"Kamu hanya pengganti!"

3 0 0
                                    

Tujuh tahun kemudian


"Bunda... Bunda... Bunda!"

Suara nyaring Abimanyu menggema.

Rindu tergopoh - gopoh menyambut kedatangan anak semata wayangnya yang baru pulang dari sekolahnya.

"Iya, sayang. Bunda datang"

Abimanyu langsung berlari dan memeluk bundanya dengan erat.

"Tadi di sekolah, Abi dapat hadiah coklat dari Om Ganteng karena kata Om Ganteng gambarnya Abi baguuuuusss" cerita Abimanyu dengan wajah yang ekspresif, matanya berbinar bahagia.

Sudah sebulan ini ada cerita tentang Om Ganteng setiap Abimanyu pulang dari sekolahnya. Setiap ditanyakan apakah Om Ganteng adalah guru baru di sekolah, Abimanyu selalu mengatakan bukan. Rindu penasaran juga dengan orang tersebut.

"Oh ya, Om Ganteng baik ya. Coba Bunda lihat gambarnya Abi" jawab Rindu

"Iya, Bunda. Om Ganteng baiiikkkkk banget. Sebentar Abi ambil dulu gambarnya di tas Abi". Abimanyu lalu sibuk mencari gambar karyanya di tas bergambar Bumble Bee itu.

"Ini Bunda!" teriak Abimanyu sambil menyerahkan buku gambarnya.

Rindu segera menerima buku gambar yang diberikan anaknya. Lalu membuka sampai ke halaman terakhir. Tampak gambar seorang anak kecil dan seorang wanita ada di taman bunga. Kemampuan menggambar Abimanyu memang cukup bagus dibanding anak-anak seusianya. Darah seni yang diwariskan oleh kakek dari ayahnya mungkin menjadi salah satu penyebabnya.

"Abi gambar Bunda dan Abi lagi main ke taman bunga. Banyak bunga mawar, bunga favorit Bunda. Bagus kan, Bunda?" Abimanyu menjelaskan pada ibunya dengan binar bahagia di matanya.

"MasyaAllah, bagus gambarnya!. Anak Bunda memang hebat" sahut Rindu lalu mencium pipi anaknya.

Saat Rindu dan anaknya asyik bercerita tentang gambar yang dibuat Abimanyu, terdengar pintu rumah terbuka.

"Assalamu'alaikum" ucap salam terdengar.

"Wa'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh" jawab Rindu dan Abimanyu berbarengan.

"Mas pulang untuk makan siang di rumah?" tanya Rindu kepada suaminya.

Tak ada jawaban untuk pertanyaan Rindu, karena Satria langsung menaiki tangga.

"Ayah jahat" lirih Abimanyu.

"Astaghfirullah, Abi tidak boleh bicara seperti itu, Nak." larang Rindu.

"Ayah selalu mengabaikan kita. Makanya Abi ga sayang ayah. Abi hanya sayang Bunda" jawab Abimanyu dengan lirih dan mata berkaca - kaca.

"Ayah sayang sama kita. Hanya ayah tidak menunjukkannya. Sekarang Abi ke kamar untuk ganti baju, lalu nanti minta tolong Bi Inah untuk menyiapkan meja makan dan kita makan siang bersama ya" titah Rindu pada anaknya.

Abimanyu mengangguk dan segera berlalu ke kamarnya.

Setelah melihat anaknya masuk kamar, Rindu pun bergegas menyusul suaminya ke kamar mereka di lantai dua.

Setibanya di depan kamar, Rindu mengetuk pintu terlebih dahulu lalu memasuki kamar. Tampak suaminya sedang menyiapkan koper.

"Mas, ada dinas luar? Biar saya siapkan keperluannya" tanya Rindu sambil menghampiri suaminya.

"Tidak usah kamu siapkan. Aku bisa menyiapkan sendiri." Jawab Satria dengan ketus.

Rindu mundur beberapa langkah untuk memberi ruang suaminya.

"Berapa lama dinas luarnya, Mas?" tanya Rindu lagi.

"Bukan dinas luar, aku hendak menepati janji pada Ratna untuk berwisata berdua yang sudah lama aku janjikan tapi karena banyak kerjaan jadi tertunda terus. Kamu mengerti kan?" jelas Satria.

Rindu mengangguk lalu menundukkan kepalanya, air mata menggenang di pelupuk matanya.

"Mas kenapa tidak melepaskan saya saja, alih - alih minta izin poligami ketika menikahi Kak Ratna?" tanya Rindu dengan lirih.

"Aku bosan kamu tanya ini terus. Aku sudah bilang, orang tuaku terlanjur sakit hati saat Ratna meninggalkan rencana pernikahan kami dulu. Papa dan Mama juga sayang sama Abimanyu, jadi mana mungkin aku berterus terang pada mereka tentang Ratna, apalagi menceraikan kamu, bisa kambuh penyakit jantung Papa" jelas Satria panjang lebar.

Memang Rindu menyetujui permintaan Satria tiga tahun lalu untuk berpoligami, setelah Ratna kembali lagi. Dengan berurai air mata, Ratna menjelaskan kepergiannya dengan beralasan ingin Rindu bahagia, karena Ratna tahu diam - diam Rindu mencintai Satria.

Satria yang memang masih mencintai Ratna memaafkannya tanpa banyak tanya. Tapi saat Satria ingin meminta izin orang tuanya untuk menceraikan Rindu dan menikahi Ratna, orang tua Satria menolak dengan tegas dan mengatakan tidak mempercayai penjelasan Ratna yang tidak masuk akal.

Namun cinta memang membutakan, maka Satria secara diam - diam menikahi Ratna dan sampai sekarang hanya Rindu dan orang tua Ratna yang mengetahui pernikahan tersebut.

"Tapi, Mas, saya juga minta keadilan dalam pernikahan ini. Selama tiga tahun ini, saya merasa Mas tidak adil karena Mas lebih sering bersama Kak Ratna daripada dengan saya dan Abi. Dalam seminggu, Mas hanya mengunjungi kami dua hari. Itupun hanya malam hari. Di akhir pekan, Mas juga tidak menemani hari libur Abimanyu. Saya merasa itu sangat tidak adil bagi kami" papar Rindu sambil menahan air mata.

"Sudah aku bilang kan waktu kita akan menikah kamu hanya pengganti. Istri pengganti yang sewaktu - waktu bisa digantikan jika Ratna datang. Dan sekarang Ratna sudah pulang, kamu paham kan?" tegas Satria dengan wajah menahan amarah.

"Sekarang kamu hanya perlu diam di rumah, jangan menceritakan masalah kita kepada orang lain, apalagi orang tuaku. Aku tetap memberikan nafkah lahir untuk kamu dan Abi. Dan biarkan aku mengganti tahun - tahun kesedihan Ratna dengan kebahagiaan." Satria berkata sambil menutup koper dan berlalu dari hadapan Rindu.

"Jika orang tuaku bertanya aku kemana, kamu tahu bagaimana harus menjawab kan?" 

Rindu menganggukkan kepalanya dengan lemah, dan Satria keluar dari kamar.

"Yaa Allah, apakah aku mendzalimi diriku sendiri dengan tetap bertahan dalam pernikahan ini?" batin Rindu.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang