Bab Baru, Mari bertahan!

4 0 0
                                    

Ah, sudah seminggu lebih aku bekerja di sini. Aku sudah mengenal teman satu mess-ku itu, juga teman kantor yang lainnya, ya ... meski aku sering salah sebut nama. Tolong wajarkan saja, ya.

Oh iya, hari ini kami, a.k.a aku dan teman satu mess-ku, akan pergi ke pusat pembelanjaan terdekat. Sejenis swalayan. Kata mereka disana lengkap, yah aku harus isi stok kebutuhanku selama sebulan bukan, ditoko-toko dan warung-warung terdekat mess-ku harganya terlalu mahal dong ya. Sabun mandi aja yang biasa aku beli harga lima ribuan, disana pada tujuh ribuan. Kan lumayan dua ribu bisa kupakai beli es krim. Jadi anak rantau harus hemat, ya.

Ternyata, terdekat yang dimaksud mereka lumayan jauh, dan kami juga ternyata berjalan kaki. Catat itu, jalan kaki. Plis deh, bagi kaum rebahan dan kaum kendaraan seperti aku, berjalan kaki itu hal yang menyenangkan meski memang melelahkan. Ditambah cuaca panas sangat membunuh lemak-lemak, ups membakar kulit lebih tepatnya. Sia-sia skincare-ku selama ini, jika akhirnya harus hangus hanya karena memburu barang harga murah. Ah, lebay sekali diriku. Tapi, apakah kalian tipe yang sama denganku?

Sudahlah, kami sudah sampai di pusat pembelanjaan. Ah, disini memang memanjakan mata sekali, apalagi dari hawa panas matahari kini sudah berganti menjadi sejuknya AC, ah segarnya. Kami memutuskan berpencar, dikarenakan kami memiliki kebutuhan yang berbeda.

"Kak Amel mau beli apa? Aku mau nyari skincare dan kebutuhan lainnya," ucapku pada Kak Amel yang sedari tadi malah mengikutiku. Oh, bukan apa, aku hanya tidak ingin mengajak orang lain, karena aku tahu jika aku berbelanja aku akan memutar seluruh area beberapa kali. Jadi, sangat tidak enak bukan jika ada orang lain mengikuti kita, tapi jika mereka mau ya tidak apa, sih, siap-siap saja kan kelelahan. Oh, tentu saja ya aku tuh seperti wanita lainnya yang senang berjam-jam di pusat pembelanjaan.

"Nggak tau, sih, soalnya bingung juga. Ikut kamu ajalah Ci, sambil lihat-lihat dulu," jawab Kak Amel yang kujawab dengan anggukan kepala.

~~~~~~

Drrt ... Drrtt ...

Ponselku bergetar di saku. Ah, aku sengaja tidak mengaktifkan notifikasi, karena selain tidak ingin diganggu, aku juga tidak ingin jadi pusat perhatian hanya karena sebuah dering telepon. Ya, benar kan?

Unknow number is calling ...

Ah, sepertinya ini nomor Kak Mina deh, dilihat dari foto profilnya foto dia. Ada apa, ya?

"Ya, halo, Kak Min?"

"Ci, dimana? Selesai belum?" Tanya Kak Mina di seberang sana.

"Belum, Kak," lantas akupun melihat jam dilayar ponselku. "Kenapa ya, Kak? Perasaan kita baru pisah setengah jam, deh, Kak," lanjutku.

"Nggak, cuma mau ngabarin kita mau ke kios baju dulu, tapi sebentar aja kita belanja kali ini, gak papa kan? Soalnya kita mau ngadem dulu di cafe es krim depan, gimana?"

"Oh, iya, Kak. Boleh, gak papa. Tapi, sejam lagi boleh? Soalnya belum kebeli semua ini barangnya, gak papa?"

"Oke, siap. Satu jam ya bener, nanti kita tunggu di cafe depan aja ya, babay!"

"Ok--" tut ... tut ... "ke, ditutup dah,"

Setelah selesai menyimpan ponsel, aku pun lantas melanjutkan acara belanjaku yang tertunda. Oh God, satu jam loh sisa waktunya. Bisa gak ya? Oke Aci, tenangkan dirimu, dan mulai fokus dengan tujuan, jangan tengok kanan kiri yang bukan kebutuhan sekarang.

Eh, bentar, kok berasa ada yang hilang ya?

Ya ampun! Aku lupa dengan Kak Amel, astaga, bagaimana bisa aku lupa dengan teman baruku itu, ah sangat mengesalkan sekali dengan salah satu kekuranganku ini ya Tuhan. Sial! 

Bagaimana bisa aku membagi waktu belanja dan mencari Kak Amel dengan waktu satu jam?

~~~~~~

Akhirnya setelah sekitar setengah jam lebih aku selesai dengan belanjaanku, sesekali aku mengedarkan pandangan barangkali aku bisa menemukan Kak Amel. Namun sial, aku tidak menemukannya. Apa Kak Amel udah keluar duluan, ya? Batinku menenangkan.

"Terimakasih," ucapku pada kasir.

Langsung saja kutekan nomor Kak Mina yang setengah jam lalu menghubungiku.

"Halo, Kak Min?"

"Iya gimana, Ci?" Rasanya mendebarkan, oh tentu saja, bagaimana aku tidak kalut ketika Kak Amel yang membuntutiku tiba-tiba hilang.

"Em, Kak Amel udah sampe sana belum?" cicitku, takut-takut jawabannya tidak sesuai ekspektasiku.

"Oh, Amel udah disini kok, tinggal nunggu kamu. Kamu masih lama?"

Syukurlah, aku bisa menghembuskan nafasku lega.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hai, Impian Belaka!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang