segera mendongakkan kepalanya, ketika merasa air matanya hendak keluar.

Regan tersenyum melihat kakak iparnya, ia sudah melihat mata Andre yang berkaca-kaca. Dan sekarang sudah pasti sedang menyembunyikan air matanya. Tak mau membuat Andre semakin sedih, Regan memilih untuk bangkit.

Regan dan Cintanya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang