Sebagai Ketua OSIS yang bertanggung jawab, Aga turun tangan langsung memberantas tuntas kasus bullying yang terjadi baru-baru ini. Tak ingin ada yang merasa tidak betah selama di sekolah, Aga pun segera menemui korban bully tersebut yang saat ini sedang menyendiri di dalam kelas.
Detik pertama Aga melihatnya, itu mengingatkannya pada sosok kakak angkatnya tahun lalu. Menurut informasi yang didapat, gadis itu memang adik kandung dari kakak kelas tersebut.
"Alisa?" panggil Aga membuat gadis ber-kuncir dua itu menatapnya dengan sorot penuh ketakutan.
"A-aku gak bawa uang," ucap Alisa begitu takut. "Ja-jangan pukul aku,"
Aga tercengang sesaat setelah mendengar ucapan yang keluar dari mulut gadis itu. Ia pun mendekati Alisa dan duduk di sampingnya.
"Gue gak akan jahatin lo. Justru gue ke sini mau lindungin lo," ucap Aga menjelaskan. "Lo bilang aja sama gue siapa orang-orang yang udah jahat sama lo selama di sekolah,"
Alisa menggelengkan kepalanya. "Na-nanti aku di marahin sama mereka,"
Aga menggenggam tangan Alisa yang saling bertaut di atas paha gadis itu. Memberikan senyum tulus, cowok itupun tak lupa memberi usapan halus pada tangan Alisa yang di genggamnya.
"Lo jangan takut. Kalau lo mau bilang ke gue siapa orang-orang yang jahatin lo, gue pastiin mereka gak bakalan berani ganggu lo lagi," ucap Aga meyakinkan.
Mata Alisa bergerak gelisah, menelisik setiap penjuru ruangan karena takut ada yang mengawasi. Hidup penuh ketakutan sejak kecil membentuk pribadi Alisa lebih tertutup, dan lemah terhadap apapun. Untuk sekedar mengadu pun, Alisa tidak mampu. Akhirnya yang terjadi adalah Alisa menangis.
"Kamu selama di sekolah jangan buat masalah. Ayah gak mau ngurusin kalau ayah di suruh datang ke sekolah,"
"A-aku bisa jaga diri," ucap Alisa di tengah-tengah tangisnya. Ucapan ayahnya beberapa waktu lalu menyadarkan dirinya kembali.
"Alisa, dengerin gue," Aga memegang pundak Alisa agar gadis itu mau menatapnya. "Lo jangan takut. Apapun yang terjadi setelah lo jujur ke gue, itu semuanya tanggung jawab gue sepenuhnya," ucap Aga sungguh-sungguh.
Alisa menggeleng kecil. "A-aku bisa jaga diri. Selagi mereka gak kelewat batas, aku gak apa-apa, kok,"
Keras kepala. Itulah kesan pertama yang Aga tangkap dari sosok Alisa.
"Okey, kalau emang lo gak mau ngomong sekarang gak apa-apa. Tapi, sekali lagi gue dapet info kalau lo di jahatin lagi, lo harus janji buat bilang sama gue siapa orangnya," ucap Aga tersenyum pada Alisa setelah melepaskan tangannya dari pundak gadis itu.
"Ma-makasih udah mau peduli, Kak," ucap Alisa membalas senyuman Aga.
***
"Gimana sama tu anak, Ga?" tanya Leon pada sahabatnya, Aga.
"Dia takut, jadi gue belum tau siapa pelakunya," ucap Aga.
"Pantes, sih, dia di bully. Orang dari tampangnya aja udah keliatan kalau dia itu lemah," sahut Naka.
"Beda banget sama Kak Arasya," ujar Kana membandingkan Alisa dengan Arasya yang notabene adalah kakak kandung Alisa.
"Masih suka lo sama dia?" tanya Leon pada Aga.
YOU ARE READING
BACKSTREET
AcakAga merahasiakan hubungannya dengan Alisa demi menjaga nama baiknya. Alisa tentu saja tidak tau jika Aga hanya menjadikannya sebagai alat laki-laki itu untuk mendapatkan kakaknya. Karena yang Alisa tau, Aga mencintainya. Padahal, Aga hanya mendekati...