Saat hujan mereda, Yoongi memberi amanah agar jangan kemana-mana pada Jiya. Ada sesuatu yang mau dibeli nya di minimarket terdekat. Dengan baikbudinya Jiya diam di tempat menuruti perintah Yoongi setelah tadinya ia sibuk sekali meminta untuk ikut. Bukan nya Yoongi tidak mau mengajak Jiya, namun hujan belum sepenuhnya berhenti. Gerimis yang lumayan rapat. Kalau ikut, nanti anak gadis orang bisa sakit, Yoongi yang susah.
Lagipula minimarket hanya ada di seberang jalan, tidak sampai pakai mobil untuk bisa sampai kesana. Dengan beberapa bujukan, akhirnya Jiya mau menuruti Yoongi, tentu saja dengan wajah yang sedikit di tekuk.
"Tunggu disini, jangan kemana-mana. Nanti aku bawakan permen Yupi untukmu, kau suka kan?"
"Heum."
Yoongi menahan diri agar tidak terbahak-bahak di depan gadis itu, pasalnya Jiya lucu sekali, Yoongi sampai ingin menarik bibir gadis itu ke depan kuat-kuat dengan jari nya. Permen Yupi, sungguh ya Yoongi hanya menebak saja apa yang di sukai gadis ini. Toh kelihatannya Jiya itu tipe orang yang tidak akan menolak apa pun yang di berikan orang lain padanya.
Sepuluh menit kemudian, Yoongi kembali dengan membawa hotpack dan sebungkus permen Yupi di tangan nya. Ia menaruh hotpack dan permen tersebut di pangkuan Jiya.
Tadi itu Yoongi tidak tega saat merasakan telapak tangan Jiya semakin dingin, mereka bergenggaman tangan pun hangat nya hanya sebentar. Jadi lah Yoongi berinisiatif untuk membelikan hotpack untuk Jiya dan dirinya sendiri.
"Kak, ayo pulang saja."
Karena dirasa mereka tidak melakukan apapun, akhirnya Yoongi mengindahkan ajakan gadis itu.
Di jalan, mereka menyepakati untuk belajar melukis di rumah saja. Lagipula, yang diperlukan untuk belajar melukis sebagai awalan hanya lah beberapa materi dan teknik-teknik dasar melukis, agar Jiya setidaknya punya persiapan pengetahuan, tidak bingung mau memulai dari mana ketika akan menyentuh alat lukis.
Lama-lama Jiya merasa bosan juga, tiap berhadapan dengan Yoongi yang ada hanya lah keheningan. Jiya menoleh, memandang wajah datar si pemilik mobil bermaksud untuk mengajak bicara, tapi ia malah terpesona dengan alis yang di miliki pria itu.
Sambil tetap fokus menyetir dengan baik, Yoongi tau kalau diri nya sedang di pandangi dan dia sama sekali tidak peduli. Agak menyeramkan gadis ini, kenapa tiba-tiba menatap tanpa mengatakan apa pun, pikir nya.
Namun, pandangan kagum Jiya sedetik kemudian langsung berubah menjadi pandangan yang penuh sarat akan kepanikan. Bagaimana mau tidak panik, dari sebelah lubang hidung Yoongi keluar cairan merah. Astaga, apa Yoongi sakit?
Hal itu membuat tangan Jiya refleks memencet hidung Yoongi.Sedangkan Yoongi langsung menepikan mobil nya setelah tau ada yang tidak beres, apa lagi tadi dia samar-samar mencium bau anyir, yang ternyata memang darah, dia mimisan.
Tidak, Yoongi tidak sedang sakit keras atau apa pun. Tubuh tidak fit, kurang tidur, ditambah cuaca yang sangat dingin memang kadang membuat Yoongi mimisan. Dulu sewaktu kecil hanya gara-gara tidak pernah tidur siang dan selalu bermain di bawah terik sinar matahari membuat Yoongi sering mimisan. Tidak tau kenapa, saat di periksa ke dokter katanya itu adalah hal yang normal selagi mimisan tidak berlangsung lebih dari tiga puluh menit.
Untungnya setiap mimisan Yoongi hanya sebentar saja, tidak memakan waktu sampai lebih dari sepuluh menit.
"Kakak sedang tidak sehat ya?" Jiya masih terus menutup hidung Yoongi dengan tangan kanan nya. Yang di tanya hanya diam tak menjawab, Yoongi harus tenang tidak banyak bicara di keadaan seperti ini lhoo, tapi gadis di samping nya ini sangat cerewet sekali. Malas sekali rasa nya mau menjelaskan kalau Yoongi itu sebenarnya tidak apa-apa, jangan berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINTER | Min Yoongi FF
RomanceSELESAI, 16 FEBRUARI 2023 -Min Yoongi- "Berhenti membuat otak ku terus memikirkanmu, kau begitu candu dan menyebalkan di waktu yang sama." -Shin Jiya- "Apa aku berhenti saja?"