Chapter 3

35 3 0
                                    


Ku harap kita tidak akan bertemu kembali lagi

Crip crip crip
Sinar matahari yang menyinari kamar dan suara kicauan burung di luar yang membangunkan putri tidur kita ini. Perlahan lahan mata yang terpejam membuka matanya, meski belum sepenuhnya ia sadar.

Hoaaaaam....
Luna tokoh utama kita meregangkan tubuhnya, yang ramping dan berdiri di depan kaca untuk menata rambutnya yang berantakan. Ia pun keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil minum dan juga melakukan rutinitas paginya yaitu membersihkan badannya.

Dan Luna juga sudah mulai beradaptasi dengan peradaban yang sekarang ini. Ia telah tinggal tinggal disini selama tiga bulan dan telah berbaur dengan masyarakat yang tinggal di desa. Tak tanggung dia juga membuka toko bunga yang dia pelajari dulu saat di dunia modern.

Dan dari uang penghasilannya ia mulai bisa beli barang untuk kebutuhannya di rumah. Dari situ ia mulai mengingat kejadian tiga bulan yang lalu dimana diselamatkan oleh penolong nya yang ia tidak ketahui namanya. Ia berharap jika suatu hari nanti jika dirinya dipertemukan kemabali, maka akan dia lakukan tendang masa depan orang itu dengan keras.

Sudut pandang Luna

Hari ini seperti biasa berjualan, ya tapi hari ini sepi tidak seperti biasanya. Kadang juga tidak banyak yang beli si biasanya. Hanya menunggu tidak akan membuahkan hasil klo gini gini aja aku akan bangkrut. Haaaaa.... Terus aku harus gimana ini.

Ckling
Ada pelanggan aku harus bersikap ramah dan menyapanya "Selamat datang di toko bunga Dahlia, ada yang bisa saya carikan buangan yang anda cari?" dengan tersenyum. Tetapi orang di depan ku hanya melihat lihat bunga dan hanya berdiam di depan kasir. Dan pada akhirnya dia berbicara.

"tolong bisakah kamu ambilkan setangkai bunga mawar" pinta orang itu, yang terdengar familiar dengan suaranya. "Ah iya sebentar apa butuh buket kec-TUNNGU!!" suara ini aku kenal jangan jangan orang yang berjubah hitam dan bertudung ini.

Kulihat orang itu tersenyum dan membuka tudung nya dan benar tebakanku dia adalah penyelamatku. Aku yang masih syok tersadar dengan kata katanya yang ingin sekali ku tonjok wajahnya.

"Apa kabar, sudah tiga bulan berlalu jadi bagaimana tawaranku apa kamu mau?"

Dengan santainya dia berkata seperti itu. Tentu saja aku telah dengan lantang dan mengusirnya. "Aku tolak dan juga terima kasih telah membeli bungaku, juga selamat tinggal" aku pun langsung menutup tokoku dan kembali ke rumah lewat pintu belakang.

Tetapi dia tidak menyerah sampai dirumahpun dia tidak berhenti mengejarku. Tok tok tok, "kenapa kamu mengikutiku kan aku sudah memberi jawabanku" kataku dengan kesal. "Aku ingin tau alasnya mengapa kau tak ingin menerima tawaranku" jawabnya.

Aku yang tak peduli langsung ke kamar dan mengunci pintu kamarku setelahnya berbaring ditempat tidur sambil berpura pura tidak mendengar.

Keesokan harinya saat aku ingin membuku pintu yang tiba tiba aku terkaget dengan keberadaannya yang menunggu sampai tertidur. Aku yang merasa tak enak membangunkannya yang masih setengah sadar, menyuruh dia masuk dan memberi selimut. Haaaaa... kenpa aku malah membantunya si.

Sambil menunggu dia bangun aku membuat sarapan. Hmm sepertinya aku mendengar kalau dia sudah bangun. Kutengok ke ruang tamu dia duduk, sepertinya dia belum sepenuhnya sadar ya. Kuhampiri dia "hey sepertinya kamu tidur sangat nyenyak ya" tanyaku dengan datar. Dia mendongakkan kepalanya dan menatapku dimana sekarang aku sedang membawa makanan untuknya

Aku tak sejahat itu sampai mengabaikan orang kelaparan ya. "Huh apa kamu sekarang sudah sadar" tanyaku dengan sinis, tentu membuatnya merasa tidak enak rasa. Aku menaruh makannya di atas meja, kemudian kembali membawa makanaku dan duduk di kursi depan meja juga.

"Maaf kemarin aku sepertinya membuatmu marah dan juga maaf sudah meninggalkanmu dihutankan waktu itu, aku punya alasan yang tidak bisa aku beri tahu" katanya yang tiba tiba dan itu membuat diriku bimbang. Dan juga ke-kenapa dia menunjukkan muka melas seperti itu, mukaku sekarang memanas dan ya kalau dia punya alasan yang tidak bisa dia beritahu yaudah.

Lagian semua orang punya rahasia mereka sendiri, aku juga punya rahasia yang aku pendam sendiri.

"Haaaa.... ya sudahlah kejadian itu sudah lama aku juga sudah memaafkanmu kok, biarlah itu berlalu" kataku yang mungkin terlihat malu malu dimatanya mungkin. Dia melihatku dengan dengan ekspresi yang terkejut "kenapa kamu menatapku terus, makanlah aku sudah susah susah menyiapkannya tau, apa kamu mau aku suapi?" Sedikit menggodanya mungkin seru. Yang di balas dengan muka merahnya yang imut dan mulai memakan makanannya.

"Perlah lahan makannya tak perlu buru buru nanti kau akan tersedak" belum beberapa menit dia sudah tersedak, aku buru buru memberinya segelas air. "Terima kasih" ucapnya dengan pelan, kami pun melanjutkan makan dengan tenang.

Haaaaaa... lagi lagi aku menghela nafas, kenapa? karena semua yang kami bicarakan dirumah. Sungguh membuatku pusing saja orang itu, tidak ditoko atau rumah sama saja.

Flasback

Setelah makan kami berbincang sebagai basa basi saja, dan aku langsung ke topiknya saja. "Ngomong ngomong selama ini aku tidak tau namamu siapa, bisa kau beritahu namamu?" Tanyaku, ya benar aku sungguh sangat penasaran dengan namanya. "Ah maaf belum memperkenalkan diriku namaku Nora" jawabnya singkat.

Flasback berakhir

Dari pembicaraan kami dirumah aku mengetahui beberapa fakta. Dia adalah pengembara yang sedang mencari keluarganya yang hilang di luar sana. Dia juga sedang mencari benda yang suatu hari  nanti membuat dirinya kesusahan dan akan menghancurkannya. Tapi sepertinya dia juga sedang dikejar oleh sesuatu yang misterius, karena itu dia mulai bersembunyi sembunyi dalam perjalanan nya.

Uwaaaaak... sungguh hari yang melelahkan aku juga buka telat, beruntung para pelangganku tidak mengamuk. Ya sudah lah sekarang aku harus membuat karangan bunga untuk pesanan yang akan diambil nanti.

Ckling

"Selamat datang ditoko bunga Dahlia, apa bisa saya bantu carikan bunga pelanggan inginkan" sambutku sambil tersenyum. Kemudian melihat seorang pria, dengan baju pendeta abad pertengahan. Yang membuatku gugup adalah dia menatapku dengan sinis dan tajam. Kenapa dengan pelanggan ini?, batinku berpikir seperti menyuruhku untuk kabut dari sini.

"Apa bisa kita berbicara empat mata sekarang, nona bunga?"
ucap pendeta itu

-Bersambung

Jangan lupa vote dan coment

My Life (D.gray-man x reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang