BAB I : "Lari!"

50 8 0
                                    

Di dalam sebuah kegelapan malam, tempat itu tampak begitu sepi, tak akan ada yang menyangka jika dibalik kegelapan malam ini terdapat seorang gadis yang terus berteriak meminta tolong. suara itu terdengar begitu parau dan sarat akan keputus asaan, membuat siapa saja yang mendengar nya pasti akan merasa iba. tapi sayangnya tidak ada siapa-siapa disana, hanya ada gadis itu bersama seseorang.

"Sial, pergi kau dari sini!" teriak nya ketakutan, kaki nya terus melangkah mundur bersamaan dengan kaki seseorang di depannya yang juga semakin melangkah maju.

gadis itu makin terperanjak saat lelaki di hadapannya mulai menodongkan sebuah pisau.

"M-mau apa kau dengan benda itu?!"

sebuah tawa menggelegar dari mulut lelaki gila tadi, entah apa yang ia tertawakan, yang jelas ia terlihat sangat senang sampai-sampai setetes air mata jatuh di sela-sela tawanya. "Kau penasaran, hmm?" tanya nya dengan satu alis yang terangkat. ia mengarahkan pisau itu ke tangan nya sendiri dan mulai mengiris tangan nya hingga mengeluarkan banyak darah.

"Apa ini sudah cukup?" ia menghisap darahnya sendiri, membuat gadis di hadapan nya semakin membulatkan matanya. lelaki ini benar-benar sudah gila!

"Apa ini sudah cukup, Zeta?"

"APA INI SUDAH CUKUP UNTUK MEMBUAT MU MENGERTI?!" teriaknya frustasi.

Zeta yang melihat hal itu justru semakin jijik dengan lelaki yang ada di hadapannya sekarang. "Cukup Allen," di tatapnya mata lelaki tadi dengan begitu tajam. "Sekarang aku mengerti kalau dirimu memang sudah benar-benar gila!" lanjutnya sinis.

"Ka-kau... kau tidak mengerti!" lelaki itu kembali menancapkan pisau tadi ke pergelangan tangannya, kali ini semakin dalam. "Kau tidak mengerti!"

"Ada apa dengan dirimu? kenapa kau terus melukai dirimu sendiri?!" Zeta makin panik setelah darah mulai merembes kemana-mana. ia ingin meminta pertolongan, namun disekitar sini tidak ada siapa-siapa.

"Kenapa kau tidak bisa mengerti juga?" lirih lekaki tadi dengan tubuh yang sudah tergeletak dengan kaku. "aku hanya ingin kau mengerti.." gumam nya tak jelas.

Baru saja Zeta ingin pergi dari sana namun tiba-tiba lelaki tadi kembali berteriak dengan penuh amarah. "SEKARANG KAU INGIN PERGI MENINGGALKAN KU?! DASAR KAU JALANG SIALAN, KEMBALI KAU KE SINI!"

Zeta sudah tak sanggup lagi menerima semua ini, ini sudah terlalu berlebihan! ia takut, ia takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya jika ia tak segera pergi. Lelaki tadi memang sudah gila! kenapa ia sempat berpikir untuk menolong orang tadi? tidak ada gunanya, harusnya sedaritadi ia lari. tidak ada yang tahu apakah lelaki tadi juga akan mencelakai nya atau tidak jika ia terus berada disana.

"AKAN KU PASTIKAN KAU MENJADI MILIKKU!"

"AKAN KU BUAT KAU MENGERTI, AKU TIDAK AKAN MENYERAH!"

Zeta menutup telinga nya erat-erat sembari terus berlari, ia tidak mau mendengar suara lelaki itu lagi! ia benci, sangat benci dengan suara itu!

Kaki nya terus menerus berlari membawa dirinya pergi sejauh mungkin dari lelaki aneh tadi, lelaki yang dulunya ia anggap sebagai teman, lelaki yang dulunya sangat ia kagumi sekarang justru berubah menjadi monster.

"K-kenapa? kenapa hal ini terjadi padaku?!" gumamnya dengan suara yang bergetar, setetes air mata jatuh dari matanya, kaki nya sudah tak sanggup lagi berlari, seluruh tenaganya sudah habis. Ia bahkan tak tahu sedang berada di mana dirinya sekarang, entah bagaimana dirinya bisa berakhir pada situasi yang mengerikan ini.

sejauh mata memandang hanya pepohonan saja yang dapat dilihatnya. langit malam makin menggelap, dan sekarang ia tak tahu harus bagaimana. ia berkeringat dingin, nafasnya ngos-ngosan, dan kakinya juga dipenuhi dengan luka gores dari tumbuhan-tumbuhan liar. Zeta ingin kembali berlari sejauh yang ia bisa, namun dirinya sendiri juga bingung. kemana ia harus pergi?

"Mencoba untuk melarikan diri, huh?"

Suara itu!

Sebuah kain tiba-tiba membekap mulutnya dari belakang, membuat Zeta pingsan dalam sekejap.

"Jangan tinggalkan aku lagi ya," ucap lelaki itu lirih sembari menggendong Zeta dan mulai kembali pergi ke tempat di mana sebelumnya mereka berada. Di tatap nya wajah polos gadis yang kini tengah terpejam. "kumohon."

Immortal MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang