BAGAS cepat-cepat menyingkirkan kayu. Terlihat darah merembes di kepala Via. Tangan Bagas tremor. "Vi-Via."
Bagas tidak peduli mendengar penjahat itu kabur begitu saja. Pikiran lainnya menghilang, hanya Via yang memenuhinya. Sedangkan Via melihat ke arah penjahat yang lari menjauh. Samar-samar ada garis biru dalam pandangannya. Apa itu? Ada apa dengan matanya?
Ternyata beberapa orang mendengar perkelahian Bagas tadi. Mereka datang dan segera memanggil ambulan.
Bagas memegang erat tangan Via di ambulan. Selang oksigen membalut hidung Via. Bagas sama sekali tak menyangka, padahal beberapa minggu yang lalu Nuri yang ada di mobil bersirine ini. Sekarang?
Tiba-tiba Via merasa sesak dan petugas segera memeriksanya. Bagas menjadi kian panik. Berusaha setenang mungkin, meski matanya terasa mengembun. Beruntungnya, napas Via kembali stabil.
Bagas mencondongkan tubuh dan berbisik. "Aku akan menyelamatkanmu."
Namun, Via mengerat genggamannya. "Jangan."
"Via ...."
"Aku nggak mau kamu ke masa lalu, Kak," kata Via lirih dan terbata-bata. "Aku nggak mau kamu melupakan aku."
Bagas memahaminya. Ini memang resiko besar. Jika Bagas nekat ke masa lalu, Bagas akan kehilangan ingatannya. Belum tentu cowok itu akan berjalan sejauh ini. Belum tentu mereka akan bersatu kembali. Bagas pun tidak mungkin mengajak Via dalam menjelajah waktu. Kali itu memang Via beruntung, tetapi kali ini belum tentu gadisnya ikut ke masa lalu. Hal buruk bisa terjadi.
"Aku nggak papa. Aku pasti selamat."
Begitulah akhirnya Bagas memutuskan untuk tidak menjelajah waktu. Ia hanya mengikuti Via ke rumah sakit. Beruntung, Via benar-benar selamat.
( ≧Д≦)
"Minum obat dulu," kata Bagas sambil menyodorkan gelas berisi air mineral dan beberapa obat di tangannya.
Via menerimanya, dan meminumnya. Setelah itu, Bagas mendekatkan wajahnya. Kedua dahi dua sejoli itu saling bersentuhan.
"Sepertinya udah nggak ada demam."
"Yang demam jantungku, Kak!"
Bagas terkekeh. Lalu mengembalikan gelas ke atas nakas.
"Sekarang Kakak gak perlu khawatir lagi. Aku udah sehat, dan Kakak gak perlu ke mana-mana."
Bagas mengusap kepala Via. "Aku akan selalu di sampingmu. Kita sewa pengawal lagi, ya."
Via mengiyakan. Bagaimanapun penjahat itu masih berkeliaran di luar sana. Tiba-tiba saja, pandangan Via kembali seperti waktu itu. Ada garis biru di matanya.
"Kenapa?"
"Kak, aku ...."
Via terdiam.
"Apa?"
Via menoleh bingung. "Kita di mana, Kak? Kok, aku di sini?"
"Maksudmu? Kamu nggak ingat apa yang terjadi?"
Via menggeleng, membuat Bagas mulai panik. Laki-laki itu kemudian melapor pada dokter yang bertanggung jawab dan akhirnya diberi beberapa tes.
Hal ini terjadi beberapa kali. Dokter menduga syok setelah kecelakaan alias trauma. Namun, setelah dicek dengan CT-Scan, tidak ada hal yang serius dengan kepala Via. Ini aneh, tetapi Bagas mengira efek psikologis.
Sayangnya, keadaan makin menyakitkan. Via pernah lupa ingatan tentang masa pacaran bersama Bagas, bahkan siapa itu Bagas. Yah, meski beruntung Via dapat mengingat kembali. Seperti orang demensia. Ini terlalu menakutkan bagi Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Cerpen] Penjelajah Hati✓ (Tamat)🌹
FantasíaReboot from Pacar Masa Depan --- Via, Shelly dan Felly adalah sahabat. Ketiganya adalah gadis terlicik di sekolahnya, yang suka mengganggu temannya. Terutama Nuri dan Keza. Suatu ketika, Via melakukan perjalanan menuju GOR Ken Aris. Di sana ia berte...