5

11 2 0
                                    

Kalau kemarin siang tidak hujan, aku yakin sekali siang hari ini akan turun hujan.

Tetapi berbeda dengan kemarin, aku sudah tidak ada niatan ke perpustakaan pada siang hari, melainkan pagi hari. Dimulai dari akut ikut Ayah untuk menumpang

"Memang perpustakaan sudah buka?" aku hanya mengangkat bahuku tanda tidak tahu, kalau belum buka aku bisa saja ke taman dekat perpsutakaan untuk jajan.

"Tuh kan belum buka." ucap Ayah keika melihat pagar pepustakaan masih ditutup, "Gapapa Ayah, aku mau jalan-jalan ke taman juga, sambil baca buku." kataku agar Ayah tidak terlalu kawatir.

"Pulang jam berapa?" aku tahu Ayah pasti ingin mengantarku pulang, "Gak usah diantar, aku nanti naik ojol aja."

Ayah dengan keras kepalanya kekeh ingin mengantarku pulang, "Gapapa sayang, Ayah antar."

"Gamau." kali ini aku melihat Ayah menghela nafas dengan tatapan khawatir, agak lebay tapi aku suka sekali menggodanya, "Vanilla," panggil Ayahku saat aku inginmenutup pintu mobil.

"Menurutmu, kenapa Danilla gak mau pisah sama Alan?"

Wah kalau masalah ini sih sebenarnya aku tahu, tapi aku ragu-ragu untuk mengatakannya. Danilla sendiri yang bilang mengapa aku dan dia berbeda, "Mungkin Ayah sama Danilla gak dekat, makanya dia lagi cari cowok yang bisa menggantikan Ayah."

"Tapi kenapa Van?"

"Aku gak tau. Mungkin mulai dari sekarang Ayah harus lebih berusaha dekat sama Danilla,"

Aku penurut sedangkan Danilla tidak, Danilla selalu ingin perhatian Ayah tapi Ayah selalu mengabaikannya. 

"Aku harap Ayah bisa ambil posisi Ayah lagi di hati Danilla. Semoga berhasil!" ucapku sebelum menutup pintu mobil Ayah.

***

Aku hanya berkeliling taman, tidak seperti rencanaku untuk duduk santai dan membaca buku yang telah kubawa dari rumah.

Sudah satu jam lamanya aku berkeliling taman yang luas ini, bahkan perpustakaan pun sudah di buka, but still, aku pengen menghirup udara segar.

Awal-awal udaranya segar tapi lama-kelamaan udaranya berubah, aku sampai batuk dibuatnya.

"Perpus kenapa?" tanya seseorang lelaki yang aku duga bertanya kepadaku karena ia berdiri di sampingku, aku dari tadi batuk tidak berhenti karena udara semakin lama semakin pahit.

Tetapi lelaki itu tidak membantuku sama sekali, jadi aku harus berdiam sejenak untuk menenangkan organ tubuhku, aku heran kepada dengan lelaki di sampingku ini, bagaimana bisa dia tidak membantuku.

"Mau ini?" 

Aku akhirnya melihat ke arahnya, OH LELAKI INI.

Dia menawarkan air mineral yang dibawanya, aku ingin mengambilnya tapi gengsi, sedangkan dia masih saja menjulurkan air mineralnya kepadaku.

"Makasih." aku mengambilnya, iya, AKU MENGAMBILNYA.

Air itu masih tersegel jadi aku bisa memastikan air itu belum diminum sama sekali.

Aku duduk di bangku dekat sana, dia pun ikut duduk di sampingku, "perpus kenapa?" aku rasa dia menanyakan hal yang sama, apakah dia tidak lihat aku dari tadi sibuk dengan batukku, bagaimana bisa aku tahu ten...

Memangnya perpus kenapa?

Akhirnya aku sadar, orang-orang berlomba-lomba berlari ke arah perustakaan, aku melihat api besar dan tentunya ada pemadam juga, "Perpus kebakaran."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

That's why I can love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang