Koh Sony IV

2.8K 29 2
                                    



Hari ini, koh Sony berencana untuk tinggal lebih lama dalam tempat pijat itu. Segala perlengkapan yang ia bawa justru tidak terpakai saat pergi kesitu, sehingga ia mengambil keputusan untuk hanya membawa pakaian ganti. Dengan outfit khas setelan kantor, ia pergi ke kantornya untuk mengurus pekerjaan.

Setelah mengecek agenda untuk hari ini, koh Sony sengaja memangkas beberapa agenda yang bisa ditunda untuk dilakukan pada minggu depan. Berhubung ini adalah hari jumat, salah satu kebiasaan dari koh Sony adalah ia jarang masuk saat hari sabtu. Tidak ada yang bisa melarangnya karena ia sendiri yang menjadi kepala perusahaan disitu. Para pegawai memahami sikap koh Sony dalam sudut pandang yang cukup positif. Mereka menganggap bahwa waktu sang bos sangat berharga sehingga bisa berada di kantor saja sudah merupakan sebuah keajaiban.

Koh Sony juga pandai dalam mengatur siasat agar perusahaannya dapat berjalan dalam tempo yang ia inginkan, tanpa perlu mengorbankan waktu lebih. Work smarter not harder nampaknya menjadi gaya yang ia terapkan dalam ia memimpin perusahaan itu. Ketimbang mengeluarkan effort lebih dengan imbalan yang sedikit, lebih baik mengatur dengan memetakan secara runut. Seperti yang ia lakukan saat ini. Beberapa rapat yang mengharuskan ia untuk hadir dalam beberapa divisi ia langsung satukan pada hari senin sebagai rapat paripurna, dimana ia bakal memimpin langsung rapat itu, mendengarkan hasil laporan berupa presentasi dari semua divisi, lalu memberikan arahan.

Ia bahkan memberikan sedikit kelonggaran kepada semua divisi untuk mempersiapkan semua rapat di rumah saja pada hari sabtu besok. Anehnya, koh Sony tetap menyuruh mereka masuk, namun hanya datang ke kantor selama setengah hari saja. Beberapa trik untuk menarik hati karyawannya membuat koh Sony mendapatkan figur sebagai seorang leader yang dikagumi oleh bawahannya, padahal ia hanya memainkan trik kecil sehingga terlihat seperti seorang yang sangat memahami sesama.

Sudah pukul 15.03, koh Sony melihat ke arah jam lalu bertanya kepada asistennya. Mendengar jawaban yang sudah ia tunggu-tunggu bahwa agenda hari ini sudah selesai, koh Sony langsung mengangkatkan pantatnya dari kursi itu lalu bergegas keluar. Tanpa terlalu memusingkan sapaan dari orang-orang yang berpapasan denganya, koh Sony berjalan dengan langkah yang cukup tergesa-gesa hingga ia sampai di mobil. Orang-orang yang menjadi pegawai disitu pun tidak terlalu ambil hati soal sikap koh Sony. Melihat ia yang tergesa-gesa, orang-orang pasti berpikir bahwa ada pertemuan lain yang lebih penting sehingga ia terpaksa mengabaikan mereka.

*brak…!!!

.........

Petugas wanita itu lalu menarik kertas itu lalu meletakkan ke meja, dan mengetikkan sesuatu. Selesai dengan ketikannya, ia mengangkat kepalanya lalu berkata “baik pak, tiap treatment seharga Rp. 1.500.000, plus cuci mobil seharga Rp 500.000. jadi totalnya ada Rp. 5.000.000. mau cash?, atau gesek kartu?” ujarnya yang langsung membuat mata koh Sony membulat. Membership plus trial yang semalam ia bayar saja sudah menyentuh 1.500.000, dan kini ia harus membayar sebesar Rp. 5.000.000.

Meski agak kesal, akhirnya koh Sony mengambil kartunya lalu melakukan pembayaran di loket itu. Selesai dengan pembayaran, koh Sony diberikan 3 kertas berbentuk kupon yang tersambung satu sama lain. ada gambar yang sama persis seperti yang ada di kertas menu tadi, gambar tubuh dan ada garis-garis abstrak yang membingungkan mata koh Sony.

Petugas wanita itu lalu mengambil walkie talkienya dan membicarakan sesuatu. Dari belakang, koh Sony melihat seorang yang berpakaian sama dengan petugas wanita itu datang ke arah mereka. “kuncinya pak, biar mobilnya dicuci.” Ujar petugas wanita itu. Koh Sony lalu memberikan kuncinya pada pria yang lebih pendek, membiarkan ia mengendarai mobil itu masuk ke dalam pencucian.

Petugas wanita itu lalu menekan tombol, membuat sisi samping loket itu terbuka. Tanpa berlama-lama, koh Sony langsung masuk ke dalam ruang yang cukup gelap. Karena sudah pernah memasuki tempat itu, koh Sony sedikit terbiasa dengan suasana yang agak merinding. Langkah kakinya jadi semakin berani ketimbang waktu pertama kali masuk ke situ.

Ia sampai pada loket dengan 2 orang pria yang berdiri di luar dan di dalam loket itu. Koh Sony menghampiri mereka sambil mengangkat tiket itu, disambut dengan senyuman dari kedua pria itu. “selamat…” kata pria berkulit hitam yang berada dalam loket itu tertahan saat ia memeriksa jam di tangan kanannya “… sore pak Sony. Senang bisa melihat anda lagi” sapanya begitu formal dengan senyum yang dihiasi gigi-gigi yang putih, begitu kontras dengan kulitnya yang gelap.

.........


“aaayeahh… aahhhhh… aaaishh, aaaah” desah koh Sony yang mulai terdengar kencang ditelinga. Meski terlihat ada beberapa kerutan di wajahnya, namun koh Sony nampak tidak ingin menyudahi treatment ini.


Posisi pria muda itu cukup menyulitkan dirinya karena harus berjongkok disamping koh Sony sehingga ia berdiri dari situ dan berpindah ke atas kasur. Membuat koh Sony yang sedang mengangkat kakinya kaget.


“eh, mau apa kamu?”



To be Continued.

Koh SonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang