Bab 30

506 29 0
                                    

Jangan lupa
C o  m  e  n  t !!!

Heri bersama beberapa orang temannya berbincang di pinggir lapangan bola. Nampak beberapa pemain bola sedang istrahat di pinggir lapangan untuk melanjutkan ke babak berikutnya.

Dari seberang lapangan, Heri melihat kehadiran Puntiyana yang duduk santai seorang diri di sebuah gazebo mini.
Orang-orang yang lalu lalang di depan gadis itu tak membuat gadis itu luput dari perhatian Heri.

Setelah babak selanjutnya dimulai, Heri pamit ke teman-temannya untuk ke seberang lapangan. Tujuan Heri adalah menemui gadis incarannya itu.

"Hei... Lama nda ketemu, kamu makin cantik saja."
Rayu Heri.
Puntiyana menatap Heri dan mulai mengembangkan senyumnya.
Ia menunjuk ke arah seberang lapangan di mana teman-teman Heri sedang bingung memperhatikan Heri.

"Hehehe... pasti mereka bingung, dari mana saya mengenal gadis cantik seperti kamu."

Puntiyana hanya tersenyum simpul.
Dia dengan santai memasukkan kembang kecil berwarna putih ke mulutnya dan mengunyah dengan pelan.

"Ko makan apa itu? Enaknya, bagi dong?!"

Puntiyana lalu menatap mata Heri. Dengan sengaja Heri menatap balik ke pupil cantik gadis di depannya itu.

"Koq, mukamu semakin lama, semakin mirip... Seseorang ya...?"

Pikiran Heri pun melayang ke suatu tempat.
Ya, mengingat wajah yang sangat familiar dan dekat dengannya. Saking dalam tatapannya tanpa ia sadari gadis di depannya sudah pergi jauh di Selatan kampung pesisir.

"Apa dia saudaranya Maya?"
Gumam Heri.
Tiba-tiba sebuah tepukan mengagetkannya. Hampir saja ia jantungan.
"Kamu?"

Heri mendesis ke arah Bari yang ikut menatap ke selatan.
"Liat apa sih? Dari tadi saya perhatikan ko bicara sendiri, tertawa sendiri, senyum sendiri, sekarang bengong sendiri!"

"Ko tidak liat dari tadi sa cerita dengan cewek cantik di sini?"
Sewot Heri.
"Cewek cantik dari mana? Na saya perhatikan ko dari sebelah lapangan dari tadi, ko bicara dengan gazebo, senyum dengan gazebo...ko sudah gila ka? Sampai-sampai teman-teman di sebelah lapangan bilang ko sudah stres ditinggal Gina dan Maya. Sa kasian sama ko!!"

"Ko yang buta, nyatanya dari tadi saya cerita sama Yana. Dasar aneh!"
Heri memiringkan telunjuknya di keningnya lalu melangkah pergi meninggalkan Baru sendirian.
"Kasian temanku ini, sudah stress memang, ckck"

Apa sebenarnya yang terjadi dengan Heri? Apakah benar dia sudah stress dan tidak waras? Nantikan di episode berikutnya. Jangan lupa vote dan coment ya, supaya segera di up ceritanya. See uuuu 🙂

Dendam BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang