Angin terus menerus berhembus membuat ombak bergemuruh, menghempaskan rambut-rambut tipisku yang bergerak mengikuti gerak ombak.
Aku selalu tenang ketika mendengar suara gemuruh ombak, melihat senja yang indah menawan, juga pasir-pasir halus yang selalu membuat diriku nyaman. Laut seolah menampakkan keindahannya setiap kali aku mengunjunginya.
Awalnya aku mengunjungi laut memang untuk melihat keindahannya. Tetapi setelah kejadian itu menimpa, tujuanku bukanlah melihat keindahannya lagi, melainkan menunggu laut mengembalikan seseorang yang berharga di hidupku.
Beberapa hari yang lalu aku dan keluarga berlibur kesini, kami dari rumah begitu bahagia, tapi kebahagiaan itu kini berubah menjadi malapetaka.
Seminggu yang lalu sebuah perahu nelayan menghampiri kami. Para nelayan itu menawarkan jasa untuk mengangkut kami ke salah satu pulau yang katanya paling indah di daerah sini. Namun, saat itu kami sudah kewalahan dan ingin istirahat saja, masih ada waktu esok untuk kami pergi ke pulau tersebut. Tapi saat itu ayah sangat ingin pergi kesana, katanya biarkan ayah pergi sekali saja, ayah ingin menikmati keindahan pulau itu. Kami tidak bisa menolak permintaan ayah, karena kami tau ayah sangat cinta kepada laut, sama sepertiku. Pada saat itu kakak laki-laki-ku berinisiatif untuk menemani ayah, kami khawatir jika ayah pergi sendiri. Perahu nelayan itu perlahan berlalu melewati ombak laut yang tenang.
Aku, ibu, kakek dan nenek akan menunggu di penginapan saja, karena jika menunggu ayah dan kakak kembali pasti akan cukup lama.
Hujan angin yang deras mengguyur desa ini, di sertai petir yang menggelegar. Kami sangat panik dan khawatir dengan kondisi ayah juga kakak saat itu, di tambah para warga mengatakan bahwa gelombang laut saat ini cukup tinggi. Apalagi matahari sudah mulai terbenam dan langitpun mulai menggelap. Bagaimana kondisi mereka sekarang? Bagaimana jika mereka terjebak di laut yang ketika itu gelombangnya tinggi? Itulah pertanyaan yang tersirat di pikiran kami.
Keesokan paginya ayah dan kakak tak kunjung kembali. Beberapa warga sekitar mulai mendatangi pulau yang ayah tuju kemarin. Tapi kabarnya perahu yang mereka naiki sudah kembali sebelum hujan angin itu terjadi. Kemungkinan terbesar ayah dan kakak serta rombongan dalam perahu itu terjebak di lautan, bahkan mungkin bisa tenggelam.
Tim SAR mulai di kerahkan untuk mencari keberadaan perahu tersebut. Setelah beberapa jam pencarian akhirnya perahu itu di temukan dengan para penumpang yang sudah kewalahan bertahan di air selama beberapa jam. Perahu yang mereka tumpangi terguling hingga para penumpang juga jatuh ke air. Semua penumpang di nyatakan selamat, namun satu orang belum di temukan. Ya, korban yang belum di temukan itu adalah ayahku.
Kakak menghampiri kami dengan tubuh yang lemas, raut wajahnya mengartikan bahwa ia sangat terpukul saat ini.
"Ayah, Bu... " Ucap kakak sambil memeluk ibu.
"Kita serahkan semua ke tim SAR, ya, Kak." Ibu mencoba bersikap tenang dan tidak panik, karena ibu tahu jika ia panik maka kami akan ikut panik.
Setelah penantian selama seminggu yang tidak membuahkan hasil akhirnya misi pencarian ayah resmi di hentikan. Kami sangat terpuruk saat itu, dipaksa untuk melepaskan nyatanya tidak semudah itu untuk kami. Masih besar harapan kami agar ayah bisa di temukan, menanti keajaiban yang membawa ayah ke daratan. Kami ikhlas jika ayah sudah meninggal, tapi izinkan kami melihat jasadnya untuk yang terakhir kalinya. Itulah secercah doa yang selalu kami panjatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika
Teen FictionKatanya laut dan langit itu menenangkan, dan pertanyaan itu memang di benarkan oleh si gadis cantik bernama Arunika. Bau laut membuatnya selalu candu nan rindu. Ayahnya yang selalu membawanya pergi untuk menikmati laut lah yang menjadi penyebab uta...