3. Hujan usai sekolah punya cerita

1 0 0
                                    

Kami terjebak hujan, sudah hampir seminggu tetapi hujan selalu muncul tepat setiap pulang sekolah. Sudah jam empat sore namun tampaknya sekolah masih sangat ramai dengan murid yang tidak bisa pulang. Ada yang kesal karena ingin sekali pulang, namun juga ada yang senang karena bisa berlama-lama di sekolah. Kalau aku masuk ke dalam kategori apa mungkin sebentar lagi sudah bisa ditebak. 

Aku sepertinya benar-benar menaruh rasa pada Mikhael. Semua yang dilakukannya menjadi tampak menarik di mataku, kalau orang bilang cinta itu buta mungkin memang benar adanya. Bahkan Mikhael diam saja bisa membuatku tersenyum, melihatnya tertawa bersama Pangeran dan Arief seperti saat ini juga bisa menularkan senyum pada bibirku. 

"Niki!" 

"Nicole!"

 Teriakan Siera dan Hana mengagetkanku. Selalu berisik seperti itu, terutama Siera pasti suaranya bisa membuat seluruh orang di lantai tiga menoleh. Aku yang sedari tadi mencuri pandang ke arah Mikhael yang tengah berkumpul dengan temannya langsung teralihkan kepada Siera dan Hana. 

"Mikirin cowok yang mana nih? bengong terus dari kemarin," Siera tidak ada hentinya menggodaku. Semakin tidak yakin untuk memberi tahu kepadanya tentang perasaanku kepada Mikhael.

"Tika mana?" Tanyaku mengalihkan topik pembicaraan. 

"Dia tadi balik duluan," Ucap Hana selaku teman sekelasnya.

"Hujan-hujan gini?"

"Iya katanya ada urusan penting."

Usai berbincang dengan mereka, kualihkan pandanganku ke arah di mana seharusnya Mikhael berada tapi boom, dia sudah hilang. 

"Dingin-dingin gini enaknya jajan bakso gak sih?" Ucap Hana membuat aku dan Siera langsung menyetujuinya.

*****

Semangkuk bakso panas dan pedas di hadapanku tampak menggugah selera namun Mikhael jauh lebih menarik untuk diperhatikan. 

"Dimakan cuy keburu dingin itu." Hana menyenggol bahuku, membuat diriku reflek mendesis.

"Mikhael, Pange. Yang mana Nik?" Pertanyaan tembakan dari Siera membuatku reflek tersedak bakso. "Atau jangan-jangan Arief ya? hih gila lo makan temen!" lanjutnya.

Aku meraih segelas es teh manis sebelum membalas ucapan Siera, "Lo yang gila!"

Aku melanjutkan kesibukanku makan bakso, sesekali melirik kilat ke arah Mikhael dan sepertinya mereka tidak mendengar apapun yang keluar dari mulut Siera. Jarak duduk kami di kantin memang cukup jauh. 

"Ayo balik ke kelas," Ucapku mengajak mereka untuk cepat.

"Ke toilet dulu ya," Ucap Hana.

*****

Mengintip sedikit dari jendela, hanya ada Mikhael sendiri. Ke mana teman-temannya tadi? entahlah aku langsung melangkahkan kakiku ke dalam. Ia melirik sedikit ke arah pintu sebelum akhirnya kembali fokus kepada ponsel di tangannya. Cuek sekali.

"DINGIN BANGET CUY!" Ruangan yang tadi hening menjadi berisik saat kami datang.

Mikhael tolong jangan pergi karena kami berisik.

"Hai Mikha!" Siera tampak mulai menyapa, dia memang seperti itu anaknya sangat supel.

"Hai." 

"Gue Siera, itu Nicole dan itu Hana," Random sekali Siera itu.

Mikhael melirik ke arahku dan Hana, yang langsung kami berikan respon senyum yang kaku.

"Iya udah tahu." Ya Tuhan jika boleh aku ingin kayang sekarang juga, Mikhael mengenalku.

Siera terus mengajak Mikhael berbincang, walaupun responnya biasa saja namun gadis itu tetap melanjutkannya. Aku tidak cemburu, Siera memang seperti itu kepada siapapun. Aku hanya iri karena tidak memiliki energi seperti Siera. 

"Temen lo pada ke mana?" Tanya Siera kepada Mikhael.

"Masih di kantin."

Ke mana Nicole yang selalu ceria dan flirty dengan beberapa orang? di hadapan Mikhael hanya tersisa aku Nicole si patung. Siera tolong rasuki aku dengan energimu. Kalau aku jujur suka sama Mikha, mereka bakalan kaget gak ya?

Terjebak dalam  lamunanku sendiri sampai tidak sadar bahwa Hana dan Siera menghilang dari pandangan mataku. Sialan, sudah tahu aku tidak suka ditinggal sendirian walaupun kenyataannya saat ini aku tidak benar-benar sendirian. Mikhael masih tetap setia di tempatnya, dengan fokusnya yang tertuju pada ponsel. 

"Mikha." Kuberanikan langkah kakiku menghampirinya, sepertinya ia tidak mendengarku karena ada earphone yang bertengger baik di telinganya.

Mikhael mengalihkan perhatiannya saat merasakan kehadiranku di hadapannya, dengan segera dilepaskannya earphone yang menyumpal telinganya. Tanpa ada respon verbal, ia memberi insyarat 'Apa?'

"Lihat temen-temen gue gak?" Tanyaku padanya.

"Gak."

Baiklah cukup tahu, secuek itu padaku. Kutinggalkan Mikhael sendiri di ruangan itu, berdua bersamanya telalu lama sangat tidak baik untuk kesehatan jantungku.

"Iya tinggal aja gue gapapa," Ucapku saat hendak turun tangga namu berpapasan dengan Siera dan Hana yang sepertinya hendak kembali ke kelas.

"Lo bengong mulu," Ucap Siera, apa iya seperti itu?

"Auk ah." 

"Yeh ngambek lo?" Tanya Siera. 

"Gak."

"Ayo balik, pakai jas hujan aja." 

Untuk pertama kalinya aku tidak mau pulang dari sekolah, diajak pulang oleh Siera rasanya suasana hatiku menjadi jatuh.

"Oke" Namu hanya kata setuju yang keluar dari mulutku. 

Kuintip sedikit dari jendela, Mikhael tampak tidak peduli walaupun sendirian di dalam kelas, sampai jumpa besok Mikhael.

...

Selasa, 9 Agustus 2022
Astaga, mengajak Mikhael berbincang sedikit membuatku tersenyum sepanjang malam. Apakah perasaan hati pernah salah?

_____
Terima kasih sudah mampir di kisah milik gadis bernama Nicole.



If One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang