⚠️⚠️⚠️⚠️
"Mau cium, eh.. Mau peluk, ahh astaga mulutku ini." Yoongi membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangan. Ia gugup sekali saat berbalik menemukan Jiya hanya mengenakan handuk saja.
Tidak kalah gugup dengan Yoongi, Jiya merasa mulai gerah ketika pria di dekatnya kini bergerak gusar membuka jaket jeans yang di kenakannya.
Oh apa itu. Secepat itu kah Yoongi akan melakukannya bersama Jiya? Jiya tidak tau harus bereaksi seperti apa sangkin malu dan gugup.
Bulir keringat tampak bermunculan di dahi Jiya, tidak mengizinkan menutupi kegugupan di dalam diri. Gerah sekali, padahal Jiya baru saja selesai mandi.Namun gadis Shin harus menelan mentah-mentah keinginannya ketika Yoongi melemparkan jaket tersebut ke arah Jiya sampai menutupi kepala.
"Jiya, jangan sembarangan begitu bisa tidak sih? Kalau aku khilaf bagaimana? Kau selalu saja menguji keimanan ku yang tipis ini."
Jiya mengerjapkan mata. Lagi-lagi Yoongi mengomel padanya. Sudah melempar jaket dengan tidak santun, di tambah me-marahi anak gadis orang yang imut begini. Awas saja, jangan menangis jika Jiya cium tanpa ampun nanti. Tidak peduli jika Yoongi minta ampun setengah mati.
Tangan kecil Jiya bergerak menurunkan jaket yang tersampir di atas kepalanya. Lalu menatap Yoongi yang berkacak pinggang dengan tatapan malas. Sok sekali sih pakai berkacak pinggang segala. Memangnya menyeramkan?
'Ingat Yoon, dirimu itu hanya jelmaan kucing. Tidak menyeramkan sama sekali. Kau hanya bisa bersikap galak sedikit saja, tidak lebih dari itu. Dasar kucing liar yang galak.' batin Jiya sambil terus menatap kesal Yoongi.
"Apa lihat-lihat? Sana pakai bajumu! Tidak malu dilihat pria tampan sepertiku? Sudah berkali-kali diberi tau, jangan begini jika ada seorang pria di dekatmu. Tapi anaknya Pilnam ini sangat keras kepala sekali. Keras kepala, nakal, dan sangat suka merajuk. Dengan cara ap-hmm."
Ucapan Yoongi terputus karena Jiya mendekat dan langsung menyambar bibir Yoongi secara tiba-tiba. Tentu saja hal itu membuat Yoongi terkejut. Tidak apa-apa Yoon, terkejut itu manusiawi kok, dan Yoongi hanya lah seorang manusia biasa.
Jiya mendorong badan Yoongi sampai pinggul pria itu bersandar di pinggiran meja belajar, ia menghisap kuat bibir yang sedari tadi tiada berhenti mengomelinya. Geraman halus namun terkesan berat sudah mulai menjalar di rungu Jiya ketika mereka menyatukan lidah dan saling menggoda.
"Eunggh." Yoongi mendesah tanda berontak.
Bukan berarti menolak ciuman Jiya. Hanya saja Yoongi sedang mempertahankan kewarasan, ia tidak mau sampai melebihi batas. Mereka memang sedang berperang lidah, akan tetapi kedua tangan berurat Yoongi sibuk menahan handuk Jiya agar tidak terlepas. Tadi saat tidak sengaja membuka mata, netra Yoongi menangkap pergerakan Jiya yang seakan ingin membuka handuknya. Memang nakal sekali gadis ini. Yoongi jadi ingin menjambak gemas rambut Shin Jiya.
Saat handuk sudah di pegangi erat oleh Yoongi agar tidak meluruh, Jiya tetap memaksa melepas kan pegangan Yoongi dari sana. Kadang-kadang Jiya juga menempelkan tangan Yoongi di dua bukit kembarnya agar ia mau melepaskan tangan dari handuknya.
Tidak bisa, Yoongi sudah semakin gila dengan sikap Jiya yang seperti ini. Miliknya sudah semakin tidak karuan di bawah sana, minta di keluarkan dari tempatnya.
"Kakak kenapa sih?" Tanya Jiya saat sudah melepaskan ciuman. Wajah merah dan mata sayunya terlihat kentara.
Mereka meraup udara dengan rakus. Nafas Yoongi memburu karena ada sesuatu yang di tahannya."Aku.. Aku.. Takut Jiya. Kelaminku bisa di tebas oleh Hyung. Memangnya kau ingin, jika mempunyai suami yang tidak ada alat kelaminnya nanti?"
Dengan jarak mereka yang masih sangat begitu dekat, Jiya tertawa sedikit keras mendengar pengakuan dari pria nya itu. Tidak menyangka dengan pengakuannya, padahal situasi lagi genting begini. Bisa-bisanya masih memikirkan alat kelamin yang di tebas. Mana mungkin Pilnam menebas alat kelamin Yoongi. Tolong ya, Pilnam bukan psychopath. Masih ada cara lain yang lebih kejam untuk menghukum Yoongi Min.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINTER | Min Yoongi FF
RomanceSELESAI, 16 FEBRUARI 2023 -Min Yoongi- "Berhenti membuat otak ku terus memikirkanmu, kau begitu candu dan menyebalkan di waktu yang sama." -Shin Jiya- "Apa aku berhenti saja?"