Mereka bilang, kombinasi Kak J & Ocean Boy adalah sempurna. Mampu menghanyutkan siapapun yang melihat mereka bersama.
Namun harus diingat, bahwa seindah apapun biru lautan, selalu ada hal misterius yang ingin dikupas asal-usulnya.
[ON-GOING] SOCIAL...
Tapi bukannya memunculkan adrenalin seperti tadi di dalam kelas.
Kali ini malah rasa tercekat yang menelusuri dada ketika melihat mobil siapa yang terparkir tepat di sampingnya.
Jimmy sudah sampai. Menyuruh Sea dengan gerak dagunya supaya cepat masuk ke dalam mobil sebelum menahan jalur lalu lintas kawasan kampus.
Yang diminta, menurut saja. Meski dengan hati tak karuan dia duduk di samping sang dokter. Enggan melihat wajahnya.
Kendaraan roda empat itu mulai berjalan lagi.
"Udah lihat?"
Kepala Sea semakin menunduk. Tak tahu sama sekali wajah sosok yang menyetir di sebelahnya.
"Hm? Udah belum?"
"U-Udah."
"Menurut pendapatmu gima—"
"I'm sorry…" cicit Sea. Kedua jari di pangkuan sudah saling menekan telapak tangannya.
Dan gelagat ini menyadarkan Jimmy, bahwa ada sesuatu yang telah salah diartikan.
Selanjutnya… adalah bayang-bayang.
Mobil berhenti di sebuah parkiran sepi, masih dalam kampus. Seluruh sabuk pengaman terlepas. Keduanya saling menghadap.
Dan satu pelukan mampu memecah perasaan milik Sea setelah diterpa badai tak berujung dengan segala hectic perkuliahan hari ini.
Membuat cuap-cuap cerita dari bibir lelaki itu mengalir deras seperti sungai. Terbentang pula di atas pipi semburat jambunya.
Sedikit malu karena betapa konyol situasi yang dihadapinya saat ini.
Campuran antara frustasi, lelah, lucu, senang, campur aduk sudah.
Tak ada lagi yang mampu mendeskripsikan.
Kedua bahu Sea masih sedikit bergetar, tapi sebuah telapak penuh hangat selalu hadir meluruhkan punggungnya agar semakin relaks.
Kemudian Jimmy akhirnya bersuara, "I might be the stupidest person if I get mad at you just because of that, Love,"
"It's all in your head. Don't worry,"
"Next time, don't push yourself too much, ya? Biar yang seperti ini nggak kejadian lagi."
Sea semakin memperdalam wajahnya di ceruk leher milik yang menenangkan.
Lantas, anggukan kecil diberi sebagai respon, dan itu sudah cukup membuat Jimmy merasa lega.
"Sekarang… liat Kakak."
Yang diminta masih enggan. Karena perlahan tapi pasti, pikirannya tak lagi ditutupi kelabu. Mulai menyadari sisi rasional dari seluruh kejadian hari ini mulai dari awal hingga akhir.
Bahwa akan tercetak lagi kejadian memalukan ke sekian di dalam kehidupannya.
Dan di hadapan Kak Jimmy seorang.
Maka Sea malah mengeratkan pelukannya. Sudah sebelas dua belas seperti koala besar menempel di tubuh sang dokter.
Ini membuat Jimmy tertawa renyah. Akhirnya, dia bisa temukan saat untuk melepas kegemasannya terhadap sosok yang dipeluk.
Tertahan dari tadi sedari dia mendapati pesan salah kirim Sea.
Tapi mendadak, Sea langsung mendongak ketika terdengar tawaan dari bibir milik Jimmy.
"Jangan ketawa!"
"How cute."
Yang dimarahi malah menangkup wajah sosok di depannya. Dua ibu jari mengusap bulir-bulir menggenang di pelupuk mata.
Rasanya, Sea ingin menenggelamkan diri ke dalam selimut setebal apapun. Dia super duper malu.
Tak biasanya Jimmy berperilaku semanis ini dan tersenyum semanis itu.
"Sea…"
"Y-Ya, Kak Jimmy?"
". . ."
"Shit, I want to kiss you so bad. You're so pretty."
"Kak, masih di kampus!" Tangan Sea yang senggang mencubit kecil pinggang Jimmy. "Keep it PG-13—"
Cup!
"For now…"
Sebuah kecupan di belah ranum berhasil membungkam satu di antara mereka.
"Kalau di rumah?" Ada kerlingan yang mulai Sea pahami ketika Jimmy ingin sesuatu berlebih. "Can I upgrade it?"
Namun lebih baik untuk saat ini, yang disuguhi permintaan memegang kedua punggung tangan lelaki di hadapannya.
Mengangkat lalu membubuhi tanda sayang dengan bibirnya penuh lembut.
"Let's go home first, Hia."
Maka persetujuan dalam diam dipenuhi.
Bahwa seharian menuju akhir hari ini, akan mereka luangkan bersama ditemani intim, kasih sayang, serta kehangatan yang selalu mereka rindukan.
Saat kembali ke rumah.
"Let's go home, Love."
• • •
SEA • CIIZE PERSONAL CHAT
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.