🌹 02 🌹

9 1 0
                                    

  

Halda menggigiti kukunya dengan gusar. Pasalnya, saat ini ia tidak berada di dunianya sendiri. Ia berada di dimensi yang berbeda. Ia bahkan tidak tahu tepatnya saat ini ia berada di mana.

Setelah mendengar cerita Bi Yum, Halda mulai goyah dengan asumsinya. Ia sudah keluar mengecek semua isi istana, dan benar ... setiap tempat dan lorong dipenuhi pengawal. Dayang-dayang tak henti menanyakan keperluanya, benda-benda kuno mulai dari hiasan, alat pertahanan dan perang, taman, ruang rapat, ruang makan, dapur, semuanya terlihat asli--nyata--kuno! Bahkan masih banyak tempat yang belum sempat terjelajahi oleh Halda karena luka diperutnya tiba-tiba terbuka akibat tekanan dari pergerakan yang ia berikan. Terpaksa ia harus kembali ke kamar untuk diobati.

Halda memegang perban di perutnya.

"Bukan, ini bukan lukaku. Ini adalah luka Aphridisha."

Helaan napasnya kembali mengingat perbincangan dengan Bi Yum.

Aphridisha, ia adalah seorang Tuan Puteri dari kerajaan seberang. Ya, di sanalah seharusnya ia berada, tapi raja sedang murka, jika saja Pangeran Sean tidak  berinisiatif membawa tunangannya itu dan merawat sampai lukanya sembuh.

"Jadi ... laki-laki tadi itu adalah tunangan Aphridisha ?"

Bi Yum mengangguk.

"Pangeran Sean dan Tuan Puteri baru bertunangan dua hari sebelum kejadian itu terjadi."

"Kejadian apa itu, Bi Yum? Ceritakan padaku, ceritakan semuanya."

Bi Yum menunduk. "maafkan hamba Tuan Puteri, tidak sepantasnya hamba angkat bicara mengenai kejadian itu. Hamba tidak bisa selancang itu."

"Mengapa tidak bisa, aku yang menyuruhmu bercerita. Jika tidak ada yang memberitahuku detail kejadian yang sudah-sudah, apa yang menjadi landasanku untuk mengingat semua hal?" Halda mencoba untuk meyakinkan. Bagaimanapun ia membutuhkan informasi mengenai raga yang saat ini ia tumpangi. Meski ia belum tahu akan seperti apa ujung nasibnya di sini.

"Baiklah, Tuan Puteri, maafkan Hamba yang sudah ingkar dari perintahmu."

Bi Yum melanjutkan ceritanya. "Tuan Puteri memiliki dua saudara. Putri Sellyara adalah sulung, Tuan Puteri Aphridisha anak kedua raja dan yang terakhir adalah pangeran Frans yang masih berusia enam tahun.

Putri Sellyara terkenal akan kepintaran dan kebijakannya. Di usianya yang sudah mencukupi, raja menobatkannya sebagai ahli waris dan hendak menikahkannya dengan pangeran Albert.

Seminggu sebelum menikah Puteri Sellyara keracunan makanan sampai jatuh sakit. Ternyata kue apel yang ... yang dibawakan--dari ..." Bi Yum melihat Halda takut-takut.

"Tidak apa, lanjutkan saja ceritanya Bi Yum."

"Tuan Puteri Sellyara keracunan kue apel yang Anda berikan." Bi Yum langsung bersujud. "Maafkan hamba Tuan puteri, hamba tidak bermaksud menjelekan tuan puteri ataupun memfitnah, tapi inilah kabar yang raja umumkan sebelum memenjarakan Anda."

Halda tercengang. "Jadi sebelumnya ... Aphridisha pernah dipenjara?"

Bi Yum mengangguk.

"Bukankah raja juga ayahnya?"

"Be--benar tuan puteri, raja juga ayah Anda. Tapi raja sangat tegas."

"Lalu apa yang terjadi dengan Sellyara. Bagaimana keadaannya?"

"Karena dosis racun di kue apel itu masih ringan, keadaan putri Sellyara tak lama membaik. Tuan putri pun dibebaskan dari sel tahanan, tetapi masih menjadi tahanan kamar untuk menjalani sisa hukuman.

True Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang