Chapter 8: Bertemu Mira

843 21 2
                                    

Rasa dingin terasa menusuk punggungku. Seakan memaksaku untuk segera membuka mata dan terbangun dari pingsanku.
Terakhir, yang kuingat, aku dan beberapa temanku mengejar seorang pelaku pencabulan lalu kemudian kesadaranku tiba tiba hilang ketika aku menyadari bahwa pelaku pencabulan itu adalah diriku sendiri, tubuhku yang asli.

Kepalaku pun masih terasa sangat pening. Kemudian, aku tersadar bahwa aku telah berada ditempat yang sangat aneh saat ini.

Aku melihat sekeliling, sejauh mata memandang, yang kutemui hanyalah tembok putih dalam sebuah kamar yang terasa sangat dingin sekali suhunya.

Kemudian, sebuah tangan tiba tiba menyentuh punggungku dari belakang, membuatku terhenyak dari rasa kebingungan.
Aku pun menoleh, dan kembali dibuat kaget oleh apa yang aku temui.

"M-Miraa?"

Aku terkejut, seolah tak percaya hingga membelalakan mata, melihat Mia yang asli, sekarang berdiri dihadapan ku.

Wajahnya nampak pucat, tatapanya kosong, dengan memakai baju serba putih ia berdiri memandangiku.
Ia hanya terdiam, tak berkata satu huruf pun. Bibirnya nampak mulai tersenyum dingin, sedingin ruangan ini.

"Miir! Jawab aku!! Kamu tadi berada tubuhku kan?"Tanyaku dengan nada sedikit lantang, sembari memegang kedua pundaknya dan menggoyangkan-nya dengan agak keras, membuat tubuhnya yang kaku dan pucat bak seorang mayat itu pun bergerak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Miir! Jawab aku!! Kamu tadi berada tubuhku kan?"
Tanyaku dengan nada sedikit lantang, sembari memegang kedua pundaknya dan menggoyangkan-nya dengan agak keras, membuat tubuhnya yang kaku dan pucat bak seorang mayat itu pun bergerak.

"Mir, jawab aku! Kenapa kamu ngelakuin hal itu ke temenmu sendiri tadi?"

"Kenapa kamu memakai tubuh seseorang dengan seenaknya seperti tadi?"

Ia hanya diam mematung, bak manekin namun dengan kulit manusia.

"Bagaimana klo aku, maksudnya.. dirimu yang memakai tubuhku tertangkap dan dijebloskan ke penjara, lalu masuk berita dimana mana? Mau ditaruh dimana harga diri-"

"Lalu? Bagaimana dengan semua hal yang sudah kau lakukan ke tubuh ku?"
Celetuk-nya secara tiba tiba, memotong pertanyaan ku tadi.

Aku terdiam, aku seolah tertampar tepat dibagian wajah oleh pertanyaan balik Mira.

"Kamu menikmatinya bukan?" Lanjutnya.

Tiba tiba lantai diruangan yang serba putih ini, muncul perlahan sebuah cairan hitam yang merembes keluar.
Punggung ku kembali merasakan kekuatan aneh, yang seolah menarik diriku dengan sangat kuat ke belakang hingga menyebabkan aku terjatuh dan terhempas ke lantai yang sudah dipenuhi oleh cairan hitam

Mira tiba tiba menghilang di hadapanku. Bersamaan dengan cairan hitam yang mulai merendam dasar ruangan.

"Kenapa ini? Mir? Miraa? Kamu dimana? Mir!"

Tubuhku perlahan mulai dilahap oleh cairan hitam ini.
Teksturnya terasa sangat lengket, hingga sekedar untuk berdiri, menggerakan kaki dan tangan pun tak bisa.

"Tolong Mir! Tolong!"
Aku teriak, memanggil kembali Mira yang menghilang, namun yang kutemui saat melihat sekeliling ku, hanyalah ruangan serba putih yang perlahan mulai dibanjiri cairan hitam yang hampir merendam penuh seluruh sudut ruangan.

Aku tak bisa bernafas, tak punya tenaga sama sekali untuk melepaskan diri dari cairan ini, yang mulai merendam habis tubuhku, seolah ingin melahapnya hidup hidup.

"Mir!"
"Mir!"
"Miraaaaaa toloonggg!"

Aku berteriak dengan kuat, hingga membauat suara yang keluar terasa agak serak.
Pandanganku pun menjadi gelap, tubuhku telah sepenuhnya terendam oleh cairan hitam, diiringi dengan hilangnya kembali kesadaranku.

===============================

"Miraaaaaa"
"Kenapa nakk, ada apa"

Mataku tiba tiba terbuka, kesadaranku sepertinya telah kembali, terbangun kan oleh suara Ibu Mira yan telah berada di sampingku.

"Maaahhh"
Teriakku, sembari memeluknya dengan erat.

"Ada apa nakk?, Ya ampun.. minum dulu gih"

Aku pun segera meminum air yang diberikan wanita itu, menenggaknnya habis hingga tak menyisakan satu tetes pun membuat tenggorokan ku yang terasa lengket karena cairan hitam tadi menjadi lega.

Aku menangis,
Menangis sejadi jadinya,
Hingga tanpa sadar tangan ku melingkar semakin erat ke pinggang ibu Mira.

"Udahh.. ah, kamu jangan nangis"
Ucapnya dengan lembut, bersamaan dengan tanganya yang mengusap rambut dan kepalaku.

Aku masih sangat syok dengan rentetan kejadian yang sangat menakutkan ini. Badanku masih terasa dingin.
Sepertinya, Aku telah "dihukum" karena telah mengambil kehidupan Mira.

"Kamu tadi pingsan, kecapekan, habis ngejer pelaku pencabulan, kamu gak kenapa kenapa kan?" Ucap wanita itu diiringi dengan tangannya yang mengusap air mata di pipiku.

"Ya ampun, besok besok gausah gegabah lagi yaaa, mamah khawatir banget kamu terluka" lanjutnya

"I-iya mah"
Jawabku dengan sedikit menahan Isak tangis.

"Yaudah, klo begitu mamah mau ke bawah dulu nemuin para guru yang nganterin kamu pulang tadi, kamu balik istirahat saja ya"

Mamah Mira pun melepas perlahan tanganku yang sedari tadi memeluk erat pinggangnya, berlahan pergi meninggalkanku di kamar sendiri.

"Anuu, maaaahh aku mau ngomong"

"Ehhm? Ada apa Mir?"
Ucapnya sembari membalikan badannya yang sudah berada di depan pintu kamar ku.

Mulutku terasa kaku, aku masih takut dengan mimpi yang kualami saat pingsan tadi, ingin rasanya berkata jujur bahwa raga anaknya ini telah dikuasai oleh orang lain, namun, aku seolah belum bisa merelakan kehidupan baru ku yang sempurna ini harus direbut lagi oleh pemilik aslinya.

"Ga jadi deh maahh"

"Kirain mau apa Mir, yaudah lanjutin istirahat dulu, jangan lupa minum obat, kamu udah seminggu ini kan nggak minum lagi?" Kata-nya.

"Iya mah.."

Wanita itu hanya tersenyum dengan lega, kemudian menutup pintu kamar dan berjalan ke lantai dasar untuk kembali menemui dan mengucapkan banyak terima kasih kepada guru guru yang mengantarku tadi.

Aku yang masih ketakutan, mencoba untuk berbaring dan merileks-kan seluruh tubuh ke kasur yang sangat hangat ini.

"Aku ga bisa gini terus, aku harus nemuin jawaban dengan menemui tubuhku yang asli, dan alasan kenapa Mira ngelakuin semua hal itu tadi"

Dengan cemasnya, aku mulai kembali memikirkan langkah yang tepat untuk mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi padaku, maupun Mira.

My New Life, MiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang