Cracked

159 11 2
                                    

Sekali pernah Aluna merasa menyesal, karna mau bersahabat dengan Haikal. Bukan karna Haikal menyebalkan karna selalu meledeknya. Bukan karna Haikal selalu memanggilnya dengan panggilan Rusa atau yang lainnya. Terlebih karna persahabatan itu, yang membuat Aluna tak nyaman dengan posisinya, si penyuka diam-diam. Semakin tahu Aluna tentang kehidupan Haikal, semakin tahu Aluna tentang lingkungan Haikal, semakin ia tak punya keberanian dan kepercayaan diri untuk menjadi sosok satu-satunya bagi Haikal.

Si cowok yang selalu dan mungkin selamanya, di kagumi Aluna. Bukan, Aluna bukan hanya sekedar mengagumi. Mungkin suka, atau sebentar lagi akan berevolusi jadi cinta. Bersahabat dengan sosok yang di suka, sama rumitnya dengan berteman dengan musuh. Yang Aluna syukuri dari persahabatannya adalah, Haikal tak pernah bercerita tentang perempuan lain, yang ia suka.

Ya meski ... perempuan itu tak bisa memberi jaminan apapun, kalau Haikal sedang tidak suka dengan perempuan manapun. Siapa yang akan menyangka tentang kebenarannya? Kalau memang iya, Aluna bersumpah akan membuang semua perasaannya. Namun jika tidak, maka Aluna bersedia berlutut agar ia di izinkan memiliki perasaan maha hebat itu.

Menyukainya, adalah hal terhebat untukku.

Semua tentang Haikal, Aluna tahu dengan baik. Semua yang terjadi pada Haikal, Aluna tahu dengan detail.

"Rusa!"

Aluna menoleh, melihat Haikal berdiri bersandar di salah satu rak buku perpus. Semakin hari ke hari, tak pernah sedikitpun Aluna melihat Haikal jelek. Selalu sempurna. Bahkan terlalu sempurna untuknya. Sosok menjulang dengan kacamata hitam itu, sudah berulang kali menghipnotis Aluna. Perempuan itu tak tahu ke dimensi mana ia berada kalau sedang berdekatan dengan Haikal. Semuanya terasa hilang. Semuanya terasa kalau hanya mereka berdua yang hidup.

"Apa?" Balas Aluna meski sibuk merapihkan deretan buku-buku tebal perpus.

Yang ia bisa lakukan kalau di depan Sang pujangga adalah, berusaha agar biasa saja. Dan itu tak semudah mengupas kulit pisang. Sama rumitnya dengan mendaki pegunungan Himalaya.

"Aku mau ngomong sesuatu, tapi jangan ketawa, ya?"

Suara Haikal terlalu merdu untuknya. Serak. Dan sungguh menakjubkan di telinganya.

"Emang ngomong apa, sih?"

Apa mungkin kamu mau bilang kalau kamu punya perasaan hebat juga padaku?

Haikal menyunggingkan senyum jenaka. Seolah-olah hal yang akan ia sampaikan adalah hal paling hebat dan membahagiakan untuknya. Aluna belum pernah melihat wajah Haikal yang seperti ini. Wajah tersipu malu-malu, dengan kepala tertunduk, seolah menyembunyikan sesuatu.

"Aku lagi suka sama Sasa."

Dan, hempasan angin itu, terlalu kencang untuk Aluna.

Jika duniaku akan hancur karna perkataanmu. Maka biarkan aku hancur bersamanya. Melebur bersama semua kenangan, dan hilang di telan waktu. Dan kubiarkan kamu, bahagia dengan dunianya.

Girl Who Miss The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang