Part 2. Penjelajah Waktu (END)

28 4 2
                                    

DENGAN cepat, Bagas membawa Via kembali ke jembatan. Sayangnya, tenaganya terlalu besar hingga membuat Via justru terlempar ke dinding jembatan.

Via berhasil bergelantungan. Tangis pun tak dapat terelakkan.

Bagas mengulurkan tangan. "Berjanjilah untuk memperbaiki hidupmu."

Via tak menjawab. Keraguan masih setia menghiasi wajah.

"Aku akan membuatmu menjalani kehidupan kedua."

Via makin tak mengerti. Namun, hal yang mengejutkan terjadi.

Bukannya diselamatkan, Bagas justru membawa Via lompat ke sungai. Apakah Bagas sudah gila? Apakah Via akan mati?

Gadis itu memejamkan mata. Penyesalan terus tersemat di hatinya. Rasa takut terus menjalar dalam tubuh Via. Hingga keheningan pun menyergap.

Apa aku sudah mati? Di mana aku?

(⁠ ⁠˶⁠ ⁠❛⁠ ⁠ꁞ⁠ ⁠❛⁠ ⁠˶⁠ ⁠)

"Jangan tegang, saya ada di sini."

Via membuka mata. Ia tercengang dengan keadaannya sekarang, memegang busur panah dan ada Bagas di belakangnya.

Tunggu!

Ini adegan yang sama saat pertama bertemu dengan Bagas, bukan?

Via mengerling ruangan panahan itu. Sama persis. Bukannya Via sudah mati?

"Kak, saya juga mau diajarin, dong."

Bagas melepaskan tangan Via. Keza datang menginterupsi. Memori Via kembali berputar. Ini sama persis dengan apa yang sudah dialami. Mungkinkah Via kembali ke masa lalu?

Benar saja! Via dapat melihat Bagas menuju tempat Nuri berada.

"Mending kamu rebut dia aja, Vi."

Via menoleh pada Shelly. Ia juga ingat bagian ini.

"Aku kembali, Shel."

"Hah? Maksudmu?"

Via menggeleng. Ia ingat kejadian berikutnya. Via berlari menuju Bagas tanpa mengatakan apa-apa pada sahabatnya. Ia bahkan menahan tangan Bagas tatkala akan menyentuh wajah Nuri.

"Ingat aku, Kak?"

Bagas mengerling heran. "Tentu aja. Saya barusan mengajarimu."

"Bukan itu. Apa kamu ingat kita berada di jembatan?"

"Kita 'kan baru bertemu."

Via mendelik. "Kakak nggak ingat apa-apa?"

Bagas hanya bungkam. Lalu lelaki itu melepaskan tangan perlahan dan kembali menatap Nuri.

"Nuri, ka-"

Via kembali menarik tangan Bagas hingga berhadapan.

Dengan nekat, Via berkata, "Aku suka Kakak!"

Tentu saja hal itu mengundang banyak perhatian. Bagas kikuk.

"Ka-kamu ngomong apa?"

Via pun malu, tetapi ia tidak mau kehilangan Bagas.

"Perasaanku. Aku suka Kakak sejak pertama bertemu. Aku harap Kakak mau memberikan kesempatan kedua untukku."

Bagas masih diam dengan wajah tak mengertinya.

Via menunduk. "Aku tahu Kakak nggak paham. Mungkin Kakak nggak ingat, tapi kata-kata Kakak bener-bener ngubah aku."

Sorak sorai pun terdengar. Via tidak peduli. Ia hanya ingin memperbaiki hidupnya.

[Cerpen] Penjelajah Hati✓ (Tamat)🌹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang