˚
˚
˚
˚
˚
˚
˚•✧•
2. Teman Baru
Gadis itu terlihat duduk sendirian di bangku taman sembari menikmati es krim kesukaannya. Tak menghiraukan orang-orang yang tengah berlalu-lalang melewatinya. Bagi gadis kecil itu tidak ada yang lebih menarik perhatiannya selain es krimnya, apa lagi itu adalah es krim rasa stroberi.
Tiba-tiba seorang anak laki-laki yang sepertinya berusia sekitar 7 tahun duduk disebelahnya, membuat gadis itu mengernyit. Apa lagi pakaian yang laki-laki itu kenakan sama seperti pasien rumah sakit.
"Hai," sapa anak laki-laki itu.
Gracia tersenyum, lalu ia kembali memakan es krimnya.
"Kamu sendirian?" tanya laki-laki itu lagi.
"Iya."
Anak laki-laki itu mengangguk, "Nama kamu siapa?"
"Cia."
Anak laki-laki itu mengulurkan tangan, "Halo Cia, aku Chiko. mau berteman?"
Gracia tersenyum, lantas ia menjabat tangan anak laki-laki yang berada disebelahnya.
"Kamu umur berapa?" tanya Chiko lagi
"Lima tahun."
"Oh masih kecil, kamu ngapain disini?"
"Ketemu sama om ganteng," jawab Gracia polos.
"Om ganteng?" tanya nya heran.
Gracia mengangguk, "Iya yang pakai kacamata sama baju putih. Cia selalu ketemu om ganteng setiap minggu"
"Maksud kamu pak dokter?"
Gracia menghendikkan bahu, "Engga tau, Cia manggilnya om ganteng."
"Itu namanya dokter."
"Cia baru tau."
Anak laki-laki itu tersenyum, "Kenapa? kamu juga sakit?"
Gadis itu menggeleng, "Engga, Cia sehat."
"Terus kenapa kamu disini?"
"Kata bunda, Cia harus periksa biar sehat terus."
"Itu berarti kamu sakit." Celetuknya.
Gracia terdiam sejenak, "emangnya kamu sakit?"
Anak laki-laki itu mengangguk, "Iya, aku sakit. Kata dokter umurku engga lama lagi."
Gracia menatap bingung, "maksudnya?"
"Kamu engga akan paham, kan kamu masih kecil."
"Engga, Cia paham kok."
"Apa?"
Gracia terdiam.
Anak laki-laki itu terkekeh, "Artinya aku bakal mati."
"Mati?" Gracia mengernyit, "mati itu apa?"
"Mati itu kita pergi ke surga."
"Surga? berarti nanti kamu bisa ketemu sama mamanya kak Bian?" tanya Gracia.
Chiko terlihat mengernyit, "Aku engga tau, tapi– mungkin iya."
Gracia terdiam, "Tapi surga itu jauh."
Chiko mengangguk, "Iya jauh, makanya aku takut."
"Takut kenapa?"
"Takut mama sama papa sedih," aku anak laki-laki itu.