- ғʀɪᴇɴᴅ -

650 94 7
                                    

Saran: Telah menyelesaikan BTM.

"Kita masih berteman sampai sekarang, kok. Bedanya, teman hidup."

⊱─────⊹✎✐✎⊹─────⊰

Aku selalu bertanya-tanya pada diriku sendiri,  kenapa semuanya berwarna, tetapi hitam putih? Aku tidaklah buta warna, tidak. Namun setiap detik yang aku lalui, setiap pemandangan yang aku lihat ... terasa hampa.

Belajar hampir 12 jam sehari, mengasah kemampuan mati-matian, ikut evaluasi rapat, dan yang lainnya ... mereka bilang aku harus "sempurna". Aku adalah calon pewaris mereka.

Hidup dalam kekangan ini, aku anggap biasa saja saat itu. Mengira, hidup memanglah begitu. Dari umur tiga tahun kau sudah harus bisa mengincar puncak piramida. Aku tidak kenal apa itu bermain. Tidak kenal yang namanya bercanda. Sampai ....

"Nanti baik-baik di rumah kakek Cha, ya."

Bertemu mereka.

"Eif!"

Nama panggilan yang kekanak-kanakan. Tapi entah mengapa ... aku menyukainya.

Dia selalu suka menjahit bersama nenek. Kadang-kadang ketika aku belajar, dia suka menyembunyikan bukuku berakhir aku malah bermain kejar-kejaran dengannya. Dia tidak suka belajar, dan terang-terangan mengatakan itu depan kakek nenek.

Andai aku juga bisa begitu.

Sedangkan beliau? Nenek suka menemaniku saat belajar. Kakek suka menceritakan kisah-kisah yang belum aku pernah dengar sebelumnya. Kisah yang paling aku ingat dan aku sukai adalah "Cinderella". Mengapa? Karena aku iri terhadap Ella.

Walau hanya sampai tengah malam, dia mendapatkan kebebasan. Andai aku bisa begitu.

Ah ... tidak. Bukannya sekarang aku sudah begitu?

"Pesan moralnya, sabar dan tetaplah ikhlas. Kalau kau mau—"

"Kakek! Kakek! Kok bisa gaunnya berubah begitu saja!? Ibu peri kapan jahitnya!? Kenapa tikus bisa menjahit gaun!?"

Walau ini hanya bertahan sebentar, aku mendapatkan warnaku dan kebebasanku bersama mereka.

...

"Eif ... cara membaca diagram ini kayak gimana?"

"Lihat bagian horizontalnya, itu menunjukkan tahun dan kalau vertikal—"

Aku sadar. Perlahan-lahan, semua mulai berubah.

Dia mencari sesuatu, sangat mau dan fokus, senyum lebarnya perlahan berkurang. Dia mulai menjadi sepertiku. Kotak jahitan yang selalu dia bawa ke mana-mana kini ditinggalkannya di rumah ... demi tumpukan kertas yang tidak aku ketahui tujuannya.

Sampai ....

"Dainsleif. Aku ... aku sudah tahu semuanya."

Saat itu, seketika, saat aku mendengar rahasianya, pandangan hidupku retak. Dua keluarga yang bertikai, seharusnya tidak pernah bertemu. Tetapi aku dan dia, justru bekerjasama.

Yah setidaknya ... aku masih memiliki warna, kan?

...

"Qianf—"

[END] 𝗝𝘂𝘀𝘁 𝗔 𝗙𝗿𝗶𝗲𝗻𝗱!? ┊▿Dainsleif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang