Koh Sony II

3.4K 37 1
                                    

Keesokan harinya, koh Sony sudah siap dengan segala persiapan yang ia pikir biasa dibawa ke tempat pijat seperti handuk, pakaian ganti, serta mungkin sabun. Ia belum terlalu paham soal tempat pijat yang cukup misterius ini sehingga ia hanya mengira-ngira saja.

Dengan balutan kostum jasnya yang elegan dan mahal, ia pergi ke kantornya terlebih dahulu untuk menyelesaikan pekerjaan. Hampir butuh seharian baginya agar bisa menuntaskan semua yang dirasa perlu. Ia kemudian beranjak dari situ menuju ke mobilnya dan mulai memacu di jalan.

Bukannya pergi ke tempat pijat, ia malah pergi ke gym dimana ia biasa bertemu dengan Kev dan kawan-kawan. Begitu sampai, ia berjalan dan langsung menghampiri Kev yang tengah berkeringat dengan alat yang tengah menekan kakinya itu. Kev nampak sedang melatih otot kakinya, dan terlalu berkonsentrasi sehingga tidak memperhatikan koh Sony disitu.

“oi Kev” panggilnya.

“euh…. Uh… yaaah?” jawab Kev sambil terus melebarkan kakinya kesamping.


“gue liat lu kemarin ke tempat ini” katanya sambil menyodorkan brosur cuci mobil itu. Kev yang melihat sejenak terkejut hingga membuat posisi kakinya bergeser, sehingga menyebabkan tekanan yang kuat langsung menghimpit kedua kakinya. “AAHHH…!!!” teriak Kev tak kuasa saat alat itu berhasil membuat otot paha nya terdislokasi dan menyebabkan nyeri yang luarbiasa. Koh Sony membantu lalu membopongnya keluar dari gym yang waktu itu sedang ramai-ramainya.

Begitu sampai di mobil, ia mendudukan Kev di kursi depan dan berniat untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Namun terbersit sesuatu, ia lalu bertanya pada Kev.

“Kev… oi” panggilnya pada Kev yang sedang menahan rasa sakit dibagian paha kirinya. “ahh… ahhhh… kenapa Son, aduh” jeritnya.

“kita ke tempat pijat yang ini aja yah” ujarnya yang kembali menunjukan brosur itu. Sontak mata sipit Kev langsung membulat. Dengan tergesa-gesa ia langsung menolak tawaran koh Sony “ahh… jangan, jangan kesitu!!!” ujarnya yang terlihat panik, memberikan kesan yang mencurigakan bago koh Sony. Dengan kening yang terangkat, ia kembali bertanya pada Kev.

“kenapa? Kan ini tempat pijat” ujarnya menuturkan pernyataan yang cukup logis. Memang benar, jika itu adalah tempat pijat, maka segala keluhan tentang masahal otot pasti dilayani disitu. Namun kembali Kev menolak itu. “akkhh… enggak, i-itu tempat pijat, tpai nggak… b-bukan buat gituan” katanya begitu polos akibat rasa nyeri yang masih berdenyut.

“ha..??? maksudnya???” tanya koh Sony.


Kev langsung terdiam akibat kembali keceplosan dengan lidahnya yang terlalu tipis itu. Sedetik teriam, ia lalu berteriak sambil mengeluh kesakitan. Ia bermohon pada koh Sony untuk segera mengantarkannnya ke rumah saja daripada ke tempat itu. Merasa kasihan, akhirnya koh Sony mengantarkannya ke rumah Kev.

Selesai dengan urusan Kev, koh Sony sudah berada di jalan dengan mobilnya. Ia cukup penasaran dengan tempat pijat itu. Terlebih dengan apa yang baru saja diucapkan dengan Kev tentang tempatp ijat yang tidak melayani masalah otot yang terkilir. “hmm” gumamnya sambil mengendarai mobilnya dalam kecepatan yang pelan. Koh Sony menimbang-nimbang dalam benaknya tentang hal ini. Dan semakin lama waktu berjalan, semakin penasaran koh Sony dibuat.

Akhirnya, ia mengambil keputusan untuk pergi ke tempat cuci mobil yang ternyata sudah gelap gedungnya. Tempat alat-alat yang biasa mencuci itu masih terbuka dalam sanggar, sehingga koh Sony masuk ke situ. Ia memarkirkan mobil itu ditempat dimana ia terakhir berhenti, lalu keluar. Kondisi disepanjang sanggar itu nampak sepi tanpa adany ekhidupan. Ditambah dengan lampu-lampu yang menyala tapi dalam kondisi remang, membuat orang-orang berpikir tentang tempat ini yang tutup.

Koh SonyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang