10

495 62 13
                                    

•••

Dalam keheningan yang mencekam, Lisa mendengarkan detak jantungnya sendiri saat sosok pria jangkung bertubuh tegap didepannya menatap lekat-lekat, lantas bicara lamat-lamat, tentang hal-hal yang tak Lisa sukai, "Hari ini, hari terakhir aku menemuimu," ujar Lee Soo Hyuk pelan dan tak enak hati.

Mereka sedang duduk berdua di kedai kopi. Lee Soo Hyuk segera datang saat Lisa bilang ia tak memiliki uang Cash untuk membayar kopi-nya yang telah ia pesan. Dan Lee Soo Hyuk baru saja datang setelah beberapa hari tak membalas pesan maupun panggilan Lisa seperti hal-nya perjanjian mereka. Meski demikian, aneh-nya Lisa tidak bisa membenci Lee Soo Hyuk seperti rencananya. Semakin hari, semakin lama, semakin dalam dan semakin tumbuh dan besarlah rasa yang ia pelihara untuk Lee Soo Hyuk.

Perlahan Lisa mendongkakkan kepalanya, memaksa air matanya yang belum sempat keluar masuk lagi kedalam kelopak matanya dengan rapi, "Oppa, seminggu lagi ya?" tanya Lisa memastikan tenggat waktu Pernikahan Lee Soo Hyuk.

Lee Soo Hyuk mengangguk, ia memandang genggaman Lisa pada tangannya—membiarkan wanita itu meremas erat-erat tangannya, guna menahan tangis, "Ini terdengar jahat, tapi apa ada suatu hal yang bisa mengubah rencanamu untuk menikah?" tanya Lisa ragu—ia sendiri tahu betul perihal jawabanya adalah tidak.

"Atau paling tidak menundanya untuk beberapa saat?" harap Lisa sia-sia.

Lee Soo Hyuk tak menjawab apapun, ia terlalu tak tega, bahkan untuk menggeleng saja pasti akan melukai hati Lisa. Jadilah ia hanya mengusap lembut kepala Lisa sembari tersenyum getir, "Maaf.." ujar Lee Soo Hyuk lagi, membuat Lisa lagi-lagi mendongkakkan kepalanya untuk kali kedua.

"Aku mengerti." Lisa sibuk menahan laju tangis dengan langkah sia-sia seperti mengepak-ngepakan tangannya bak orang kepanasan padahal tidak.

"Aku hanya berharap kau jangan menangis lagi, apalagi karena aku," ujar Lee Soo Hyuk.
"Aku tak pantas mendapatkan semua ini Lice, kau terlalu indah untuk pria tak tahu malu sepertiku—"

"Kalau Oppa tak tahu malu.." Lisa meloloskan beberapa tetes air matanya, "—lantas aku apa?" isak nya mulai terdengar.

"Oppa, bukankah aku terlalu mudah untuk dibaca? Aku bahkan tak pantas untuk mengatakanya, tapi aku yakin kau tahu betul bagaimana perasaanku bukan?" tanya Lisa. Lisa benar, pria itu tahu betul perihal kata-kata apa yang Lisa ingin ucapkan, karena kata-kata itulah yang ingin Soo Hyuk ucapkan pula kepada Lisa—bahwa ia mencintai gadis itu—bahwa mereka saling mencintai.

"Oppa, aku masih punya waktu bukan?" tanya Lisa mengelapi gusar pipinya.

"Waktu?" ulang Soo Hyuk.

"Ya, kau bilang hari ini, artinya aku masih memiliki hari ini bukan? Paling tidak sebelum hari esok, benar bukan?" tanya Lisa penuh harap.
"Kumohon, jangan biarkan aku mengemis lebih dari ini," ujar Lisa lagi.

Lee Soo Hyuk terdiam barang sebentar, berfikir sejenak lantas menatap Lisa. Mimik wajah penuh harap itu akan hancur seketika, jika sampai ia menolak, "Kita mau kemana?" tanya Soo Hyuk mengulurkan tangannya—mencuri satu senyum dari bibir Lisa yang lagi-lagi berhasil mencuri lagi hati Soo Hyuk entah untuk kesekian kalinya.

Lisa meraih uluran tangan Soo Hyuk, mengekori pria itu dengan berlari kecil menuju mobilnya. Keduanya saling menatap—keduanya saling melempar senyum—dan keduanya tak tahu perihal sosok Son Naeun yang juga ikut menatap.

"Oppa..dan Lisa?"

"Benar, sekarang kau tahu," ujar Jennie Kim. Perihal tempo lalu, saat Son Naeun meminta bertemu tatap dengan Jennie dibalik telepon. Hari ini mereka bertemu. Bukan sebuah kebetulan saat Naeun akhirnya memergoki Lisa bersama tunanganya—Lee Soo Hyuk. Jennie dengan sengaja mengekori Lisa, dan memajukan pertemuanya dengan Son Naeun saat itu juga.

Thankyou for having meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang