13. Future is you

362 35 79
                                    

🔞🔞🔞


Lelah berperang lidah di sofa, Jimin dan Millie akhirnya memilih kamar sebagai tempat untuk melanjutkan kegiatan panas mereka kembali. Melihat Millie risih dan kesusahan dengan rambut panjangnya, Jimin dengan bersuka hati membantu untuk mengepang rambut gadisnya terlebih dahulu sebelum mereka benar-benar melakukan 'itu'.

Lucu saja jika dipikir ulang, beberapa jam yang lalu bahkan Jimin menangis terisak-isak saat menceritakan kelam masa lalunya, namun lihat pria itu sekarang, bagaikan singa yang kelaparan.
Tatapannya seperti siap menerkam apa pun yang ada di hadapannya.

Jimin membantu Millie untuk membuka kaus dan celana pendek yang dikenakan nya, menyisakan celana dalam dan bra saja. Meskipun sedang kalap ingin melepaskan semua, Jimin harus tetap dalam control, tidak ingin membuat Millie takut. Kalau takut, acara yang di tunggu-tunggu Jimin ini malah tidak jadi.

Dipeluk Jimin penuh sayang tubuh mungil gadis Jung itu, agak sedikit basah di daerah dada karena saliva Jimin yang menempel kemana-mana. Tapi Jimin suka, bahkan menggila saat bongkahan kembar gadisnya menempel erat di dada.

"Dibuka branya, sayang?" Tanya Jimin dengan lembut.

Millie mengangguk yakin, punggungnya automatis terangkat sedikit bermaksud membantu Jimin yang akan membuka bra miliknya.

Dan lihat apa yang terjadi.

Bukan Millie yang menutup mata dengan kedua telapak tangannya, malah sebaliknya. Jiminlah yang entah mengapa merona, malu setengah mati melihat gadisnya telanjang dada, sampai menutupi wajah dengan kedua tangan.
Gadis di bawahnya juga tidak menyangka, di saat situasi begini bisa-bisanya Jimin membuat lawakan yang tidak seberapa.

Millie jadi mengeluarkan tawa tanpa sengaja, perlahan ia tarik tangan Jimin agar bisa dilihatnya. Akan tetapi pria itu bersikeras untuk menutup wajah sesaat, Jimin hanya mengatakan, 'malu, malu sekali, belum pernah melihat punya Millie sebelumnya.'

Ya begitu lah Jimin sampai beberapa detik berlalu, ia mau melepas tangan dari wajahnya ketika merasakan Millie kesusahan membuka celananya. Dengan terpaksa ia pun membantu Millie untuk membuka celananya sendiri. Setelah itu, tanpa sadar memandangi dua bongkahan sintal milik Millie yang menurutnya indah dan sayang jika dijamah terlalu cepat.

Tidak tahan juga pada akhirnya. Jemarinya mengapit pucuk dada itu dan menekannya berulang-ulang, serta memilin menggunakan ibu jari dan telunjuknya.

Yang dijamah hanya bisa mendesis tertahan karena merasakan geli yang teramat. Sekarang tambah rasa perih sedikit saat Jimin sudah memasukkan sebelah dada ke dalam mulut, sementara yang lain dipijat lembut menggunakan tangan kanan.

Saat ini keduanya sudah bergelut tanpa sehelai benang pun, Jimin sedari tadi berusaha menyatukan milik mereka di bawah sana.

Ada yang berbeda, akan tetapi Jimin sama sekali tidak mempermasalahkan itu. Ia hanya memikirkan bagaimana bisa Millie memiliki rasa yang secandu ini, Jimin baru tahu, sungguh. Besok-besok apa boleh melakukannya lagi?

Heh, gila saja! Nikahi dulu anak perempuan orang, baru dikawinkan.

Desahan mereka bersahutan, jerit-jerit kecil tertahan, nafas tersengal untuk sekedar mengejar pelepasan.

****

Entah apa yang dipikirkan Millie sampai tidak tidur setelah melakukan hal 'itu' pada kekasihnya. Karena melihat Millie yang tidak tidur, maka Jimin pun tidak bisa semaunya pergi melelapkan diri. Ia genggam tangan Millie yang saat ini berada didekapannya, perlahan Jimin mengelus pelipis wanitanya penuh sayang.

Ya, wanitanya. Millie sudah menjadi wanita Jimin.

"Apa yang Millieku tengah pikirkan, heum?" Jimin itu memang lembut sekali ya sebagai pria. Walaupun sudah terlihat dengan garis wajah yang dimiliki pria itu, namun tetap saja Millie belum terbiasa dan masih suka terkejut dengan sifat lembutnya Jimin.

Millie tersenyum sejamang mendengar suara lembut nan serak kekasih hatinya, khas sekali suara orang yang sedang lelah.

"Jimin, kau tahu saat tadi kita menyatu?"

"Ya, sweetie. Mengapa?" Tanya Jimin heran.

"Apa kau merasakannya? Ini bukan pertama kali ku melakukannya." Millie berkata sembari menyelami netra gelapnya Jimin.

Jimin tentu saja merasakannya, tapi hal itu bukan lah suatu hal yang harus dipermasalahkannya selagi Millie tidak main di belakang. Lalu kenapa, ada apa dengan pertanyaan Millie itu. Membuat Jimin panik saja, apa dia menyesal melakukan itu dengan Jimin?

"Lalu kenapa, Cinta? Setiap manusia ada masa lalunya masing-masing, bukan?"

"Kau salah paham, kau sudah menganggapku berlian, padahal aku tidak berkilau, aku tidak begitu." Millie tersenyum miris.

Ia tidak ingin menangis, tapi entah mengapa matanya bereaksi panas. Khawatir sudah mengecewakan Jimin.

"Sst, Sayang. Kau tetap berlian bagiku. Tidak ada alasan lain, oke? Kau harus percaya padaku, aku tak mau dengar apa pun lagi menyangkut hal ini."

Jimin memeluk erat tubuh mungil Millie. Dia sama sekali tidak merasa kecewa, setiap orang pasti memiliki masa lalu. Bahkan menurutnya, dia lebih bejat dulu, dia bukan orang yang suci sehingga memiliki ekspetasi tinggi terhadap Millie.

Apa pun masa lalu yang dimiliki oleh Millie dia tidak mau mempermasalahkan, yang terpenting adalah mereka berdua. Hubungan mereka saat ini dan kedepannya. Satu lagi, ia akan tetap terus berusaha merubah diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Menata masa depan yang baik bersama Millie, kalau jatuh mereka akan bangkit lagi, kalau lelah mereka hanya butuh berhenti sejenak untuk beristirahat. Kelak, Jimin akan menjadikan Millie teman hidupnya dan mengelola kafe bersama.
Jimin akan menunggu Millie selesai dengan pendidikannya, atau kalau mau sekarang juga sangat dibolehkan.

Kemudian mempunyai anak laki-laki yang lucu seperti dirinya agar bisa menjaga Ibunya dengan baik. Kalaupun dikaruniai seorang princess Jimin juga akan pasti sangat bersyukur sekali.

Betapa indahnya khayalan Jimin ini setelah selesai bercinta. Jangan kebanyakan halusinasi kalau tidak mau sakit ya, Jim.

Setelah mengungkapkan itu, Millie baru bisa tertidur lelap dipelukan sang pria. Saking gemasnya Jimin tertawa ringan ingin menggigit pipi pualam wanitanya.


****



End

Iya, jadi ini beneran end yaa..

Dan emang draf nya DYSHIVV ini cuma sampe sini doang..

Yang ngikutin story DYSHIVV ini makasih banyak yaa sayangku karena udah setia dengan ceritaku yang tidak seberapa ini.

Hehe, aku gatau mau bilang apa lagi.
Hmmm, vote komen nya jangan lupa yaa biar aku semangat buat karya baru.

Ada ide ga untuk karya baru cast nya siapa? Coba kasih saran buat aku yaa, kalo ga nyaman di komen boleh dm.

See you di karya selanjutnya..

STOCKHOLM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang