19. Rest In Peace

425 64 51
                                    

Song by Banda Neira - Sampai jadi debu

Momen-momen di Jepang akan berakhir besok, Jiya sudah selesai dengan urusan perlombaan-nya. Dia memenangkan juara tiga besar dan memperoleh banyak hadiah. Salah satunya, karya miliknya akan di pajang di beberapa museum dan salah satu pameran lukis terkenal di Jepang. Selebihnya uang, sertifikat, dan gold trophy

Begitu bangun Jiya langsung menyusun barang, besok adalah kepulangan dirinya ke negara asal.
Tapi sebelum itu, kegiatannya sudah di interupsi lebih dulu oleh dering ponsel. Pasti Yoongi, pikirnya.

"Halo kak."

"Jiya, pulang sekarang yaa. Kakak pesankan tiket ulang untuk penerbangan hari ini." Suara Yoongi di sebrang panggilan terdengar lesu.

"Masa tidak bisa menahan rindu sehari lagi saja kak?" Begitu anggapan Jiya, soalnya dari kemarin-kemarin Yoongi selalu menyatakan rindu padanya.

Yoongi diam disana, bingung harus memberi tau bagaimana. Sejujurnya Pilnam itu sedang sakit, tapi pria Shin itu tidak mau jujur mengidap sakit apa pada Yoongi. Ingin sekali memberi tau hal ini pada Jiya kalau saja Pilnam tidak terus melarangnya. Yoongi jadi takut sekali kalau sempat terjadi hal yang tidak-tidak. Dia terus khawatir dengan kondisi Pilnam, akhir-akhir ini sering kelelahan. Apalagi semenjak kepergian Jiya ke Jepang, kondisi Pilnam drop menjadi-jadi.

"Hyung sakit, Jiya pulang sekarang yaa."


****


Pilnam, ia berusaha menyimpan sebuah kenyataan dari orang-orang terdekatnya. Ia menderita arteri koroner beberapa bulan belakangan ini. Tidak mau ada yang tahu, takut membuat cemas yang tersayang. Terus memasang topeng senyum penuh canda di wajah. Tidak mau terlalu lama berdua dengan putri kesayangan, agar perubahan dalam dirinya tidak terlalu kentara.

Dia bisa menyimpan rahasia ini dari Jiya karena situasi, Pilnam di sibukkan dengan pekerjaan dan Jiya di sibukkan dengan urusan perkuliahan. Namun apakah bisa Pilnam sembunyikan hal ini dari Yoongi?

Dia lebih sering bertemu dengan pria muda itu. Kalau boleh jujur, Yoongi adalah manusia paling jeli terhadap perubahan. Ada suatu yang beda dari Pilnam sedikit saja ia langsung mengetahui.
Akankah ini waktu yang tepat untuk jujur? Waktunya tepat bersamaan kambuhnya penyakit yang Pilnam derita.

Meski begitu, Pilnam sangat berat untuk memberitau yang sesungguhnya. Lihat Yoongi, belum apa-apa sudah menenggelamkan wajah di atas ranjang kamar Pilnam.

Dokter dilarang Pilnam untuk memberitau apa yang terjadi. Ia ingin memberitau sendiri secara langsung.

Wajah pucat, kulit bibir mengelupas, kantung matanya sangat kentara kelong, tubuhnya juga semakin kurus dari hari ke hari. Siapa yang tega melihat Kakak sendiri seperti itu? Tidak jarang Yoongi mendapati Pilnam seperti menahan kelelahan setengah mati, nafasnya pendek-pendek. Kadang kala ia sering melihat pria Shin itu mengusap kuat dada sebelah kiri. Dan ada pula Yoongi mendengar suara muntahan Pilnam dari kamar mandi studio tempat mereka bekerja.

Sudah seperti itupun Pilnam tidak mau jujur. Sebenarnya Yoongi ini di anggap apa oleh Pilnam?

Berkali-kali Yoongi meminta jujur, jawabnya hanya kelelahan biasa.

Adikmu itu tidak bodoh Nam.. Cobalah untuk terbuka padanya.

"Bagaimana mau jujur kalau kau terus menangis Yoon." Yoongi mengangkat kepala dengan wajah basah, berusaha menghentikan tangisnya. Kali ini dia harus siap dengan fakta yang ada.

"Aku sudah tua ternyata." Sejamang senyum layu Pilnam muncul. "Tidak bisa terus menjaga Jiya."

"Belumm, hyung masih tampan." Yoongi terus menyangkal apa yang di katakan Pilnam. Perasaannya tidak enak, sudah tau kalau Pilnam mau berbicara ke arah sana.

PAINTER | Min Yoongi FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang