2

51 37 137
                                    

"Ya sudah, tak apa, yang penting kamu sudah berusaha." Senyum merekah di wajah Pak Harsa.

"Aduh, Aduh, Aduh... Gawat!" Seru Indraloka sambil berjalan dengan cepat menuju ruang lombanya.

Langkah demi langkah, tak terasa Indraloka sudah sampai tepat didepan ruang lombanya.

Ia segera masuk, memperlihatkan nomor pesertanya kepada panitia dan mengisi tanda tangan kehadiran. Selesai urusan itu, Indraloka duduk dikursi yang telah disediakan sama dengan nomor urutnya.

Ruangan yang hening, banyak peserta lain yang terlihat antusias dan seperti sudah mempersiapkan jauh-jauh hari dengab belajar sungguh-sungguh. Lalu bagaimana dengan Indraloka? Waktu dia untuk bersiap hanya 2 hari, itupun dia gunakan untuk mengkhayal saja.

Wajah pucat terpasang di raut Indraloka, Panitia mulai membagikan kertas soal satu per satu. Telah diterima lembar soal, Indraloka menenangkan diri dan bergumam "Enggak apa-apa. Aku kan dari sononya udah pinter, soal kek gini mah kecil."

Ia pun mulai mengerjakannya. Mulai menggerakkan pena, satu per satu soal Ia itu kerjakan. Tentu saja banyak yang lelaki itu lompati, soal yang dirasa mudah yang Ia kerjakan dahulu. Sekiranya Ia bisa menjawab saja. Jika tidak, maka akan dipikir nanti.

Limabelas menit berlalu. Indraloka menghentikan gerakan pena-nya. Tiba-tiba Ia teringat dengan Mita, seorang gadis cantik dengan jabatan Ketua OSIS SMA Gemilang dan salah satu primadonna di Sekolahnya.

Sambil menopang dagu dengan tangan kirinya, Indraloka membuat dunia imajinasinya sendiri.

Dia berpikir jika Ia memenangkan lomba ini, Ia akan dapat penghargaan yang akan diumumkan saat upacara, semua warga sekolah pun menyaksikannya secara langsung.

Namanya akan terkenal membaik di SMA Gemilang, dan para gadis-gadis di Sekolah akan kagum dengannya dan mendekatinya.

Salah satu dari gadis itu adalah Mita, Sang Ketua OSIS jenius dengan segudang bakat. Lalu hubungannya dengan Mita makin lama makin membaik.

Nama Indraloka juga akan terdengar sangat akrab di telinga para Guru. Ia akan menjadi murid kesayangan.
Seterusnya nilai harian Indraloka pun makin meningkat dan Lelaki itu berhasil lulus dengan nilai sempurna. Berlanjut mendaftar di Universitas ternama dan melamar pekerjaan yang bergaji tinggi.

Ia juga masih berhubungan dengan Mita dan menjadi rekan kerjanya, hubungan mereka pun makin dekat. Lalu...

KRING!

Suara bel mengejutkan seluruh peserta lomba yang ada diruangan ini.

Belum selesai dengan khayalannya, Indraloka malah tersadar dengan suara bel yang menandakan waktu pengerjaan telah habis.

Matanya terbelalak terkejut dan berkata "Sial! Aku lupa mengerjakannya. Bagaimana ini? Banyak soal yang masih belum kujawab."

Para Panitia mulai mengambil lembar soal-jawab.

Indraloka sibuk menyilangi soal pilihan ganda yang masih kosong dengan asal-asalan.

Akhirnya tiba giliran lembar Indraloka dimintai oleh Panitia. Dengan terpaksa, Ia memberikan lembaran miliknya.

"Ah bagaimana ini? Soalnya ada 150 dan aku baru menjawab 48, itupun banyak yang ngasal," risau Indraloka.

Setelah pengumpulan selesai, para peserta diperbolehkan untuk pulang. Hasil akhirnya akan dibagikan beberapa hari dari Pihak Penyelenggara dengan menghubungi Sekolah Para Peserta.

5 hari kemudian, Indraloka dipanggil ke ruang guru untuk menghadap Pak Harsa secara tatap muka.

Sambil berjalan menuju ruang guru, Indraloka berkata "Pasti soal hasil lomba itu."

Sesampainya diruang guru, Indraloka melihat Pak Harsa duduk dengan tangan menyilang didepan dada tak lupa juga tampang garangnya yang terpasang dimuka.

Indraloka mendekati meja Pak Harsa.

"Duduk." Suruh Pak Harsa dengan singkat.

Indraloka pun duduk dengan jari gemetaran.

"A-ada apa, Pak?" Tanya Indraloka.

"Indra, kamu sebelum lomba ngapain aja?" Tanya Pak Harsa dengan nada menegangkan.

"Belajar, Pak. Hehehe," jawab Indraloka dengan senyum kikuk.

Tak puas dengan jawaban muridnya, Pak Harsa melontarkan pertanyaan lagi "Yakin? Belajarnya sungguh-sungguh? Atau malah ngehalu kayak biasanya?"

Situasinya benar-benar buruk, rasanya Indraloka ingin menghilang saja.

"Yakin, Pak," jawab Indraloka.

"Terus ini apa?" Tanya lagi Pak Harsa sambil menyodorkan nilai hasil lomba Indraloka tempo hari.

Indraloka menerima lembaran itu dan melihat isinya. Benar-benar buruk! Indraloka mendapat Peringkat 498 dari 500 Peserta.

"Lihat hasilnya! Bahkan mencari namamu sangat mudah jika dilihat dari bawah. Memangnya apa yang kamu lakukan selama ini? Saya tau kamu pintar. Bahkan tanpa belajar kamu bisa mendapat nilai bagus karena memang dari sananya seperti itu. Saya sudah percaya kamu. Mengamanahkan kamu. Eh malah begini. Ini kenapa banyak soal yang belum kamu jawab? Kenapa banyak yang kosong? Kamu ini niat ikut lomba atau tidak? Jika tidak niat harusnya bilang dari awal, 'kan bisa diganti dengan murid lain yang lebih niat! Saya yakin pasti kamu sewaktu lomba cuma ngehalu doang! Kalo dari awal-" Terus dan terus ocehan Pak Harsa dari pagi sampai sore tak berhenti. Sampai pusing Indraloka mendengarkannya.

Andai saja saat itu Indraloka lebih mementingkan kerjaan daripada khayalannya. Mungkin tak akan jadi seperti ini. Ya mau bagaimana lagi? Nasi sudah menjadi bubur.

End.

~♥~

Halo, Readers! Terimakasih telah membaca Indraloka dan Angannya ><

Siapa nih yang punya sifat mirip Indra? Udah malesan, tukang halu lagi hahaha~

Gimana cerita yang Gendhis buat kali ini? Ada saran, atau kesan pesan ga nih?


Terimakasih yaa dukungannya! Jangan lupa tekan tombol bintang dan komen!

Sampai jumpa di cerita lain!

Indraloka Dan AngannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang