Sang Bulan

127 12 0
                                    

Hancur berantakan. Sesak nafas. Dan tak mampu di definisikan lagi. Hati seseorang telah hancur menjadi kepingan tak berarti. Terbang bersama sayu-sayu angin, di tinggalkannya di tengah samudera dalam, dan terkubur bersama karang. Hati yang dipenuhi perasaan maha dahsyat itu, kini telah kosong begitu saja. Bukan karna waktu yang menggerogotinya, melainkan karna seseorang memusnahkannya tanpa sengaja. Dan seseorang itu tak pernah tahu kebenarannya.

Jika berani, Aluna mungkin sudah berlari, menyatakan semua tentang cerita hatinya pada Haikal. Jika sanggup, Aluna mungkin sudah mendengar jawaban dan pilihan dari Haikal. Jika ia menepati sumpahnya, Aluna tak lagi jadi sosok bayangan untuk Haikal.

Namun ternyata bukan begitu kenyataannya. Sumpah Aluna, tak bisa ia lakukan. Isi hatinya di musnahkan, namun baranya tak pernah hilang. Bara apinya, tetap terjebak di dalam hatinya. Tetap ada di setiap sudut hatinya. Bara api, yang siap menyakiti relung hatinya. Bara api, yang siap mengoyak semua perasaannya.

"Menurutmu aku harus gimana, Rus?" Tanya Haikal di sela-sela latihan futsalnya.

Aluna adalah makhluk paling naif. Sudah tahu sakit hati. Masih saja bersikap kalau semuanya berjalan sangat sangat baik dan ada di dalam kendalinya.

"Ya kamu deketinlah! Payah amat!"

"Sebenernya aku udah kenal dia waktu MOS, dia satu kelompok sama aku. Dan kata Ares, dia juga suka sama aku...."

Hampa. Resah. Dan marah. Semuanya kembali tercampur begitu saja di lubuk hati Aluna. Ia iri sebenarnya. Sasa, menyukai Haikal. Dan Haikal, juga menyukai Sasa. Nasib baik hanya di peruntukkan oleh mereka yang keren, ya?

"Meski aku suka sama dia, tapi dia itu kayak Bulan buatku, Ris." Haikal duduk di tepi lapangan, bersisian dengan Aluna.

"Bulan??"

Haikal menghela nafas. "Dia baik, keren, dan terkenal ... aku? Mungkin belum pantes sama dia. Mungkin kita saling suka, tapi kalau ia sejauh Bulan di Angkasa, lalu aku yang Serigala Hutan bisa apa?"

Jika inilah kesempatan terakhir Aluna untuk menyatakan perasaannya. Maka perempuan itu memilih untuk tetap diam, membiarkan perasaannya hangus begitu saja. Dan merelakan hatinya tercabik-cabik oleh penyayat manis yang tak sengaja Haikal berikan.

Aluna akan selalu menjaga nama baik Haikal. Sakit hatinya, bukan karna kesengajaan Haikal. Sesak dadanya, juga bukan karna kesalahan Haikal. Perasaan itu muncul begitu saja, menggerogoti setiap inci hati Si Serigala. Bulan mana tahu menahu? Sesakit apapun batinnya, Aluna akan selalu mendahulukan kebahagiaan Haikal.

Dengan landasan, akulah sahabat terbaiknya.

Dan yang bisa ia lakukan sekarang adalah. Menatap bahu sang Bulan, yang sebentar lagi, akan memeluk Matahari.

Sesungguhnya, akulah yang Serigala. Akulah si pelolong sepi di hutan belantara. Akulah pengagum rahasia Bulan di angkasa. Sampai kapanpun, Serigala tak pantas hidup di angkasa bersama Bulan.

Girl Who Miss The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang