25: Delinquent

3.4K 495 68
                                    

CHAPTER 25:
Delinquent

[Playlist: J-UNA – Butterfly]

***

Kegiatan menginap resmi menuai penghujung. Gyeonggi dan vila keluarga Mingyu ditinggalkan mobil-mobil yang mengangkut muda-mudi untuk kembali menuju Seoul.

Duduk di kursinya, Rosé lepaskan pandang ke luar jendela, memandang apa-apa saja yang tampil di balik sana, yang tidak lebih menarik ketimbang proyeksi sebuah mimpi di dalam kepala. Kadang ia gigit jari, kadang jarinya meraba bibir sendiri.

Iya. Seperti yang telah kalian semua tahu, Rosé baru saja memimpikan Jaehyun semalam.

"Ada apa?"

Mimpi yang bahkan hanya dengan mengingatnya saja sudah membuat jantung Rosé berdebar-debar, ditambah rona kemerahan di wajah yang kemunculannya memicu satu pertanyaan datang dari Yuju, perempuan di sebelah Rosé kala itu.

Gelengan beserta senyuman diberikan sebagai jawaban, sama sekali tak memuaskan. Yuju menyenggol lengan Rosé sambil mengerucutkan bibir. Namun, Rosé menolak peduli sebab merasa bahwa ini bukan waktu dan tempat yang tepat untuk bercerita soal apa juga mengapa. Lagi pula, Rosé sedang amat disibukkan dengan perkara hati yang mulai merengek-rengek minta agar keinginannya dipenuhi selekas mungkin.

"Selamat malam dan selamat tidur."

Keinginan untuk bisa mendengar ulang suara seseorang mematah kata selembut semalam kala mereka berpisah sehabis bersama-sama mencuci gerabah. Rosé terlalu gengsi untuk membalas, "Selamat malam dan selamat tidur, Jaehyun" sehingga yang ia beri pada laki-laki itu hanya seulas senyuman sebelum melangkah pergi ke kamarnya.

Benar, ciuman itu hanya bunga tidur belaka, mampir seusai Rosé sempat melihat unggahan story di akun kedua Instagram Jaehyun yang bertuliskan caption:

biasanya aku hanya berdoa untuk diri sendiri sebelum tidur.
tapi malam ini, kusisipkan satu nama perempuan dalam doaku yang jadi lebih panjang dari biasanya. semoga tidurnya nyenyak, semoga mimpinya indah, dan semoga kakinya lekas membaik.

Seistimewa apa seorang Jung Jaehyun dihadapan Tuhan sehingga doanya bisa begitu cepat terkabulkan? Entahlah.

Apakah ciuman itu bisa dikatakan sebagai mimpi indah?

Rosé pikir akan lebih indah jika terjadinya bukan di alam bawah sadar, melainkan di alam nyata.

Rosé menampar pelan pipi sendiri. Agaknya ia mulai sedikit gila lantaran perasaan Jaehyun mulai terlihat benar-benar nyata, hampir bisa dipercaya jika saja hari-hari berikutnya tak Rosé temukan kenihilan atas kabar Jaehyun.

Sayang, setelah acara menginap hari itu, eksistensi Jaehyun benar-benar tiada baik pesan maupun panggilannya dari hari-hari Rosé. Barangkali karena jadwal kerja yang padat hingga tak sempat.

Tidak munafik, tiap kali ponsel ditilik, Rosé mengharapkan dari puluhan pesan masuk, setidaknya tersemat satu dari Jaehyun, apa pun isinya. Namun, Rosé hanya selalu berakhir memeluk rasa kecewa. Ruang obrolannya dengan Jaehyun masih seperti dua minggu silam.

Jung Jaehyun

Aku lapar :(

Mau makan ramyun?

Jaehyun menjadi yang terakhir mengirim pesan. Tak Rosé balas lantaran malam itu ia bergegas mendatangi dapur usai mencium bau sedap kuah ramyun.

Sebetulnya, Rosé bisa saja mengirimi Jaehyun pesan lebih dulu, hanya saja ia masih setia berkawan dengan gengsinya. Maka, yang dilakukan perempuan itu dari waktu ke waktu hanya menunggu dan sedikit merindu.

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang