02. Backstreet?

50 8 0
                                    

"Lo mau jadi pacar gue?"

Alisa terkejut mendengar ucapan Aga yang tak seperti sedang menyatakan perasaan, malah terkesan seperti sebuah candaan. Alisa pun tertawa pelan kemudian mendongak menatap cowok itu.

"Kakak lagi ngehafal dialog buat drama, ya?" tanya Alisa masih dengan tertawa renyah.

Aga ikut berjongkok kemudian melepaskan almamaternya untuk menutupi paha Alisa yang terpampang karena roknya yang tersikap.

"Lain kali kalau mau apa-apa, liat dulu sekitar. Hotpants lo keliatan kalau gini posisinya. Coba bayangin di depan sana ada orang, rugi lo ngasih liat semuanya secara cuma-cuma," ucap Aga menasihati gadis itu.

Alisa mengerjapkan matanya kemudian tersenyum malu. "Maaf dan terima kasih, Kak." ucap Alisa tulus.

"Jadi, gimana?"

"Apa?"

"Lo mau jadi pacar gue?"

Alisa terdiam kemudian menatap lurus ke depan. "Apa alasan Kakak mau jadiin aku pacar Kakak?" tanya Alisa.

"Untuk cinta sama seseorang, apa gue harus punya alasan?" tanya Aga ikut menatap lurus ke depan.

"Kakak—"

"Okey, mulai sekarang kita pacaran," putus Aga sepihak.

"Tapi—"

"Tapi cuma kita berdua yang tau. Di depan orang lain, kita bukan siapa-siapa. Tapi kalau pas kita lagi berdua, lo pacar gue, gue pacar lo,"

Belum selesai keterkejutannya akibat keputusan sepihak yang diambil oleh cowok itu, Alisa kembali terkejut mendengar ucapan Aga barusan. Maksudnya?

"Maksudnya kita—"

"Ya. Kita backstreet," ucap Aga. "Untungnya lo jadi pacar gue banyak. Salah satunya, gue bakalan pastiin lo aman selama di sekolah,"

***

Dengan dalih ingin mengenal keluarga Alisa lebih dekat, Aga berhasil mendapatkan nomor Arasya yang sangat sulit ia dapatkan sejak dulu. Alisa begitu lugu hingga sangat mudah membodohinya.

Merasa sekarang bukan waktu yang tepat, Aga belum berani berkomunikasi dengan Arasya karena takut gadis itu memblokirnya mengingat bagaimana sulitnya gadis itu di dekati.

"Sori, Al. Gue harus manfaatin lo untuk dapetin Asya," ucap Aga pelan. Bagaimanapun juga, ia sadar betul jika tindakannya salah.

Di sisi lain, Alisa masih memikirkan statusnya yang sekarang menjadi pacar Aga. Meski belum mengenal Aga, entah kenapa Alisa merasa jika cowok itu termasuk dalam golongan orang-orang baik menurutnya. Bagaimanapun juga, Aga adalah orang pertama yang peduli padanya semenjak kasus bullying yang ia alamai.

"Jangan jatuh hati terlalu dalam, Alisa. Nanti kamu dibikin jatuh ke inti bumi, dan sulit untuk naik ke permukaan," ucap Alisa menasihati dirinya sendiri agar tidak terlalu dalam mencintai Aga.

***

Alisa memasuki kantin dengan tangan yang terus meremas roknya karena takut. Ini pertama kalinya menapakkan kakinya di tempat yang sejak dua bulan lalu belum pernah ia datangi. Jika saja bukan karena Aga, sudah dipastikan bahwa dirinya tidak akan pernah mau mendatangi tempat ramai seperti ini. Namun karena Aga memaksa dan memastikan semuanya akan baik-baik saja, Alisa hanya menurut saja.

Alisa melirik Aga yang duduk bersama teman-teman cowok itu, kemudian mengangguk setelah Aga memberinya kode untuk duduk di dekat meja mereka setelah mengambil pesanannya.

BACKSTREETWhere stories live. Discover now