"Gale, katanya hidup cuman sekali ya? Aku ga mau sia-sia in hidup aku, aku belum mau mati Gale" lirih Aurora yang kini sedang bersandar di punggung milim Gale sembari menatap bintang yang begitu banyak di langit seperti pasi di pantai tak terhitung jumlahnya, kini mereka berdua berada di balkon kamar milik Aurora, yap Gale memilih menginap dua hari atau tiga hari di rumah Aurora karena sedang weekend.
"Siapa yang bilang kaka mati? Kaka pasti sembuh posthink aja dulu" Gale berusaha menyakinkan kaka nya yang satu ini bahwa dirinya pasti bisa sembuh.
"Oh iya mumpung besok Sabtu, gimana kita ke taman aja?" Tawar Gale.
"Kenapa ga sekalian minggu aja?"
"kan kalo minggu pasti rame, mending Sabtu"
"Kemaren perkataan Aurora nyelekit ga?" Tanya Aurora.
"Sangat, aku bahkan terkena mental sedikit"
"Kasihan daddy, mungkin dia sudah terkena mental down sekarang" lanjutnya.
"Hey! Kau tidak boleh mengatai daddy ku!"marah Aurora.
"Itu juga daddy ku"
"Kau hanya keponakannya, aku anak kandungnya"
"Terserahmu"
🪐🪐🪐
"Hai pria kecil, lagi nunggu apa?" Tanya Aurora sok asik kepada lelaki kecil yang sedang duduk tepat di kursi besi rumah sakit sebelahnya, pria kecil itu terlihat seperti ber umuran sekita enam sampai delapan tahun.
Lelaki kecil itu hanya menatap tak suka Aurora membuat gadis itu sedikit kesal, berani-beraninya bocah itu menatap nya seperti itu.
"ga asik!" Aurora menatap lelaki kecil itu lalu melipat kedua tangannya di depan dadanya.
"Aku tak suka di tanya-tanya" jawab pria kecil itu.
"Sombong sekali"
"Bukan urusan mu"
"Dengan nama, Haikal Chandra Leo" panggil seorang perawat, pria kecil itu bangkit dari duduknya lalu segera berlari ke perawat itu.
"Apa ibumu tidak menemanimu Leo?" Tanya perawat itu, sepertinya mereka sudah beberapa kali bertemu, karena mereka kelihatan begitu akrab.
"Tidak dia sedang sibuk dengan pekerjaannya yang membosankan itu" Aurora bangkit dari duduknya lalu menyusul mereka berdua.
"Sini sus, biar saya saja yang menemani anak kecil ini" ujar Aurora yang mendapatkan senyuman manis dari perawat itu.
"Baiklah" balas perawat itu.
Leo menatap malas Aurora, sungguh ia benci orang yang sok asik sok kenal sok akrab padanya. "Jadi nama mu Leo? Lucu hihi" Aurora tertawa melihat wajah menggelikan Leo.
"Apanya yang lucu?" Leo kembali menatap malas Aurora, sungguh bocah yang tengil ingin sekali rasanya Aurora menginjak wajah pria kecil di depannya ini.
"Kenapa kamu pergi sendirian ke sini?"
"Apa kamu tadi tidak mendengarnya?"
"Lalu? Kamu ada penyakit apa?"
"Gagal ginjal" penuturan Leo membuat Aurora sedikit terkejut.
"Bukankah kamu terlalu muda?"
"Aku tidak tahu, tanya saja pada Tuhan"
"Kamu menyuruhku mati duluan"
"Jika itu yang kamu pikirkan mungkin benar"
"Dasar bocil tengil"
Mereka berdua memasuki ruangan dokter Gilang, mungkin sekarang Aurora mempunyai teman baru, ia sangat senang berteman dengan anak kecil. Tapi mungkin yang ini akan sedikit susah karena bocah ini sangat tengil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asrar Bumantara
Teen FictionAsrar Bumantara. Judul ini aku ambil dari arti kata Rahasia Angkasa, aku ambil ini karena Aurora yang sangat suka dengan yang namanya Angkasa. Bukan, itu bukan nama seseorang manusia tetapi di mana Fenomena Aurora yang tercipta di Angkasa. Entah kar...