12. Funfact

232 39 34
                                    

Jimin sudah berpikir matang dan meyakinkan diri, untuk memberitau Millie semua hal tentang nya di masa lalu. Malam itu juga ia menuju kediaman kekasihnya setelah mengobrol banyak dengan orang yang menyandang sebagai psikiater nya dahulu. Hoseok ikut Jimin pergi ke flat Millie untuk mengambil mobil saja, setelah itu ia kembali pergi. Sungguh sosok kakak yang pengertian, tau saja kalau Jimin dan adik nya akan membicarakan hal penting.

"Good luck bro!" Ucap Hoseok sembari menepuk dua kali bahu kiri Jimin, lalu bergegas pergi meninggalkan Jimin yang masih mematung di depan unit flat Millie. Tiba-tiba saja nyali nya menciut, telapak tangan nya dingin, dan rasa mulas di perut nya ikut bergejolak. Namun ia tetap menguatkan diri untuk menemui sang terkasih, ia tidak bisa lagi menunda-nunda hal ini, apa lagi sampai Millie mendengar hal itu dari mulut orang lain.

Tidak lama kemudian, Jimin masuk membawa langkahnya untuk duduk di sofa. Disana ia menemukan Millie yang duduk sambil menjulurkan kedua kaki di atas meja, di atas tangan Millie ada makanan ringan rasa coklat, membuat perhatian Jimin tersita sejenak.
Jimin merampas snack tersebut lalu ikut duduk bergabung bersama Millie, dengan santai nya ia memasukkan makanan ringan tersebut ke dalam mulutnya sambil tersenyum jahil.

Millie yang terkejut tentu saja mencubit kuat perut Jimin. Iya, gadis itu terkejut karena Hoseok tidak memberitau apapun soal Jimin ada disini. Pria Jung itu langsung pergi saja ketika sudah mendapatkan kunci mobilnya kembali.

"Aakhh, sakit sayang, cinta, my sweetie.." Jimin meringis merasakan cubitan di perut nya yang lumayan sakit seperti di gigit semut.

Millie memutarkan bola mata gemas, "Maka nya jangan mengagetkan ku."

Setelah nya mereka diam dan saling menatapi, gadis manis di samping Jimin ini sedang menebak-nebak apa yang sudah terjadi antara dia dan kakak nya. Tapi setelah melihat keadaan Jimin saat ini, sepertinya tidak ada terjadi hal yang terlalu serius. Kecuali mata Jimin, mata nya sendu meski ia sedang tersenyum.

Karena merasa di tatapi terus oleh kekasihnya, Jimin malu. Jimin selalu saja tidak tahan kalau Millie terus menatap nya, sangkin malu dan gugup nya ia langsung mencium rambut samping sang gadis dan menghirup disana.

"Kau tidak apa-apa? Apa yang sudah terjadi antara kau dan kakak?" Pertanyaan Millie mulai menginterupsi, sebenarnya gadis itu sudah tidak sabar mengetahui apa saja yang sudah tidak ia ketahui. Namun tetap saja Millie memprioritaskan kenyamanan Jimin.

Jimin mengusap pelan pipi Millie menggunakan ibu jari nya kemudian tersenyum tipis.

"Tidak ada apa-apa, Hoseok itu psikiater ku dulu."

Alih-alih merasa paham, Millie malah memikirkan sesuatu yang lain atas jawaban Jimin. Tunggu, apa? Psikiater nya?

Bukan nya Millie tidak tau kalau kakak nya itu ahli ilmu psikologis, namun yang menjadi pokok permasalahannya berarti Jimin adalah pasien kakak nya. Memang nya Jimin mengapa dengan dirinya?

"Kau pasien kakak? J-jiminn.. kau kenapa? Ada apa dengan mu?" Mata Millie kini sudah mulai bergetar.

"Millie.. ada banyak sekali yang ingin aku beri tau padamu, tapi sebelum nya aku juga ingin memberi sedikit pertanyaan padamu. Bolehkah?"

Millie mengangguk beberapa kali. Sampai akhirnya Jimin mengambil satu tangan gadis nya untuk di pegang, dimainkan, dan di remat. Untuk pengalihan rasa gugup pria itu.

"Apa alasan mu memilih ku Millie?"

"Tidak tau, aku tidak punya alasan. Yang jelas kau sudah berhasil menyentuh hatiku."

Di mulai dari sini, Jimin semakin yakin untuk memberitau semua nya. Ia jelaskan secara panjang lebar serta detail dari awal sampai akhir, tanpa ada yang ia tambah kan dan ia kurangi. Tanpa bisa di pungkiri juga Jimin menangis di sela-sela cerita nya, tentang dia, tentang masa lalu dirinya, tentang segala keburukan nya, tentang dia yang berjuang sembuh dari kelainan sexual dan rasa trauma nya, tentang dia yang pernah berjuang untuk kembali ke jalan yang benar.

STOCKHOLM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang