5. Gengsi setebal buku sejarah

3 0 0
                                    

"Duh Siera mana sih?" Gerutuku kesal, gadis itu keluar kelas dan tidak kembali sampai bel istirahat berbunyi.

'Kantin sini, gue males naik lagi'

Dasar anak nakal, dia mencuri start karena kantin pasti ramai dan gadis itu malas antri. Chat Siera hanya kubalas dengan emoji jempol, aku segera menghampiri kelas Hana dan Tika untuk mengajak mereka ke kantin bersama.

"Loh Nik kok sendiri?" Tanya Tika. 

"Tuh temen lo duluan cabut ke kantin pas pelajaran bu Indri."

"Gak heran kalau Siera, yaudah yuk!" Hana merangkul tanganku seiring kami berjalan ke kantin.

Langkahku membeku tepat sesaat sepatuku menginjak lantai kantin. Siera tengah melambaikan tangan dengan ciri khasnya yang sangat ceria. Tapi bukan itu yang membuat langkahku terhenti, melainkan dengan siapa Siera duduk. Siera duduk di antar Mikhael dan teman-temannya, kuulangi sekali lagi bahwa Siera duduk dengan Mikhael dan teman-temannya. 

"GWS Nik." Kurasakan tangan Hana yang menepuk-nepuk punggungku.

"Gue kayaknya mau balik ke kelas aja."

"Ih jangan, malah aneh woi. Yuk bisa yuk," Ucap Hana sambil menggandeng tanganku ke arah Siera.

"Di sini gapapa kan girls? gak ada meja kosong lagi," Ucap Siera.

"Yaudah gue beli dimsum dulu ya," ucapku dengan lemas.

"Nitip Nik."

"Nitip juga dong!"

"Hehe nitip ya."

Aku membalas dengan acungan jempol kepada lima titipan dimsum, tidak masalah toh selalu disediakan plastik untuk membawa dimsum-dimsum tersebut. Namun tampaknya keadilan tidak ada untukku hari ini.

"Duh neng plastiknya lagi dibeli sama si bapak," Ucap ibu penjual dimsum tersebut. "Atau nanti saya antar ke meja aja ya neng."

Aku merasa tidak enak karena warung dimsum itu sedang ramai, "Gausah bu, saya bisa deh kayaknya." 

Kuambil lima mika Dimsum tersebut sampai sebuah perkataan membuat jantungku hampir jatuh ke perut.

"Bisa gak?" Tanya Mikhael saat aku berjalan menuju meja dengan lima dimsum yang kubawa.

"Bisa." Dimsum-dimsum ini hampir jatuh setelah kuucap kata 'bisa'.

"Jangan dibiasain gengsi kalau butuh bantuan orang." Mikhael mengambil tiga mika dimsum yang memang titipan teman-temannya.

"Duluan aja gue mau beli minum. Makasih ya," Ucapku yang langsung mendapat anggukan darinya. 

*****

"Nih janji gue." Kuberikan susu kotak stroberi yang telah kujanjikan untuk Siera.

"Ah makasih Nik, Niki tuh baik banget."

"Apasih Ra lebay."

"Dan gak suka dipuji karena terlalu rendah hati," Siera melanjutkan ucapannya memujiku.

"Stop anjir Ra." Aku menutup mulut Siera sambil tertawa kecil.

Kulirik sedikit Mikhael yang ikut tertawa kecil, entah karena tingkah Siera atau aku.

"Diem ah gue lagi branding diri lo di depan Mikha nih," Bisik Siera.

"Gak begitu juga, udah ih." 

Astaga entah wajahku sudah seperti apa sekarang, malu namun menyenangkan juga.

*****

"Kiw senyum-senyum mulu nih," Tika tidak hentinya menggodaku.

Seblak langganan kami yang sangat enak menjadi kalah menarik dibandingkan apa yang sedang ada di benakku.

"Huh keburu hilang deh tuh kuah seblak."

"Niki lagi mikirin Mikha ya hahahah," Ucap Hana diiringi gelak tawa Siera dan Tika.

"Malu bangetttt," Ucapku sambil sedikit berguling di lantai karena tempat makan seblak ini tipe lesehan di sebuah saung.

"Niki anjir malu-maluin diliatin orang woi!" Siera menarik badanku yang lemas supaya duduk dengan benar.

"Kalian tadi lihat gak sih depan warung dimsum?" Aku menggoyangkan bahu Tika dengan excited sambil bertanya.

"Iya iya," Jawab Tika sedangkan kulirik Hana yang sibuk membuat video tentang situasi saat ini.

Kulakukan reka adegan di depan kamera sambil tidak henti-hentinya salah tingkah.

"Gengsi seorang Nicole yang setebal buku sejarah," Ucap Siera menanggapi reka adegan tersebut.

"Gue gak gengsi weh tapi nahan salting."

"By the way itu dia inisiatif aja nyamperin lo padahal gak ada yang nyuruh," Jelas Hana membuat plot twist lain untuk hari ini.

"ASLI LO!?"

"Heem keren kan?"

Aku terdiam ingin lebih salah tingkah lagi namun kutahan, Mikhael memang baik dan aku tidak boleh semudah itu menyimpulkan. Akan kutahan demi menghindari diri dari patah hati berkepanjangan.

"Makasih ya girls!" Ucapku dengan sedikit drama seakan hampir menangis.

"Gak butuh 'makasih' butuhnya coklat sekardus," Ucap Siera.

.....

Selasa, 23 Agustus 2022
"Jangan dibiasain gengsi kalau butuh bantuan orang." ucapan Mikhael terus berputar di otakku karena ucapannya tepat sasaran, satu kalimat yang seakan kamu mengenalku.

_____

Jejak membaca kalian sangat berarti untuk kelanjutan cerita ini
Terima kasih :D




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

If One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang