Dua🌊

5 2 0
                                    

"Runi yakin mau tinggal disini dulu?" Tanya Bu Dahlia pada anak gadisnya.

"Iya Bu, Runi masih mau tungguin ayah disini." Jawab Arunika.

"Apapun yang terjadi kamu harus hubungin kita terus ya Dek, sekarang kita mau pulang, jaga diri kamu baik-baik." Ucapan sang Kakak yakni-Akara. Arunika membalasnya dengan anggukkan.

Mereka semua berpelukan sebagai perpisahan, karena hari ini keluarga Arunika akan pulang ke Bandung, dan Arunika akan sendirian disini.

Awalnya keluarga Arunika tidak setuju kalau ia harus tinggal di Desa Cempaka sendirian. Ayahnya hanyut di laut yang ada di desa ini yang menjadi alasan Arunika mau tetap disini, ia berharap ayahnya di temukan walau sudah sebulan tenggelam tak di temukan.

Keluarganya menitipkan Arunika pada Bi Mirna-yakni mantan ART di rumah keluarganya beberapa tahun yang lalu yang kebetulan Bi Mirna memang berasal dari desa ini, Bi Mirna juga sudah di anggap keluarga sendiri oleh Arunika karena ia sudah bekerja dengan keluarganya ketika Arunika masih 7 tahun, hingga Arunika berumur 16 tahun Bi Mirna memutuskan untuk pulang kampung. Arunika menyewa rumah yang dekat dengan Bi Mirna agar jika ada apa-apa Arunika bisa langsung datang kerumah Bi Mirna.

Alasan kedua gadis itu tinggal disini karena ia ingin mengistirahatkan diri dari hiruk pikuk kota, ia ingin beristirahat dari kelelahan aktivitasnya di kota. Ia baru lulus SMA tahun lalu, dan belum mau melanjutkan kuliahnya karena ia ingin beristirahat sejenak.

Karena ia sudah cukup hapal dengan beberapa tempat dan jalan yang ada di desa ini, akhirnya ia memutuskan untuk berjalan-jalan sore. Ia ingin berkunjung ke pantai, ia masih ingin menunggu ayahnya pulang.

Gadis dengan rambut yang selalu terurai itu duduk diatas kumpulan pasir-pasir putih nan halus, warna langit saat matahari akan tenggelam sangatlah menakjubkan, ombak yang berdeburan pun cukup membuatnya tenang, dan ia selalu cinta akan hal itu.

Tapi tunggu, ayahnya hanyut di laut, lalu apakah ia tidak benci laut sekarang? Padahal nyatanya laut itu jahat, ia menghanyutkan ayahnya yang tak punya salah apa-apa pada laut, bahkan ayahnya pun sama-sama mencintai laut. Kadang Arunika berpikir begitu, mengapa laut jahat dan kejam? Tapi ternyata memang benar cinta itu buta, cinta akan mengalahkan segalanya. Karena alasan cintalah yang membuat Arunika tak bisa benci pada laut, ia akan tetap sabar menunggu laut mengembalikan sang ayah ke daratan.

Mata Arunika tertuju pada sebuah tangan yang melambai-lambai dan tergulung ombak. Apakah itu orang tenggelam? Arunika langsung berdiri untuk memastikan apa yang terjadi, ternyata benar itu adalah seorang anak kecil yang tenggelam dan meminta bantuan.

"Tolong! Tolong!" Arunika berseru meminta tolong, namun di sekitarnya tak ada satupun orang. Lalu ia harus bagaimana sekarang, tanpa berpikir panjang ia langsung berlari kearah anak yang tergulung ombak itu.

"Tunggu!" Seorang lelaki berseru pada Arunika, ia melihat sosok lelaki itu berlari kearahnya.

"Kamu tunggu disini, biar saya aja yang tolong anak itu," ucap lelaki itu.

Arunika yang berdiri di tengah-tengah ombak itupun mengangguk dan menuruti apa yang di katakan lelaki tersebut.

Lelaki itu kembali ke daratan dengan membawa anak yang tenggelam dan tak sadarkan diri. Kemudian ia menaruhnya diatas pasir putih yang lembut. Ia mulai mengecek napas dan nadi anak tersebut. Lelaki itu seolah sudah fasih dan mengetahui apa yang harus ia lakukan ketika menangani orang yang tenggelam. Ia mulai memberikan pertolongan pertama, dan uhuukkk! Air laut keluar dari mulut dan hidung anak tersebut, anak itu mulai sadar dan menangis.

Sepasang suami dan istri berlari kearah anak tersebut dan langsung memeluknya sambil menangis. "Terimakasih banyak kalian sudah menyelamatkan anak saya." Ucap Ibu tersebut sambil menangkupkan kedua tangan di depan dadanya sambil menunduk dan menangis.

Lelaki itu mengangguk dan tersenyum lembut. Kemudian ibu dan ayah anak itu membawanya pergi.

Kini yang tersisa disana hanya Arunika dan lelaki tampan itu yang bergaya rambut seperti opa-opa Korea yang basah karena air. Canggung, tak ada suara diantara mereka berdua dan hanya ada suara ombak yang menemani mereka.

Arunika mengacungkan kedua jempol tangannya sambil tersenyum canggung, seolah menandakan bahwa lelaki itu keren dan hebat. Lelaki itu membalasnya dengan senyum tipis.

Hal konyol apa yang barusan ia lakukan? Mengapa ia mengeluarkan jempolnya padahal mereka tidak kenal sama sekali. Sungguh, saat ini Arunika sangat menyesal dan malu melakukan itu.

Lelaki itu kemudian pergi meninggalkan Arunika tanpa mengatakan satu patah katapun. Ia yang melihat itu mengernyitkan dahinya, "Songong banget." Umpat Arunika yang kesal dengan hal itu.

Karena langit sudah mulai menggelap dan bulan pun sudah muncul maka ia memutuskan untuk pulang ke penginapan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang