ᴅᴀɴsᴀ

448 75 8
                                    


"Satu, dua, satu ... apakah langkahku sudah benar, (Y/n)?"

▵▾▵

"Dainsleif?" Halfdan mengerutkan alis. Pasalnya, selama seharian penuh, sahabatnya nampak tegang dan tak henti-hentinya menatap (Y/n) dari kejauhan dengan histeris.

Halfdan pun menari napas, kemudian menepuk pundak Dain. "Kawan, kalau mau mengajaknya ke prom, ajak aja."

Menoleh, kini Halfdan menjadi korban tatapan horror si manik biru muda.

"Perlu bantuan?"

Dainsleif menggeleng.

Otomatis, Halfdan menarik napas, mengangkat tangan ke arah gadis yang tengah mengobrol dengan seseorang jauh di sana.

"OIII!!! (Y/N)!!! DAINSLEIF MAU—HMPFH!"

Kawan. Kawan memang begitu. Syukurnya Dainsleif adalah seorang penyabar. Halfdan sempat memberontak, tetapi Dain baru melepaskannya ketika radar (Y/n) sudah tak terdeteksi.

" ... Halfdan."

Yang dipanggil melirik ke belakang.

"Jangan coba-coba."

Merinding. Aura Dainsleif mengerikan, membungkam Halfdan bersama wajah pucatnya. Ya, dia sempat takut tapi ... sekarang dia lebih merasa kasihan terhadap Dainsleif.

Semoga saja partner prom pemuda itu benar-benar (Y/n).

✐﹋﹋﹋˚

Tiga hari lagi menuju prom, Dainsleif belum menemukan keberanian untuk mengajak (Y/n). Padahal dia memiliki banyak kesempatan untuk mengobrol, tetapi Dainsleif terlalu bingung untuk menyusun kata-kata.

Rata-rata bangku di sini kosong, andalan anak-anak di jam istirahat biasanya kantin. Namun rasa lapar hilang dari perut Dainsleif, ia lebih memilih berdiam di kelas memikirkan strategi yang tepat. Dain tidak bisa mengalihkan pandangan dari bangku kosong di sana, bangku milik (Y/n).

Bagaimana cara mengajaknya menjadi partner prom? Sejujurnya Dainsleif tidak terlalu peduli dengan hal-hal semacam itu, tetapi ... akan buruk bila (Y/n) pergi bersama orang lain. Jangan sampai!

Haruskah ia blak-blakan saja? Atau cara menyindir? Atau cara romantis? Ah ... takutnya (Y/n) akan menganggapnya orang aneh.

"DAIN!"

Panjang umur.

Dari balik pintu, (Y/n) tersenyum lebar dan melambai-lambaikan sebuah roti bungkus di tangannya. Si gadis mora pun melangkah masuk, lalu mendadak terjatuh.

Biasa.

(Y/n) bangkit lagi dan masih bersama senyuman lebarnya, ia menghampiri Dainsleif.

" ... kau tidak apa-apa?"

"Jangan khawatir. Aku sudah biasa ceroboh tersenggol kakiku sendiri, kok."

Dia adalah gadis yang kuat. Walau ceroboh, setidaknya dia tak menyalahkan orang lain karena hal itu.

... Dainsleif jadi benar-benar ingin mengajaknya ke prom bersama.

"Nih. Kutraktir roti, tumben kamu nggak ke kantin."

Roti tadi ditaruh di atas meja, sebelum Dainsleif sempat menolak, (Y/n) lebih dulu berbicara.

"Hei, Dain. Kamu ada partner prom, gak? Sebagai teman aja kok. Kalo ada─nggak jadi, deh ... aku nggak mau ganggu hubungan kalian."

[END] 𝗝𝘂𝘀𝘁 𝗔 𝗙𝗿𝗶𝗲𝗻𝗱!? ┊▿Dainsleif Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang