Promotion

1.3K 304 55
                                    

Kenapa sih aries itu semenyebalkan ini?
Aku tanya Mas Ibnu kenapa? Malah balik nanya ke aku, lah kamu kenapa juga semenyebalkan itu.... Uch nggak dapat jawaban kan..kesyel aku jadinya. 😔
--------------------------- 25 Januari 2023

Jika seorang pria menolak apa yang ditawarkan wanitanya, percayalah bahwa dia sedang dalam mode tidak baik-baik saja. Seharian Bella merasa terasingkan di rumahnya sendiri. Seperti hidup bersama orang yang tak dikenal. Dia menerima banyak penolakan.

Usahanya tidak berakhir dengan olahan dapur yang biasanya selalu menjadi magnet tersendiri bagi seorang Devis. Bella bahkan nyaris menjadi penari striptis didepan suaminya. Namun, urat malunya masih bekerja dengan baik ketika akan melakukan. Sayangnya, keengganan Devis seolah puncak dari rasa kecewanya. Padahal sudah 24 jam berlalu dari pesta yang membuat Devis memilih diam.

"Kalau Mas Devis masih ingin diam, aku tidur di kamar sebelah saja ya? Mungkin Mas ingin waktu sendiri lebih lama. Maaf—" Bella bergerak meninggalkan Devis sendiri di kamar.

Bagi Bella, bukan suatu masalah jika dia harus berada di kamar sendirian. Bahkan bisa dikatakan dia sangat menikmatinya. Hal yang menyebabkan kurang nyaman itu adalah ketika dia memilih menjauh dari suaminya karena sebuah kesalahpahaman yang tak kunjung berakhir.

Hingga hari benar-benar berganti, tak terasakan ranjang di sebelah Bella bergerak seperti biasanya. Berarti benar, Devis masih memilih untuk tidur sendiri tanpa menyusulnya ke kamar tamu.

"Sarapan dulu, Mas."

Walau aura perang dingin masih terasa, Bella tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang istri. Dia masih memasakkan sarapan, membuatkan bekal dan tentu saja memastikan Devis tidak meninggalkan pekerjaan kantornya di rumah.

"Kamu mau ke mana?" tanya Devis, ketika Bella ingin melanjutkan pekerjaan rumah saat Devis menikmati sarapannya.

"Mau nyiram tanaman di depan," jawab Bella.

"Duduk, temani suamimu makan!" Meski masih terkesan dingin, Bella menuruti perintah Devis.

Tidak ada kalimat lain yang terucap setelah ini. Dan untuk kesekian kalinya Bella yang berusaha memulai mencairkan suasana.

"Kalau aku ada salah, minta maaf ya, Mas. Nggak masalah kalau mau diam, tapi jangan karena Mas Devis marah kepadaku."

"Kamu tahu salahmu itu apa?" Setelah Devis menyelesaikan suapan terakhirnya, barulah dia bersuara.

Bella menggeleng perlahan.

"Bel, karierku di kantor itu selain dengan kinerja yang baik, aku juga harus dituntut untuk bisa berkomunikasi yang baik dengan semua kalangan."

Bella masih menunggu lanjutan kalimat lanjutannya, kala tatapan mata Devis mengarah kepadanya.

"Kalau dulu aku masih bujang, tidak ada masalah. Tapi sekarang ada kamu. Kamu yang harusnya terlihat di mata mereka mendukung usahaku. Bukan malah menghindar seperti kemarin," jelas Devis.

Bella hanya bisa menunduk. Dia tidak memiliki kemampuan untuk menyangkal ucapan suaminya. Karena apa yang dikatakan Devis adalah kebenaran.

"Semalam juga, mengapa kamu justru memilih tidur di kamar tamu?! Aku ini masih suamimu, Bel."

Bella masih bergeming.

"Kalau aku marah, harusnya kamu bisa instropeksi diri, bukan malah pergi menjauh seperti semalam."

"Iya, Mas. Maaf...." jawab Bella.

"Ke depan akan banyak pertemuan-pertemuan seperti ini, Bel. Kamu harus belajar untuk menghadapi kalangan dari banyak latar belakang," tuntut Devis.

LIPSTIK (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang