Di Dalam Cinta

244 51 0
                                    

Renjun duduk dengan wajah serius di kursi taman di Hwaniwon. Sinar matahari hari itu memang cukup terik, namun udara di bawah bayangan pohon zelkova terasa sejuk. Meskipun berada di bawah langit biru yang cerah dan padang bunga liar yang indah, hatinya tetap terasa
gelisah. 

Johnny belum menghubunginya lagi sejak kejadian hari itu. Apa ia benar-benar sibuk dengan pekerjaannya seperti biasa? Atau apa ada masala lain lagi? 

Renjun memainkan kalung yang dipasangkan oleh Johnny minggu lalu. Benar-benar cincin yang romantis dengan simbol wanita yang dicintainya. 

Ayah Johnny mencari istrinya sampai seperti orang gila.  Meskipun banyak sesuatu yang tidak bisa dimengerti di dunia ini, Renjun benar-benar tidak mengerti mengapa kedua orang yang masih saling mencintai itu harus berpisah. Rahasia apa yang tersembunyi di antara mereka?

Terlepas dari rasa cinta ayahnya yang seorang playboy dan keinginan ibunya yang ceroboh, di mata Johnny, kedua orangtuanya itu tetap orangtua yang tidak benar-benar menyayangi anaknya sendiri. Ayahnya selalu mengabaikannya, sementara ibunya menukar dirinya dengan uang. 

Namun, meskipun mereka telah berbuat seperti itu, alasan mengapa mereka tetap menjaga rahasia ini seumur hidup tetap menjadi pertanyaan. Mungkin suatu saat Johnny akan mengetahui jawabannya.

"Renjun-ssi?"

"Oh, Taeyong-ssi."

Renjun yang sedang melamun baru menyadari tatapan Taeyong yang sejak tadi memandanginya. Taeyong tetap terlihat cantik sempurna seperti biasanya. 

Taeyong yang mengenakan terusan oranye dengan jaket pendek itu terlihat cocok dengan bunga-bunga liar yang indah di Hwaniwon.

"Orang di kantin tadi menyuruhku mencarimu di rumah kaca atau di sini, ternyata benar kau ada di sini. Kalau kau ada di kebun buah, aku sudah ingin menyerah saja tadi."

"Ada apa kau mencariku?"

"Tadi aku baru bertemu dengan bapak dekan. Mulai semester ini, aku akan mengajar di kampus ini. Tiba-tiba saja aku teringat padamu dan mampir menemuimu. Tidak apa-apa, kan?"

"Ah, iya."

Jadi, sekarang Taeyong adalah dosen yang akan mengajar di kampus ini. Latar belakang keluarganya bagus, penampilannya menarik, dan ia juga ramah serta baik hati pada kekasih baru mantan pacarnya. Orang yang memiliki segalanya itu kini ada di hadapan Renjun. Tuhan benar-benar tidak adil rasanya.

"Ini hadiah untukmu. Kau suka bunga, kan? Aku juga memberikan ini pada bapak dekan dan karena teringat padamu, aku juga menyiapkan satu lagi untukmu. Kau suka tidak?"

"Iya. Cantik sekali."

Renjun menerima segenggam bung krisan yang disodorkan oleh Taeyong dengan penuh terima kasih. 

Bunga krisan kuning yang dibungkus rapi dengan kain felt berwarna gelap it terlihat sederhana namun indah. 

Taeyong yang meletakkan tasnya di kursi di sebelah Renjun dan duduk di sampingnya itu terlihat gembira.

"'Tahu tidak, Johnny juga suka sekali dengan tempat ini. Oh, iya, aku lupa. Kita pertama kali bertemu di tempat ini, kan. Saat kau sedang bersama Johnny."

Taeyong memandang ke sekeliling Hwaniwon yang kini dipenuhi dengan bunga-bunga liar dan rumput hijau yang tebal.

"Sewaktu kecil, ia suka sekali datang ke tempat ini. Kau tahu mengapa ia suka sekali tempat ini?"

 "Tidak terlalu." 

"Aku mengerti. Orang itu memang tidak akan menceritakan tentang dirinya sendiri. Karena dulu setiap kami datang ke sini, ayah Johnny selalu berada di tempat ini. Meskipun ia tidak mengatakan apa-apa padaku, tapi aku langsung tahu kenapa ia menyukai tempat ini. Makanya aku selalu mengajaknya bermain di tempat ini setiap hari Kalau sudah begitu, meskipun awalnya pura-pura tidak mau, Johnny selalu mengikutiku datang ke tempat ini."

Begitu rupanya. Jadi, itu sebabnya ia menyukai Hwaniwon. Jadi, itu sebabnya ia menyukai Lee Taeyong. Dan pada akhirnya Taeyong juga mencintai lelaki bernama Johnny. Lalu, mana mungkin ia tidak mencintai orang yang mengerti isi hatinya itu?

"Lalu, sepertinya aku jadi kebiasaan membujuk dan merengek padanya seperti itu. Selama ini, ia selalu memenuhi dan menuruti apa yang kuinginkan. Kalau aku mengajaknya berpacaran, ia akan berpacaran denganku. Kalau aku memintanya untuk menungguku, ia selalu menungguku. Bahkan ketika aku mengajaknya berpisah pun seperti itu."

Renjun pun tahu akan hal itu. Bagi Johnny, Lee Taeyong tetaplah nomor satu. Ketika Johnny tinggal bersamanya pun, orang ini sangat sibuk sampai-sampai sulit untuk bertemu dengannya kecuali saat subuh dan larut malam. Meskipun begitu, satu panggilan telepon dari Taeyong langsung membuatnya bergegas menghampirinya.

"Apa ia juga bersikap seperti itu padamu?"

"Tidak. Sepertinya ia bukan orang yang bersikap baik seperti itu pada semua orang."

Renjun terkejut mendengar pertanyaan Taeyong dan menggeleng pelan karena hatinya yang perlahan mulai terasa sakit, ingin rasanya menyombong bahwa Johnny juga orang yang seperti itu baginya. Namun, di depan Taeyong yang bersinar seperti batu mulia, ia rasanya tidak sanggup berbohong seperti itu. Berbohong hanya akan membuatnya terlihat seperti pengecut yang memalukan.

"Oh ya? Tapi kelihatannya kau adalah wanita yang sangat spesial bagi Johnny."

"Yang benar saja, sepertinya kau hanya salah mendengar informasi."

Renjun kembali menggelengkan kepalanya, sementara Taeyong hanya tersenyum seolah tertarik melihat reaksinya itu.

"Kalau begitu, apa kau menyukai Johnny? Atau aku hanya salah dengar lagi?"

Apa yang harus kukatakan untuk menjawab pertanyaan yang langsung dan terang-terangan seperti ini? 

Melihat wajah Renjun yang terlihat panik, Taeyong tidak menunggu jawaban Renjun lagi. Renjun memang selalu tidak berhasil menjaga ekspresi wajahnya. Meskipun ia tidak mengatakannya, Taeyong pasti mengetahui bagaimana perasaan Renjun yang sesungguhnya. Renjun rasanya benar-benar malu dan ingin menghilang dari tempat itu.

"Maafkan aku."

"Kenapa harus meminta maaf? Kalian kan berpacaran setelah dia putus denganku. Lagi pula, kau tidak perlu meminta maaf karena menyukainya."

Taeyong menggelengkan kepalanya dan berkata dengan tegas pada Renjun yang bergumam pelan meminta maaf sambil menundukkan kepalanya. la tidak punya alasan untuk mengganggu hubungan Renjun. 

Sementara, Renjun yang mengetahui kebenaran yang sesungguhnya sama sekali tidak bisa menatap mata Taeyong yang bersikap seperti itu padanya. Lalu, ia juga semakin merasa bersalah karena hatinya sudah sepenuhnya diberikan pada Johnny.

"Meskipun begitu... aku minta maaf."

How to get a wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang