➳07

3.8K 646 42
                                    

(Name) pov

"Berikan alasan untuk aku mengikuti perkataanmu"

Gergaji miliku sebentar lagi akan menyentuh wajah cantik Lilian dengan brutalnya, tak pernah terpikirkan olehku bahwa salah satu karakter favorit ku ini akan berakhir seperti ini.

"Cukup! Nona sudah keterlaluan!"

Tanganku berhenti. Telingaku memproses apa yang baru saja dikatakan Felix. Dalam sekali toleh aku mendapati banyak ekspresi padanya. Sedih, marah, tegang..

Apa katanya? Keterlaluan?

Aku terkekeh merutuki kebodohan sendiri yang cinta mati padanya. Seharusnya Felix dan Lilian kan? Mereka sudah ditakdirkan bersama.

Tapi sekarang berbeda. Kini aku memakai marga Rovein di namaku. Felix milikku.

Aku mengeram kesal, melepas kasar genggamanku pada rambut Lilian yang sudah pingsan dan menghilangkan sihirku pada Felix. Perkataannya barusan membuatku sakit hati.

Tanpa aba-aba lagi Felix merebut tubuh Lilian dari hadapanku. Ia terlihat panik dan menggendong wanita itu dengan hati-hati.

"Saya akan membawa Lilian ke dalam"

Plak!

"Aku.. kecewa pada mu Felix"

━━━━━━༺༻ ━━━━━━

Semenjak kejadian itu, aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Nona Diana. Bahkan ketika pekerjaan ku sudah selesai aku langsung berteleport ke tempat jauh dari istana.

Malamnya aku tidak tidur bersama Felix dan sebisa mungkin menghindari pria bersurai Merah itu.

Aku butuh waktu.

Lilian beberapa saat lalu menemuiku. Ia menjelaskan semuanya padaku. Tentang bagaimana sampai ia dan Felix bercium-- sudahlah aku muak.

"Saya benar-benar minta maaf. Saya menyukai Tuan Rovein sejak lama, dan saya tidak ingin ia dimiliki oleh orang lain" kata Lilian sendu.

"Lalu? Jika kau masih tidak ingin ia dimiliki oleh orang lain, kenapa kau tidak bunuh saja dia dan memakannya? Dengan begitu kalian akan bersatu tanpa ada yang mengusik kehidupan kalian" jawabku ketus. Tapi bercanda ya. Mana mau aku kehilangan Felix. Eaaaak

"T-Tapi sekarang saya sudah bisa.. Dan saya harap tidak ada masalah lagi kedepannya"

"Ya terserahlah.. Jika kau masih gatal nanti datang padaku. Banyak alat penggaruk yang sedang menganggur"

"S-Sekali lagi maafkan saya!"

Yaps. Kira-kira begitulah.

Kini aku berada diatap salah satu bangunan tinggi di Obelia. Menatap kagum keindahan negara permai itu seraya menikmati semilir angin yang tenang.

Melepas segala beban pikiran dikepalaku dan bersenandung pelan.

"Hahh.. Kabar semua disana.. Bagaimana ya.."

"Aku rindu Naya.. Teman-teman.. Orang tua ku.."

Tanpa kusadari, air mataku mengalir deras membasahi pipiku dengan cepat.


"Duhh kangen semuaaa weeee.. Hikss hiks"

𝐑𝐞𝐝 𝐊𝐧𝐢𝐠𝐡𝐭 [END] || F. RoveinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang