BAB II : "Bekas Luka"

30 6 0
                                    

"huh? dimana aku?" batin Zeta yang baru terbangun dari keadaan tidak sadarnya. ia mengerjapkan matanya beberapa kali setelah sadar kalau kini tangan dan kaki nya tengah terikat. ah, ruangan gelap ini lagi. sebelumnya ia tidak tahu siapa orang yang telah menyekap nya di ruangan gelap dan lembab ini. tetapi sekarang ia tahu betul siapa orang dibalik semua kesialan nya ini, orang itu adalah Allen, teman bermain nya semasa kecil dulu.

Allen dulunya adalah seorang bocah cengeng yang sering dibully anak-anak seusianya. Zeta masih ingat dengan jelas bagaimana dulunya Allen menangis sampai tersedu-sedu saat permen halloween nya direbut oleh para anak-anak nakal, ia juga masih ingat betul betapa polos dan baik nya Allen semasa mereka masih kecil dulu. Rasanya ia masih sangat tak menyangka kalau orang yang telah menculik dan menyekapnya di ruangan ini selama satu hari adalah Allen. Kalau saja sebelumnya Zeta tak berhasil kabur, mungkin sampai sekarang ia masih juga tak tahu siapa orang dibalik semua ini.

"Kau sudah bangun?" Zeta terperanjak dari lamunannya kala mendengar suara itu. bahkan jika orang itu tidak menghidupkan saklar lampu pun Zeta sudah dapat menebak dengan mudah siapa dirinya, siapa lagi kalau bukan Allen. Ditangannya terdapat sebuah nampan berisi makanan dan air, ia melangkah masuk ke dalam dan lalu berjongkok di hadapan Zeta yang tidak bisa bergerak sama sekali karena tubuhnya yang masih lemas, apalagi tangannya dalam keadaan terikat.

Allen menatap wajah Zeta sembari tersenyum dengan lembut, sedangkan orang yang ditatap justru sebaliknya. "Makanlah dulu, kau pasti lapar." ucapnya sambil membuka lakban yang ada pada mulut Zeta.

"APA YANG MEMBUATMU MENJADI SEPERTI INI ALLEN?!!" teriak Zeta seketika setelah mulutnya dibuka, ia menatap wajah Allen dengan penuh kebencian. "CEPAT KELUARKAN AKU DARI SINI!"

Allen masih sama seperti sebelumnya, ia tetap tersenyum seperti tak memiliki dosa. "Tenggorokan mu bisa sakit jika terus berteriak Zeta, minum ini." ucapnya sambil menyodorkan air ke dekat mulut Zeta. Zeta sendiri juga sebenarnya tidak sudi meminum air itu, siapa yang tahu jika di dalam nya ada racun? atau mungkin obat tidur? ia tidak akan pernah mau meminumnya walau sebenarnya tenggorokan nya sekarang sudah sangat kering.

Seolah tahu dengan apa yang dipikirkan Zeta, Allen pun meminum air itu sebagai pembuktian jika air yang ia bawa aman. "Sudah percaya?" tanyanya dengan satu alis yang terangkat.

Zeta memutar kedua bola matanya malas lalu mau tak mau ia pun meminum air itu. apa boleh buat, tenggorokan nya sakit, perutnya juga sudah sangat pedih minta diisi. "Lepaskan ikatan tanganku." pinta Zeta.

"Kenapa?"

"Aku ingin makan!" Balas Zeta nyolot. bodo amat dengan setan satu ini, yang jelas sekarang ia ingin makan.

Allen terkekeh dengan satu tangan yang menangkup dagunya, tangan satu nya ia gunakan untuk menyendok sepiring nasi goreng yang ada di dekatnya. "Ayo, aaa~" ucap Allen sembari memainkan sendok itu bagai pesawat saat hendak menyuapi Zeta.

"Aku bisa sendiri!" bentak Zeta kesal dengan kelakuan Allen. tidak tahu malu sekali lelaki ini, pikirnya.

"Tapi tanganmu terikat, Zeta sayang."

"Kalau begitu lepaskan!"

"Bagaimana jika kubilang tidak?"

"Sialan! dasar lelaki gila, stress!" tak henti-hentinya sebuah umpatan muncul di dalam benak Zeta. Sekarang ia sedang benar-benar butuh makan! tetapi lelaki gila ini terus saja bermain-main dengan dirinya.

"Jika kau tidak ingin ku suapi maka tak apa," Allen kemudian menaruh sepiring nasi goreng itu di hadapan Zeta. "Sekarang makanlah makanan itu seperti seekor anjing." lanjutnya.

"ALLEN!"

Allen mengedikkan bahu nya seolah tak bisa berbuat apa-apa. "Itu terserah padamu, aku hanya menawarkan cara lain yang memungkinkan." Ia lalu berdiri sambil mengusap kepala Zeta. "nah, sekarang ayo di makan." lanjutnya kembali tersenyum dengan posisi tubuh yang sedikit menunduk, seolah Zeta adalah hewan peliharaan nya.

"Aku tak butuh makananmu lagi, sana bawa pergi!" balas Zeta sinis.

Allen kembali terkekeh kecil, ia lalu membuka satu ikatan tangan Zeta. "Jangan marah sayang, aku hanya bercanda." ucapnya sambil mengelus tangan kiri Zeta yang memerah karena kuatnya ikatan tali yang ia kenakan. Zeta segera menepis kasar tangan Allen yang menyentuhnya, ia tidak suka dengan sikap sok baik Allen setelah tahu sifat asli lelaki yang berada di hadapannya ini.

"Makanlah dengan lahap, aku akan kembali lagi nanti." Pamit Allen sambil tersenyum senang melihat Zeta makan.

"Tidak usah kembali, sialan!" Sahut Zeta cepat, setelah ini ia akan berusaha untuk mencari cara agar bisa terbebas dari lelaki brengsek ini. ah, kira-kira bagaimana ya keadaan kedua orang tuanya? apa sekarang mereka tengah mencarinya? apa teman-teman nya juga mencemaskannya? Ia tak tahu, tapi yang jelas Zeta beruntung Allen tidak berani macam-macam dengan dirinya. eh? tapi apa ini bisa dibilang tidak macam-macam? jelas tidak, Allen telah berani menculiknya!

"sayang? kenapa kau melamun?" Dan seketika itu juga Zeta kembali terkejut.

"Berhenti memanggilku dengan panggilan menjijikkan itu! dan Kenapa juga kau masih berada disini? tadi kau bilang ingin pergi!"

Allen merebut sendok yang ada di genggaman tangan Zeta lalu kembali mencoba untuk menyuapi nya makan. "Aku tidak akan pergi sebelum kau menghabiskan makananmu," ucapnya. "Sekarang ayo buka mulutmu~" Allen kembali memainkan sendok itu bagai sebuah pesawat terbang.

Zeta mengangkat sebelah alisnya kala melihat sebuah kejanggalan aneh yang ada pada tangan Allen, pasalnya sekarang tangan Allen terlihat baik-baik saja tanpa ada bekas luka sedikitpun.

"Bukankah sebelumnya.. Kau melukai tanganmu?"

_________

Kamu nanya? yaudah sini, biar aku kasih tau yaa, tangan Allen kagak ada bekas lukanya karena..

Lanjut part 2 guys (◍•ᴗ•◍)
jangan lupa join part selanjutnya nya ya!
rawr~

Immortal MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang