1

52 37 124
                                    

Berkisah seorang anak lelaki SMA dengan angan yang lebih dari seribu kata. Indraloka, pemuda yang ingin menjadi jutawan tetapi kerjanya hanya tiduran. Hari-harinya ia habiskan hanya untuk berangan-angan.

Suatu pagi, Pak Harsa sedang kebingungan kesana-kemari. Tungkainya berjalan dengan ritme sedikit lebih cepat untuk mengelilingi Sekolah, matanya menatap segala arah. Sekarang Pak Harsa menuju ke pohon mangga ditaman Sekolah.

Nampak seorang murid laki-laki dengan seragam abu-putih sedang duduk dibawahnya sambil berceloteh sendirian tanpa ada siapa-siapa yang mendengarkan. Yah, kecuali Pak Harsa. Pak Harsa pun menghampiri muridnya itu sambil mengatur nafas karena lelahnya mencari sang pemuda.

"Ternyata kamu disini, Indra. Sudah saya cari kemana-kemana lho," kata Pak Harsa tepat didepan muridnya itu yang sekarang Ia beranjak dari duduknya.

"Ada apa Pak? Kenapa mencari saya? Perasaan saya tidak buat kesalahan, saya tidak bolos kok, saya juga sudah bayar utang di kantin Bu Sur." Pemuda ber-name tag Indraloka Nareswara itu heran, padahal Ia tak melakukan kesalahan apapun kenapa bisa dicari guru yang notabene-nya adalah guru tergalak di SMA Gemilang.

Sebenarnya, Indraloka tau bahwa dari kemarin Pak Harsa mencarinya. Tapi Indra memang sengaja menghindar pasalnya takut dengan guru itu.

Indra mengira Pak Harsa mencarinya karena ketahuan tempo hari Indra yang memecahkan vas bunga kesayangannya yang ada di meja guru. Karena itu beberapa hari ini Indraloka sengaja menghindar dari Pak Harsa, dia takut terkena amukan singa yang tertidur didalam pria paruh baya itu.

"Saya itu cari kamu bukan mau ngasih hukuman Dono."

"Nama saya Indra, Pak. Indraloka."

"Iya, pokoknya saya ada urusan lain sama kamu."

"Urusan apa Pak?"

"Ini, 2 minggu yang lalu kamu pernah ikut seleksi lomba literasi kan?" kata Pak Harsa sambil menyodorkan secarik kertas yang sepertinya berisi nilai.

"Iya, Pak. Lalu... Ini apa?" Indraloka pun menerima lembaran itu dengan kedua tangannya.

"Nah ini hasil nilainya. Kamu lolos seleksinya, coba dibaca dulu."

Mata Indraloka terbelalak terkejut, senyum lebar merekah di raut wajah rupawannya.

"Yahuuuu." Indraloka berteriak kegirangan sambil meloncat.

"Selamat ya Indra. 2 hari lagi kamu akan mulai lombanya. Persiapkan sebaik mungkin."

"Iya, Pak. Terimakasih ya Pak."

Pak Harsa pun menunjukkan senyum yang jarang-jarang ia perlihatkan semasa mengajar. Melihat Pak Harsa senyum berasa fenomena langka yang takkan terulang kembali.

"Oh iya Pak, kenapa Pak Harsa tidak memberitahu saya dari kemarin? Apa cukup kalau persiapan saya cuma 2 hari?" tanya Indraloka kepada pengajarnya.

"Lah kamu saja dari kemarin dicariin malah ngilang terus. Kenapa sih? Enggak mau ketemu saya?" kata Pak Harsa yang agak sensi.

Ahh sepertinya Indraloka salah memberi pertanyaan. Dia tidak ingat kalau pemuda itu memang sengaja menghindar dari Pak Harsa karena takut akan kejadian vas bunga. Ya sepertinya sampai sekarang Pak Harsa tak tau soal siapa yang memecahkan vas kesayangannya itu.

"Eh apa iya pak? Hehehe... Kok saya tidak tau ya kalo dicari-cari."

"Tidak tau bagaimana, sampai di penyiaran sekolah juga saya panggil kamu masa tidak tau!? Yang benar saja kamu ini."

"Maaf pak, saya memang tidak tau," kata Indraloka sambil menunduk hanya untuk sebagai penyempurna aktingnya. Dia tidak mau terlihat kalau sengaja menghindar beberapa hari ini.

Indraloka Dan AngannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang