Koh Sony, seorang pria bertubuh kekar, terkenal akan kehidupannya yang dianggap sebagai life goals bagi semua pria. Dari segi finansial, ia lahir dan besar dikeluarga yang mapan. Kehidupan yang bergelimang harta membuat ia banyak dikelilingi oleh barang-barang yang banyak pria tidak bisa dapatkan dimasa kecilnya. Dari segi pendidikan, ia menyelesaikan pendidikan diusia yang masih muda, dengan beberapa prestasi. Bahkan dalam segi karir, koh Sony dipercayakan untuk menjadi kepala dari sebuah perusahaan yang diberikan oleh ayahnya sendiri setelah bekerja selama setahun. Dalam hal percintaan, ia sudah menikah dengan seorang model cantik yang sering berkeliaran di social media sebagai influencer publik dengan followers yang tidak main-main banyaknya dibeberapa platform.Orang-orang banyak mengelu-elukan ia karena fisik dan karismanya yang sangat gagah. Dan diam-diam ia juga menikmati semua hal itu. Banyak mata yang tidak bisa untuk tidak memperhatikannya begitu ia menapaki kakinya di keramaian. Seperti yang saat ini terjadi di dalam gym tempat ia biasa berlatih. Orang-orang yang belum kenal dengan Sony pasti akan menatapnya dengan tatapan yang tidak akan berhenti sebelum Sony balas menatap balik. Meskipun ia tahu, tapi Sony nampak tidak peduli karena orang-orang yang melihatnya juga tidak memberikan ketertarikan tertentu padanya, sehingga ia hanya melewati begitu saja.
Begitu ia sampai di sebuah perkumpulan beberapa pria, salah satu langsung datang menyambutnya sambil merentangkan tangan. “weeeh… pak bos udah nyampe” katanya dengan senyum yang tertarik panjang ke samping, membuat matanya yang sipit itu terjepit. Sony hanya membalas dengan senyuman lebar, lalu pergi melewati mereka. Ia berjalan menuju ke arah loker lalu mulai bersiap-siap sebelum berlatih di tempat ini.
Tehitung 10 menit waktu yang ia perlukan untuk berbenah, dan ketika ia selesai, ia kembali menuju ke tempat dimana masih terdapat pria-pria yang tengah berkumpul, seperti sedang membicarakan sesuatu yang serius.
“serius amat ceritanya” kata Sony yang mencoba bergabung ke dalam grup itu.
“oh… haha, nggak terlalu serius juga kok koh. Cuma cerita-cerita biasa aja” sapa salah satu pria yang menggunakan baju hitam ketat, menampilkan dadanya yang membusung.
“hmm… nggk serius, tapi mukaknya pada tegang nih…” kata Sony yang tidak percaya akan jawaban mereka. Memang terlihat mereka sedikit berbisik-bisik disaat tengah menceritakan apapun itu yang koh Sony tidak ketahui.
“khh… ah koh, cuma bicarain soal tempat pijat aja”
“tempat pijat?” tanya Sony penasaran.
“iyaa… kita-kita pada sharing tempat pijat gitu, yang biasa kita pake”
“oh… tempat pijat dimana emangnya? Enak nggak?” tanya Sony yang nampak antusias.
“wuih, enak koh, tempatnya sih mantep, trus bisa request… apalagi kalo minta yang p-AKH” kata seorang yang berbaju biru itu tertahan karena pria yang berbaju hitam itu menyikut pinggangnya tiba-tiba.
Nampak kecurigaan muncul saat pria itu mendadak disikut dari samping, begitu juga dengan beberapa pria yang memilih untuk membubarkan diri sendiri. Kumpulan pria-pria berotot itu mulai berpisah tanpa ada salam atau kalimat satupun. Mata koh Sony yang sipit itu bisa menangkap ada hal yang mereka tutupi dari situ. Ia masih berdiri sambil melihat pria-pria berbadan besar itu pergi dari gym. nampaknya mereka telah usai dengan latihan masing-masing, memang itu nampak dari urat-urat yang masih menonjol di lengan, bahu, hingga ke kaki mereka.
....
“oi Kev” panggil koh Sony. Kevin hanya mengangkat dagunya sedikit lalu kembali mengangkat dumbbell itu hingga serata dengan dadanya. Koh Sony memilih jejeran dumbbell itu dan berhenti di dumbbell dengan angka 15. Ia menarik satu, dan mulai mengayunkan dumbbell itu. Posisinya terbilang dekat dengan pria bernama Kev.
Mereka berdua sedang berpacu dalam tempo masing-masing untuk urusan mengangkat dan menurunkan dumbbell. Sedikit demi sedikit koh Sony mulai mendekati Kev dengan rasa penasaran yang masih ada di kepalanya.
Begitu mereka berdua bertemu dalam istirahat set, Koh Sony langsung menanyakan perihal tempat pijat itu. “eh Kev, yang kemarin lu sempet bahas soal tempat pijat…” kata Sony yang hanya dibalas dengan tatapan bingung oleh Kev. Koh Sony tahu ia pura-pura bego, koh Sony sudah paham dengan tabiat dari orang-orang didekatnya. Bagaimana tidak? Mereka adalah teman sejak kuliah. Dapat dikatakan bahwa mereka adalah geng cool kids di kampus karena daya tarik masing-masing.
“nggak usah pura-pura bingung deh lu Kev. Mending kasih tau gue deh. Lu pada kek mencurigakan” kata Sony yang mulai mencecarnya dengan kalimat-kalimat yang memojokan.
“ahh… nggak ada kok” kata Kev yang langsung berdiri dan mulai berganti alat dengan yang lain. Koh Sony semakin curiga, prilaku mereka secara serentak langsung menjauhi koh Sony. Sudah seminggu sejak pembahasan yang tidak terselesaikan itu, dan disetiap kalo koh Sony menyinggung soal tempat pijat, pasti ada saja yang dilakukan oleh mereka. Mulai dari mengalihkan cerita, tiba-tiba bersin, mengangkat telepon yang sebenarnya tidak ada.
Ini membuat Koh Sony berpikir keras dengan prilaku mereka “ahh… mungkin tempat pijat murahan kali” tuturnya dalam hati. Tapi logikanya menyangkali itu. Tidak mungkin tempat pijat murahan akan mereka ambil. Koh Sony tahu betul selera masing-masing dari mereka, dan tidak ada yang mau menyentuh barang-barang murahan, termasuk jasa pijat.
Akhirnya, koh Sony berniat untuk mencaritahu perkara tempat pijat ini. Bertindak layaknya detektif, ia mulai mencari tahu siapa target yang paling mudah untuk di mintai keterangan. Selama mereka bersama, yang koh Sony tahu dari karakter mereka adalah masing-masing punya kebiasaan tersendiri, layaknya Kev. Kev itu tipikal gampang berbaur, gampang menyendiri. Ia sangat mudah untuk terbuka, tapi sangat mudah juga untuk tersinggung dan kemudian menarik diri. Layaknya yang ia lakukan sekarang, dimana ia berusaha untuk tidak terlihat oleh koh Sony akibat mulutnya yang tiba-tiba mengeluarkan sesuatu yang tidak seharusnya ia ucapkan.
.......
Website itu kemudian berubah dengan mengecilnya wajah koh Sony, dan diikuti dengan sebuah bagan yang muncul. Koh Sony membaca bagan itu dan menemukan ada 2 kolom, dengan angka 0 di dalamnya. Koh Sony masih bingung dengan bagan ini sehingga ia melihat-lihat lagi.
Ia kemudian menemukan sebuah ikon berbentuk persegi panjang dengan tulisan “mendaftar”. Ia mengklik ikon itu sambil terus memperhtikan layar yang mulai berubah. Tidak ada bagan berisi data diri atau identitas yang harus diisi seperti form-form pendaftaran pada umumnya. Hanyalah sebuah gambar kamera. Begitu koh Sony memencet gambar itu, kembali layar menunjukan wajahnya. Ada sebuah instruksi dibagian atas yang mengharuskan koh Sony untuk memfoto bagian tubuhnya tanpa pakaian.
Koh Sony cukup heran dengan keabsurdan tautan ini. Ia seperti disuruh untuk memamerkan tubuhnya. Meski bingung, tapi koh Sony nurut juga dengan menanggalkan bajunya. Kini, dengan postur tubuh yang gagah, ia berdiri dan memberikan pose sedikit menantang dengan mengangkat tangannya hingga menampakkan ketiaknya yang tidak dicukur itu.
Gambar indikator kembali muncul hingga menyentuh angka 100%. Website itu langsung otomatis berubah dengan berpindah ke laman selanjutnya. “Welcome to the M, Masagge and Spa” bibir koh Sony bergerak membaca tulisan itu. “tunjukan website ini di loket untuk mendapatkan akses ke dalam tempat pijat”
“ah… hahaha… ha…ha…ha” tawa koh Sony yang terdengar begitu lantang. Akhirnya ia mengetahui sesuatu tentang pijat yang dirahasiakan darinya oleh teman-temannya. Dengan sebuah senyum yang terpatri, ia berencana untuk memasuki lagi tempat itu keesokan harinya.
To Be Continued.
Full version ada di karyakarsa dengan harga yang sesuai dengan isi cerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Koh Sony
Fantasyseorang pria berketurunan chinese, memiliki sifat kepo yang sangat tinggi. sifatnya ini membawa ia ke dalam dunia lain, bukan dunia berisi hal-hal mistis, tapi berisi kenikmatan dalam kesakitan.