"Waaah.. lemarinya cantik banget! Aku yang warna pink pokoknya!!"
Pekik Elma dengan penuh semangat
"Iya iya ma, kita ambil yang warna biru aja ya sya"
Ucap Sena sambil terkekeh
"Oke, aku mah gampang.."
Mereka bertiga pun tertawa karena kelakuan Elma yang selalu saja ekspresif dengan sesuatu
Tawa mereka memecah keheningan di sore itu, mereka bertiga di tempatkan disebuah kamar mini di bawah tangga masjid
"Sen, ma.. Aku bersyukur banget loh kita jadi pengabdian luar, bakal banyak banget pengalaman pasti, mana pondoknya masih merintis terus di masjid pula, wah barokah banget dah"
Ucap Aisya dengan wajah serius
"Iya sya.. Pasti.. Kita harus punya planning buat kedepannya, apa aja yang mau kita lakuin, biar semuanya terarah"
Sahut Sena
"Hmm.. Kalo aku sih ya jalanin aja semuanya, mengalir layaknya air gitu, InsyaaaAllah kalo sudah ada niat yang baik nanti bakal dimudahkan kok"
Ujar Elma sembari menatap langit-langit kamar
"Loh tumbenan ni anak serius banget hahaha.."
Ejek Aisya
"Ya Allah.. Apa salah hamba.. Giliran lagi serius malah di ejek.. Ah elah.."
Ujar Elma sembari mengelus dada
"Eh sudah.. Ini loh barang-barang kita belum dirapiin semua, kan malam ini mau perkenalan ya kan? Ayo cepetan.."
Sahut Sena
"Iya sih, eh tapi aku mau keliling dulu deh sebentar, mau liat-liat halaman depan masjid.. Masjid ini loh mewah banget.. Daaah!"
Ucap Aisya sembari berlari kecil keluar kamar dan menuju halaman depan masjid meninggalkan Sena dan Elma dengan raut wajah penuh kebingungan
Sore itu, langit sedang menunjukkan pesonanya, di depan masjid mewah yang berarsitektur Turki berjalan seorang gadis berjaket merah sambil tersenyum menikmati pemandangan di depannya
Di depan masjid itu sendiri ada lapangan sepak bola yang merupakan pusat olahraga kota, jadi semua masyarakat sering berkumpul di tempat ini, ada lapangan basket, tennis dan lain-lain
"MasyaaAllah.. Mimpi apa aku semalam? Yang dulu di pondok bener-bener anti sama kalimat "Pengabdian" jadi bisa kesini ya.. Hm.."
Renung Aisya mengoceh sendiri, sembari duduk di bawah pohon yang rindang
Tak sadar.. Bahwa dari awal ia duduk disana, ada seorang laki-laki tengah menatapnya tak terlalu jauh dari tempat duduk Aisya, sembari tertawa melihat tingkah aneh gadis itu
"Dasar gadis aneh.. Ada-ada saja, masa duduk sendirian terus ngoceh gak jelas.."
Ucapnya sambil terkekeh pelan
Namanya Ahmad ia juga seorang santri yang ditugaskan sebagai pengabdian di pondok Tahfidz di kota itu
Saat itu, Ahmad tengah beristirahat dari olahraga larinya yang sudah menjadi rutinitas hariannya
Tiba-tiba..
"Awaaas!!!"
Pekik orang-orang yang tengah melakukan olahraga di sekitar lapangan
Rupanya sebuah bola sepak tengah mengarah ke punggung Aisya yang bahkan hampir tidak sadar dengan kedatangan bola itu
Ahmad pun dengan sigap berlari langsung menarik jaket Aisya hingga bergeser sedikit dari tempat duduknya
Aisya pun kaget, masih belum menyadari apa yang sedang terjadi sambil menatap Ahmad yang sudah ada di sampingnya
"Maaf sudah bersikap tidak sopan menarik jaketmu, tapi tadi bola itu hampir kena kamu"
Ucapnya sedikit gugup
"Eh.. Beneran? Ya Allah aku gak sadar.. T-tapi syukron, eh aduh Aisya dia mana faham kalo pake bahasa arab"
Ujar Aisya yang masih sempat mengoceh dalam keadaan seperti itu
"Hahaha.. Maafi musykilah"
Ucap Ahmad sambil tertawa kecil
(Ternyata dia bisa bahasa arab, Ya Allah malunya..) batin Aisya
Wajah Aisya pun memerah lalu menyiratkan senyum simpul sebagai tanda terimakasih lalu bergegas pergi meninggalkan laki-laki itu
"Ya Allah.. Ada ya perempuan kayak gitu haha.."
Ujar Ahmad sembari tertawa pelan
Tak disangka, itulah awal pertemuan dua insan yang tidak pernah menyangka akan berjuang menggapai takdir bersatu dalam ikatan yang diridhoi-Nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutitipkan kau pada Allah
Teen FictionLET'S FOLLOW BEFORE READ THX 🤍 Tentang perjuangan 3 anak pesantren di ranah abdi Kisah yang merupakan bagian dari kepingan, akan utuh menjadi kenangan yang takkan pernah mereka lupakan Suka, duka bahkan cerita cinta mereka lewati dengan penuh rasa...