04

34 9 40
                                    

˚
˚
˚
˚
˚
˚
˚

•✧•

4. Canggung

Pintu Lift terbuka dengan segera gadis kecil itu berlari menuju sebuah ruangan khusus anak-anak, diikuti dengan seorang wanita yang berjalan di belakangnya

"Cia jangan lari!" peringat Keyla.

"Ayo bunda cepat," ajaknya seolah tak sabar, ia berlari sembari menenteng sebuah paperbag. Langkahnya berhenti didepan sebuah pintu yang bertuliskan nomor 4, dengan segera ia mendorong pintu itu dibantu oleh ibunya.

"Kak Chi-" Gracia terdiam, kepalanya menoleh ke kanan dan kekiri seolah mencari dimana keberadaan orang-orang yang sebelumnya menempati kamar ini. Kemudian gadis itu berlari menuju toilet namun hasilnya nihil, tidak ada siapapun.

"Kok engga ada bunda," ujarnya sembari menatap ibunya.

Keyla terdiam sejenak, "mungkin kak Chiko udah sembuh makanya dia udah engga disini lagi," jelasnya.

"Tapi dia engga bilang ke Cia," sahut Gracia.

"Gimana bilangnya? kan Cia engga ketemu kak Chiko kemarin."

Gracia terdiam.

"Cia jangan sedih ya," ujar Keyla menenangkan.

Gracia merengut, "Berarti Cia engga akan ketemu kak Chiko lagi?"

"Engga sayang, pasti nanti ketemu lagi."

"Kapan bunda?"

"Nanti, nanti kita cari rumahnya bareng-bareng ya," ujar Keyla.

"Bener ya Bunda."

Keyla tersenyum, "Iya sayang, sekarang Cia harus ketemu sama om dokter dulu," ucapnya sembari mengusap rambut anaknya itu.

Gracia mengangguk lesu, "Iya bunda."

Keyla menuntun anaknya keluar dari ruangan itu. Ia menatap anaknya yang kini tengah tertunduk lesu. Keyla tau benar bagaimana senangnya Gracia saat memilih hadiah untuk diberikan pada Chiko. Ditambah ia tau selama ini Gracia tidak pernah punya teman selain saudara-saudaranya itu. Sejujurnya ia juga merasa bersalah jika bukan karena kekhawatirannya sebelumnya ia tidak akan melarang Gracia kemari, mungkin hari ini ia tau dimana teman anaknya itu pergi.

Sejak hari itu baik Gracia ataupun Keyla tidak pernah lagi bertemu dengan Elisa maupun Chiko. Keyla sudah beberapa kali mencoba mencari rumah mereka namun hasilnya nihil, ia tidak pernah bisa menemukannya. Entah kemana dan bagaimana keluarga itu sekarang tidak ada yang tau.

⋆⋅☆⋅⋆

Amerika, 5 Mei 2042

Bel sekolah telah berbunyi menandakan pelajaran telah usai. Para siswa terlihat tengah berjalan keluar menuju gerbang sekolah. Adapun beberapa siswa yang masih sibuk dengan buku-buku mereka, biasanya itu adalah anak-anak yang pintar. Tak heran, karena bagi mereka nilai adalah penentu masa depan. Apa lagi tinggal selangkah lagi mereka bisa masuk ke universitas yang mereka impikan.

Seorang gadis terlihat keluar dari dalam kelasnya. Matanya tampak fokus pada benda pipih yang kini berada ditangannya. Menghiraukan beberapa pasang mata yang kini tengah menatapnya dengan tatapan memuja. Ini bukan kali pertamanya mendapatkan tatapan seperti itu. Meski ia tidak terlalu tinggi namun body nya patut diacungi jempol. Ia memiliki proporsi tubuh yang terbilang sempurna. Kulitnya putih mulus, rambutnya hitam panjang, dan bibir kecil yang merupakan impian dari para pria.

SequoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang